Berharap pada Dampak Ekonomi Asian Games
Selain sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi, Asian Games 2018 diharapkan memberi dampak positif kepada perekonomian Indonesia sebagai tuan rumah.
Los Angeles tercatat sebagai kota tuan rumah pertama yang melaporkan keuntungan ekonomi setelah menjadi tuan rumah Olimpiade 1984. Sejak saat itu, dampak ekonomi semakin mendapat perhatian setiap kali sebuah kota atau negara menjadi penyelenggara pesta olahraga multicabang, seperti Asian Games atau Olimpiade.
Hal itu turut diperhatikan Pemerintah Indonesia saat Jakarta dan Palembang terpilih sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Perhitungan dampak ekonomi dari pelaksanaan ajang ini tengah dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan akan dilakukan dua kali, sebelum dan setelah Asian Games itu berlangsung, 18 Agustus-2 Oktober.
”Perhitungan awal baru selesai akhir April ini,” kata Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro melalui pesan layanan singkat dari Tokyo, Jepang, Kamis (19/04/2018).
Menurut Bambang, perhitungan dampak ekonomi tersebut penting dilakukan. Selain sebagai pertanggungjawaban atau argumentasi atas penyelenggaraan Asian Games, perhitungan itu juga berguna untuk mendesain agar efek berantai ekonomi semakin luas. Dengan demikian, perhelatan besar bisa diupayakan memberi manfaat maksimal terhadap perekonomian.
”Setiap kali kita membuat kegiatan, tujuannya harus jelas. Untuk Asian Games, misalnya, harapannya tidak sekadar sukses penyelenggaraan dan prestasi atlet. Harus ada dampak ekonomi yang luas dan jelas. Karena, bagaimana pun, ini melibatkan anggaran negara,” tutur Bambang beberapa waktu lalu.
Model perhitungan dampak ekonomi dari sebuah perhelatan internasional adalah praktik yang lazim dilakukan sejumlah negara. Namun, menurut Bambang, hal ini baru pertama kali dilakukan di Indonesia. Hal ini akan dilanjutkan setiap Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan besar.
Selain Asian Games 2018, Bappenas juga akan menghitung dampak ekonomi dari pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali, Oktober.
Pariwisata
Salah satu sektor yang mendapat dampak langsung dari pelaksanaan Asian Games 2018 adalah pariwisata. Komunitas pariwisata Indonesia pun mulai menyiapkan diri menyambut kedatangan wisatawan yang akan mendukung atlet negara mereka tampil berlomba.
Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Hariyadi Sukamdani mengatakan, PHRI bersama 18 asosiasi pariwisata lain terus berkoordinasi mengenai persiapan Asian Games. Cara yang ditempuh adalah mekanisme business-to-business, yakni kerja sama pelaku pariwisata di Indonesia dan di negara asal wisatawan menjual paket wisata yang tergabung antara maskapai, hotel, dan biro perjalanan.
”Ajang seperti ini penjualannya harus dalam sistem paket karena akan lebih menarik dan hemat. Jika dijual tersendiri, wisatawan tidak akan tertarik,” kata Hariyadi.
Dia mengatakan, potensi pasar yang diincar adalah suporter, bukan kontingen dan delegasi resmi. ”Kontingen dan delegasi sudah diatur oleh pemerintah. Yang kami sasar adalah suporter. Walaupun belum bisa memprediksi jumlahnya, kami memperkirakan akan sangat banyak,” ujarnya.
Jumlah suporter yang hadir sulit diprediksi karena tergantung performa atlet di tiap nomor pertandingan. Namun, asosiasi pariwisata menyasar penggemar olahraga dari negara ASEAN, China, Jepang, Korea, dan Timur Tengah karena dianggap akan mengirim suporter dalam jumlah besar. China, misalnya, mengirimkan kontingen atlet yang besar dan jumlah wisatawannya juga besar.
”Kini kami sedang membahas berapa jumlah tiket pertandingan yang masuk dalam paket wisata. Penjualan tiket saat ini sudah diborong sebuah perusahaan dari Korea Selatan. Berapa bagian yang bisa kami jual dan berapa yang dijual negara lain masih dalam negosiasi,” tuturnya.
