Sejumlah 22 taekwondoin di pemusatan latihan nasional dikirim ke Korea Selatan untuk menjalani latih tanding. Di sana, teknik dan mental mereka akan ditempa.
JAKARTA, KOMPAS Pengurus Besar Taekwondo Indonesia memberangkatkan 22 atlet pelatnas untuk berlatih lebih intensif di Korea Selatan, Sabtu (21/4/2018) malam. Selama di Korsel, mereka juga mengikuti beberapa turnamen level Asia untuk menambah pengalaman.
Taekwondoin yang dikirim ke Korsel terdiri atas 12 atlet kyorugi (pertarungan) dan 10 atlet poomsae (jurus). Ketua Umum PBTI Marciano Norman, Minggu (22/4), mengatakan, pada tahap awal, atlet akan berlatih di Universitas Bakseok, Incheon. Di universitas itu taekwondo dikembangkan dengan basis ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut Manajer Tim Rahmi Kurnia, atlet poomsae akan meningkatkan kualitas teknik, stamina, dan keseimbangan, di bawah bimbingan seorang profesor taekwondo. Semua kekurangan sekecil apa pun akan diperbaiki agar mereka tampil sempurna saat Asian Games.
Para atlet kyorugi akan lebih sering berlatih tanding melawan para atlet profesional Korsel untuk menambah pengalaman. Di Korsel terdapat banyak perusahaan yang memiliki klub taekwondo profesional dengan atlet yang berpengalaman sehingga dapat menjadi lawan latih tanding yang ideal.
”Kami ingin atlet kyorugi dimatangkan dengan pertandingan. Pengalaman akan membuat taktik, teknik, dan mental mereka kian baik. PBTI menargetkan dua emas di Asian Games, atau satu emas lebih banyak dari target pemerintah,” kata Zulkifli Tanjung, Ketua Harian PBTI.
Percaya diri
Kontingen bridge Indonesia untuk Asian Games 2018 semakin percaya diri bisa meraih minimal dua medali emas. Hal itu menyusul hasil positif di Kejuaraan Bridge Yunior Asia Pasifik ke-22 di Bogor, Jawa Barat, 13-20 April lalu.
Dalam ajang itu, Ketua Umum Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia Ekawahyu Kasih mengatakan, kontingen Indonesia berhasil menjadi juara umum dengan meraih 3 emas, 2 perak, dan 4 perunggu. Itu menjadi capaian terbaik Indonesia di ajang tersebut.
Indonesia bahkan mampu unggul jauh atas China yang hanya meraih 1 emas. Padahal, China selalu menjadi momok.
”Walaupun atlet yang berlaga di Kejuaraan Bridge Yunior Asia Pasifik tidak berlaga di Asian Games 2018, diharapkan semangat dan kesuksesan mereka bisa menginspirasi para seniornya di pelatnas Asian Games 2018. Terbukti, kalau dibina dengan baik, kita mampu meraih hasil optimal,” ujarnya.
Di sisi lain, Ekawahyu menyampaikan, kepercayaan diri juga timbul karena perkembangan pelatnas bridge berlangsung positif. Saat ini, pelatnas melakukan sistem penilaian atau evaluasi dua mingguan.
Sistem tersebut membuat para atlet berlomba untuk menjadi yang terbaik dalam tiga komponen utama, yakni teknik (berbobot 70 persen), kedisiplinan (20 persen), dan motivasi (10 persen). (ECA/DRI)