JAKARTA, KOMPAS — Petenis putra Indonesia, Christopher ”Christo” Rungkat, akan tampil pada tujuh turnamen di Benua Asia dan Eropa demi berburu poin menuju Amerika Serikat Terbuka 2018, 27 Agustus-9 September. Bersama pasangannya, Hsieh Cheng-peng (Taiwan), Christo tengah mengumpulkan poin untuk mendapat tiket laga ganda putra AS Terbuka.
Christo menuturkan, dirinya akan memulai penampilan di Asia pada turnamen ATP Challenger 100.000 di Seoul, Korea Selatan, 30 April-6 Mei 2018. Selanjutnya, Christo menjalani pertandingan di ATP Challenger di Gimcheon pada 7-13 Mei 2018 dan di Busan pada 14-20 Mei. Christo kemudian beristirahat selama dua pekan sebelum menjalani turnamen di Eropa.
Seperti diungkapkan Christo di Jakarta, Kamis (26/4/2018), dia dan Hsieh berusaha untuk menembus peringkat 100 dunia untuk mengamankan tiket menuju AS Terbuka. Saat ini, Christo menempati peringkat ganda dunia ke-113. Hsieh berada di peringkat ke-119.
Berdasarkan perhitungannya, Christo membutuhkan setidaknya dua kemenangan pada turnamen ATP Challenger 100.000 agar dapat menembus top-100. Ganda Christo/Hsieh akan memasuki kejuaraan di lapangan keras di Korea Selatan.
Christo mengatakan, dirinya merasa optimistis dapat menembus turnamen Grand Slam AS Terbuka. Awal tahun lalu, ketika berjuang menembus ajang yang sama, Christo berada di peringkat ganda di 150 besar dunia. Namun, Christo harus mengubur mimpi tampil di AS Terbuka 2017 karena peringkatnya hanya mencapai ke-120 dunia.
Setelah jatuh bangun berjuang, pada Maret lalu Christo merasakan menembus peringkat ke-105. ”Artinya, peringkat saya semakin mendekati ke top-100. Sekarang saya harus betul-betul bisa menembus peringkat double digit demi tampil di AS Terbuka,” katanya.
Kalau cita-citanya tercapai, Christo akan tampil di AS Terbuka pada 27 Agustus-9 September 2018. Pertandingan AS Terbuka bergulir setelah laga tenis di Asian Games, yaitu pada 20-26 Agustus 2018. Christo merupakan salah satu harapan Indonesia untuk meraih medali emas Asian Games.
Hingga saat ini, Christo merupakan petenis terbaik Indonesia. Secara konsisten, Christo telah 11 tahun membela Indonesia pada ajang kejuaraan beregu putra Piala Davis. Selama tampil di Piala Davis, Christo sudah mengemas 37 kemenangan dan 17 kekalahan. Rekor ini menempatkan Christo sebagai petenis Indonesia yang terbanyak menang di Piala Davis, melewati pencapaian seniornya, Suwandi, pada kurun 1993-2007 dengan 34 kemenangan.
Terakhir, awal April lalu, Christo menyelamatkan Indonesia sehingga terhindar dari degradasi dan bertahan di Grup II Piala Davis 2019. Pada laga play off Piala Davis Grup II Zona Asia/Oseania, antara Indonesia dan Sri Lanka, Christo menyumbangkan tiga kemenangan untuk Indonesia pada dua nomor tunggal dan satu ganda.
Christo mengatakan, saat itu dia tampil dalam kondisi sedang flu. Kekalahan David Agung Susanto sebagai pemain tunggal kedua dari Harshana Godamanna (Sri Lanka), 3-6, 1-6, memaksa Christo kembali tampil untuk menyelamatkan Indonesia.
Christo berharap, pada ajang Piala Davis selanjutnya, muncul petenis lain yang dapat memberi kejutan. ”Mudah-mudahan tidak saya terus (yang diharapkan),” katanya.
Bekas petenis nasional Yayuk Basuki mengatakan, Christo memang masih menjadi petenis terbaik Indonesia saat ini. ”Christo adalah aset bangsa yang tidak tahu kapan ada penggantinya,” ujarnya.
Menurut Yayuk, PP Pelti dituntut untuk melahirkan petenis-petenis andal. ”Setiap kali kita punya pemain yang tembus ke persaingan dunia, itu bukan karena binaan Pelti,” katanya.