Mengenai hotel, Hariyadi mengatakan, semua hotel dalam radius 5 kilometer dari arena sudah habis dipesan. Di Jakarta, para tamu tidak akan kesulitan mencari hotel. Namun, di Palembang, para tamu dikhawatirkan kesulitan mendapatkan hotel mengingat jumlah hotel yang terbatas di Palembang.
”Kemungkinan kami akan menyediakan homestay. Mereka akan tinggal di rumah penduduk yang sudah disiapkan untuk menampung,” kata Hariyadi.
PHRI berharap perhelatan Asian Games bisa mendatangkan banyak wisatawan asing ke Jakarta, Palembang, dan berlanjut ke kota lain di Indonesia. Jika memiliki impresi yang bagus tentang kegiatan ini, mereka akan tertarik untuk datang lagi.
PHRI, Asita (Asosiasi Biro Perjalanan dan Wisata Indonesia), tempat wisata, dan maskapai penerbangan juga mendorong wisatawan mengeksplorasi Kota Jakarta dengan sejumlah program, termasuk memberi potongan harga pada akhir pekan.
Saat ini wisatawan asing yang berkunjung ke Jakarta baru mencapai 2,6 juta, lebih sedikit daripada Bali yang lebih dari 4 juta per tahun. Padahal, infrastruktur di Jakarta sangat mendukung.
Ketua Umum Asita Asnawi Bahar mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata, Dinas Pariwisata Jakarta, dan Dinas Pariwisata Sumatera Selatan.
”Kami juga berpromosi ke negara lain untuk menjual paket pariwisata. Pada 12 Mei, kami ke Korea Selatan menjual paket ini,” kata Asnawi. Asnawi menghitung, jumlah penonton yang hadir untuk semifinal sepak bola saja bisa 200.000 orang.
Penyelenggaraan Asian Games 2018 juga berusaha memberi panggung bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ekonomi kreatif lokal saat kompetisi berlangsung. Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatos S Dewabroto menyebutkan, area Gelora Bung Karno yang tidak dijadikan ruang kompetisi disiapkan bagi UMKM ekonomi kreatif.
UMKM ekonomi kreatif yang berpartisipasi diminta mendaftarkan diri, dengan produk yang berkaitan dengan industri olahraga, kerajinan tangan, serta menggambarkan posisi Indonesia di mata dunia. Mereka tidak dipungut biaya, tetapi harus berkomunikasi dengan Inasgoc dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
Mengenai cendera mata, pemerintah mengimbau agar barang apa pun yang dijual atau diproduksi dengan tema Asian Games 2018 berkoordinasi dengan Inasgoc untuk menghindari penyalahgunaan pemasaran.
Upaya menggali potensi ekonomi kreatif lokal juga dilakukan sejak awal dengan menyelenggarakan sayembara logo dan maskot Asian Games 2018. Kemenpora dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerja sama mengadakannya pada awal 2016. Sebanyak 59 profesional di bidang desain grafis dan pencitraan merek terdaftar sebagai peserta.
Wakil Kepala Bekraf Joseph Ricky Pesik menceritakan, Bekraf berperan membantu penyelenggaraan sayembara logo dan maskot, serta merencanakan penerapannya. Monetisasi ekonomi logo dan maskot berada di bawah naungan Inasgoc.
Infrastruktur
Dampak lain yang langsung dirasakan banyak orang adalah pembangunan infrastruktur. Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaaa Umum dan Perumahan Rakyat Sri Hartoyo mengatakan, penyelenggaraan Asian Games sudah mendorong ekonomi sejak rehabilitasi arena dan pembangunan Wisma Atlet dimulai. Mulai dari tenaga kerja hingga dampak berganda dari pengadaan material dan kelengkapan konstruksinya.
”Di Kompleks Gelora Bung Karno saja rata-rata ada 1.000 pekerja per hari. Ini sangat signifikan,” kata Sri Hartoyo.
Selain fasilitas olahraga, Kompleks GBK didesain juga menjadi ruang publik dan ruang terbuka hijau, serta fungsi sosial budaya. Adanya ruang yang bisa diakses dan disewa publik ini juga sekaligus menjadi pemasukan bagi pengelola GBK. Sebab, perawatan arena olahraga memerlukan dana yang besar.
Sebelumnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, Kementerian PUPR diberi tugas membangun dan merenovasi arena olahraga di Jakarta dan Palembang. ”Semua sudah hampir selesai,” kata Basuki.