MONTE CARLO, MINGGU - Rafael Nadal menorehkan hasil fantastis dengan mengantongi gelar ke-11 ATP Masters 1000 Monte Carlo. Petenis asal Spanyol ini mempertahankan gelar juara dengan mengalahkan petenis Jepang, Kei Nishikori, 6-3, 6-2.
Pertandingan final bergulir selama 1 jam 33 menit di lapangan tanah liat Monte Carlo Country Club, Monako, Minggu (22/4/2018). Hasil pada laga final itu membuktikan Nadal sebagai petenis terbaik dengan mempertahankan posisi pada peringkat nomor satu dunia.
Berdasarkan situs ATP World Tour, rekor 11 gelar juara di Monte Carlo itu melanjutkan pencapaian gemilang Nadal di 2017 yaitu mencapai rekor 10 gelar di Grand Slam Perancis Terbuka dan 10 gelar di Barcelona Terbuka (10).
Koleksi gelar Nadal itu melewati rekor pesaing beratnya Roger Federer (Swiss) yang meraih gelar tunggal putra terbanyak dalam satu turnamen di Halle Terbuka di Jerman (9), Wimbledon (8), dan Swiss Indoors (8).
Nadal disebut sebagai raja tanah liat karena selama 14 tahun, sejak pertama kali meraih gelar di dunia tenis profesional, telah mengumpulkan 75 gelar juara, sebanyak 54 di antaranya diraih dalam turnamen di tanah liat.
Di Monte Carlo, dia menjadi petenis yang paling banyak mengumpulkan gelar juara. Sebanyak delapan gelar diraih berturut-turut pada 2005-2012. Nadal juga mengantongi tiga gelar pada tiga tahun terakhir.
Saat berhadapan dengan Nishikori, Nadal bermain lebih unggul dengan memenangkan 69 persen poin servis. Sementara Nishikori hanya mengumpulkan 52 persen poin servis.
Nadal juga berhasil memenangkan pengembalian pukulan servis lebih banyak, yaitu 48 persen. Nishikori hanya dapat memenangkan 31 persen.
Kemenangan Nadal atas Nishikori di Monte Carlo mempertajam rekor atas petenis Jepang menjadi sepuluh kemenangan. Nishikori baru dua kali mengalahkan Nadal. Terakhir kali kedua pemain bertemu di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dengan hasil Nishikori bermain lebih unggul di babak semifinal.
Sebelum berhadapan dengan Nishikori, Nadal berhasil melalui empat pertandingan dengan mulus. Dia bermain dominan atas Aljaz Bedene (Slovenia), dan Karen Khachanov (Rusia).
Pada babak perempat final, Nadal berhasil mengatasi perlawanan sengit Dominic Thiem (Austria) dengan tiga set. Kemenangan atas Grigor Dimitrov (Bulgaria) pada semifinal membawa Nadal ke laga final.
Kemenangan Nadal atas Nishikori mengulang pencapaian petenis Spanyol itu pada final ATP World Tour Masters 1000 Madrid, Spanyol, pada 2014.
Kemenangan Nadal juga membawanya menjadi petenis yang paling banyak mengumpulkan gelar ATP World Tours Masters 1000 dengan 31 gelar. Sebelumnya, dia bersaing dengan Novak Djokovic dengan mengumpulkan 30 gelar juara.
Bagi Nishikori, Nadal bukan lawan yang mudah. Apalagi, Nishikori mempunyai riwayat cedera pergelangan tangan pada paruh kedua 2017. Menurut Nishikori, Nadal mempunyai pukulan forehand yang kuat. ”Dia bermain sangat solid minggu ini,” ujar Nishikori.
Bermain bertahan
Pertandingan di lapangan tanah liat tidak asing bagi Nadal. Saat masih kecil, Rafa, panggilan akrab Nadal, menghabiskan banyak waktu berlatih di lapangan tanah liat. Penampilan Nadal di tanah liat didukung dengan keahliannya bermain bertahan dan menempati posisi di belakang garis baseline.
Selain itu, konsistensi pukulan juga menjadi kunci kesuksesannya. Nadal dapat fokus bermain reli panjang dan jarang melakukan kesalahan sendiri.
Kemenangan Nadal di Monte Carlo merupakan buah dari latihan kerasnya. Sesaat setelah laga semifinal dan bersalaman dengan Dimitrov, ia mengambil telepon genggam, dan mengirim pesan ke tim pelatih untuk mengatur jadwal latihan. (DNA)