Indonesia Raih Tiga Medali Emas dari Kejuaraan Asia Tenggara
Oleh
Korano Nicolash LMS
·2 menit baca
HANOI, KOMPAS - Tiga karateka Indonesia dari kategori kadet mampu mempersembahkan medali emas pada hari pertama Kejuaraan Federasi Karate Asia Tenggara ke-7 atau SEAKF yang berlangsung Bac Ninh Sport Complex, Hanoi, Vietnam, Senin (23/4). Ketiga karateka tersebut masing-masing Ivan Taher yang bertarung di nomor kata perorangan putra, Muhamad Gibran di nomor kumite putra kelas -70 kg serta Mukhni yang turun di nomor kumite kelas -53 kg putri.
\'Memang dari 16 medali emas yang diperebutkan hari ini, semuanya dari kategori kadet dengan batas usia 14 hingga 15 tahun baik kata maupun kumite-nya. Serta dari kategori junior dengan batasan usia 16 hingga 17 tahun untuk kata maupun kumite-nya," jelas Elrick Machrup, pimpinan Kontingen Karate Indonesia untuk ke SEAKF ke-7 2018 Hanoi ini.
Seperti diketahui SEAKF ke-7 2018 Hanoi ini akan berlangsung hingga Rabu (25/4) nanti. Selasa (24/4) ini rencananya akan kembali akan diperebutkan sekitar 16 medali emas dari kategori junior, U-21. Serta 2 medali emas dari kategori senior.
Khusus untuk karateka senior, Indonesia menurunkan 19 karteka peserta Pelatnas Asian Games yang sudah berlatih sejak awal Februari lalu. Pada SEAKF ke-6 2017 di Semarang lalu, dengan kekuatan yang sama karateka yang disiapkan ke SEA Games 2017 Kuala Lumpur mampu membawa pulang 8 medali emas.
Sekali pun karateka Indonesia mampu meraih 3 medali emas, tetapi untuk urutan klasemen sementara raihan medali SEAKF ke-7 2018 ini masih dipimpin tuan rumah Vietnam yang meraih 10 medali emas, 5 medali perak dan 12 medali perunggu.
Sedangkan urutan ke dua ditempati Kontingen Malaysia yang juga meraih 3 medali emas, 4 medali perak dan 5 medali perunggu. "Indonesia di posisi ke tiga dengan jumlah medali emas yang sama dengan Malaysia. Kami hanya kalah pada medali perak yang hanya mendapat 3 medali dan 4 medali perunggu," tutur Elrick.
Komandan Asean Martial Art Games Madju Dharyanto Hutapea mengingatkan bahwa hasil dari karegori kadet memperlihatkan kalau Vietnam sudah menyiapkan bakal jago-jago Asia Tenggara dan Asia, bahkan level dunia sejak usia dini.
"Sementara Indonesia pembinaan olahraganya masih lebih banyak konflik kepentingan pengurusnya atau malah konflik antarpengurus yang ada. Contoh paling mudah ya di PB FORKI sendiri. Di mana Pelatnas Asian Games yang berantakan," kata Madju.
Madju yang juga mantan Kepala Bidan Pembinan Prestasi PB FORKI itu menuding, Pelatnas Asian Games PB FORKI sekarang tidak menggunakan kaidah pembinaan yang benar. "Belum lagi soal penggunaan bujet yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan Pelatnas Asian Games-nya sendiri," katanya.