Nur Aini Rasyid (15) memilih duduk menyendiri dan agak terpisah dari rekan-rekannya sesama pecatur Indonesia pada hari kedua Kejuaraan Catur Remaja Asia, awal April lalu. Kekalahan beruntun yang dialaminya membuat Nur Aini menarik diri dari keriuhan teman-temannya yang menceritakan kemenangan mereka.
Muhamad Alhabsyi (16) juga agak memisahkan diri karena hasil yang diraihnya kurang memuaskan. Habsyi memilih menuju ruang makan saat teman-temannya mengevaluasi hasil laga.
Melihat perilaku dua anggotanya, Kristianus Liem yang menjadi manajer tim catur Indonesia mendekati keduanya secara terpisah. Kristianus yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) berbicara perlahan dan menyemangati mereka.
”Saya bilang kepada Nur Aini dan Alhabsyi untuk tidak putus asa. Masih ada tujuh pertandingan yang harus dijalani dan hasil dari tujuh laga itu bisa mengubah posisi mereka saat ini. Saya minta mereka tetap berkonsentrasi, tampil tanpa beban, dan memberikan yang terbaik,” kata Kristianus.
Motivasi dari Kristianus itu ternyata manjur. Nur Aini perlahan, tetapi pasti, memenangi laga demi laga. Peringkatnya juga naik perlahan, dari urutan bawah akhirnya menempati posisi kelima di klasemen akhir kelompok umur 16 tahun.
”Sesudah dua kali kalah, saya tampil tanpa beban dan justru memudahkan untuk memenangi laga demi laga,” kata Nur Aini.
Pendekatan berbeda dilakukan oleh Eka Putra Wirya, anggota Dewan Pembina Percasi, kepada Samantha Edithso (10). Pecatur cilik itu diproyeksikan menjadi pecatur andalan Indonesia di masa depan. Samanta yang aktif dan cerdik dipompa semangatnya dengan ditraktir makanan kesukaannya.
Sebagai anak kecil, Samantha kadang-kadang meminta sesuatu yang diinginkannya kepada Eka atau Kristianus Liem. Sebuah alat penyimpanan data elektronik atau USB berbentuk buah catur sangat menarik hatinya kala itu.
”Pak, ada USB berbentuk bidak. Cantik, deh. Aku belum punya,” kata Samantha, sambil mendekati Eka dan Kristianus.
Eka dan Kristianus yang memahami karakter Samantha langsung menjanjikan akan membeli USB itu jika dia menjuarai catur kilat dengan nilai 9 atau menang semua. Janji itu memang ampuh. Samantha berjuang keras pada disiplin catur kilat dan meraih medali emas meskipun tidak mendapat nilai 9. Namun, Eka tetap membelikan USB itu bagi Samantha.
Aditya Bagus Arfan (11) juga diharapkan menjadi pecatur andalan Indonesia di masa depan. Penampilannya cukup meyakinkan sejak babak awal dan cukup sering menang.
Eka dan Kristianus sering mengangkat mental Adit dengan menepuk punggung dan memuji kecerdikan dan terobosan Adit. Namun, Kristianus juga kerap mengevaluasi setiap langkah dan pilihan yang diambil Adit. Keduanya juga selalu berpesan agar Adit tetap rendah hati, tetapi terus bersikap berani.
Eka juga sering mengajak mereka makan bersama dan membelikan buah-buahan. Setiap makan bersama, Eka selalu memotivasi para pecatur muda untuk memberikan yang terbaik.
”Terhadap para pecatur muda, kita tidak bisa terlalu keras. Kita harus tarik ulur dengan mereka. Buat hati mereka gembira, tetapi terus motivasi mereka agar jadi yang terbaik,” kata Eka. (Eca)