LONDON, MINGGU - Manajer Manchester City Pep Guardiola menanggalkan idealismenya saat timnya membekap tuan rumah Tottenham Hotspur 3-1, Minggu (15/4/2018) dini hari WIB. Evolusi Guardiola itu mengembalikan ”The Citizens” ke jalur menuju gelar juara Liga Inggris.
City datang ke Stadion Wembley, markas Spurs, dengan membawa trauma tiga kekalahan beruntun sepekan terakhir. Trauma itu terasa kian nyata ketika Spurs memperkecil ketertinggalan lewat gol gelandang Christian Eriksen pada menit ke-42.
Sebelumnya, City unggul 2-0 lebih dulu berkat gol Gabriel Jesus dan Ilkay Gundogan. Guardiola pun seolah dihantui kekalahan pada dua laga sebelumnya, yaitu kontra Manchester United dan Liverpool. City kalah di dua laga di Liga Inggris dan Liga Champions meskipun sempat unggul lebih dulu.
Pada babak kedua, Guardiola kian cemas karena Spurs kian agresif dan bermain menekan. ”Lili Putih”, julukan Spurs, punya reputasi menakutkan. Mereka hobi menggilas tim-tim raksasa serta sangat sulit ditundukkan di kandangnya. Sebelum laga itu, Spurs 10 kali menang dari 12 laga terakhir di Wembley dalam ajang Liga Inggris.
Guardiola lalu mengambil keputusan yang tidak lazim di pertengahan babak kedua. Manajer yang dikenal teguh akan paham sepak bola ofensif itu mendadak berubah seperti seterunya, Manajer MU Jose Mourinho.
Guardiola menjadikan City lebih defensif. Ia menarik keluar Leroy Sane pada menit ke-64. Penyerang sayap kesayangan Guardiola itu digantikan bek tengah, Nicolas Otamendi. Hadirnya bek tengah itu mempertebal benteng pertahanan City. Calon juara Liga Inggris itu mendadak tampil dengan tiga bek sekaligus.
Gawang mereka pun tidak lagi menjadi bulan-bulanan lawan seperti dua laga sebelumnya. Tampil nyaman dengan pertahanannya, The Citizens menambah keunggulan lewat penyerang sayap, Raheem Sterling.
Guardiola tampaknya sudah belajar dari kekalahan beruntun pekan lalu. Ia tidak lagi anti menumpuk bek tengah untuk mempertahankan keunggulan. ”Hari ini, kami mencetak gol dan bertahan dengan baik. Kami sadar harus bermain dengan sangat baik guna mengejar dua kemenangan pada enam laga tersisa,” kata Kevin De Bruyne, pemain City.
Kemenangan telak atas salah satu rivalnya itu membuat City kembali mendekat ke gelar juara. Mereka hanya butuh tambahan tiga poin untuk mengunci gelar. Trofi Liga Inggris itu bisa mereka raih jika MU gagal menang secara beruntun atas West Bromwich Albion pada laga Minggu malam dan versus Bournemouth pada Kamis dini hari mendatang.
Guardiola pun telah membayangkan trofi juara itu. Baginya, gelar juara Liga Inggris bukanlah ”hiburan” atas kegagalan di Liga Champions seusai disingkirkan Liverpool pada perempat final. Sebaliknya, trofi Liga Inggris bakal menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam karier cemerlangnya sebagai pelatih.
”Itu (Liga Inggris) lebih sulit (daripada kompetisi lain yang pernah diikutinya). Faktor fisik, cuaca, padatnya jadwal, dan persaingan, membuat liga ini tidaklah mudah dimenangi. Untuk itulah mengapa gelar ini, mudah- mudahan kami raih pekan depan, akan selalu membekas di hati dan kehidupan kami,” ujar Guardiola pada jumpa pers seusai laga itu.
Arsenal terjungkal
Sengitnya persaingan di Liga Inggris itu salah satunya tecermin lewat kekalahan Arsenal dari tim promosi, Newcastle United. ”The Gunners” dibekap tim asuhan Rafael Benitez itu 2-1 setelah sempat unggul melalui gol striker Alexandre Lacazette.
Newcastle, juara Divisi Championship musim lalu, membalas dua gol melalui Ayoze Perez dan Matt Ritchie. Kekalahan tipis itu menghentikan rekor positif Arsenal yang sebelumnya tidak terkalahkan di delapan laga.
The Gunners pun semakin jauh dari peringkat keempat Liga Inggris. (AFP/REUTERS/JON)