MILAN, JUMAT - Atmosfer stadion selalu mendidih di mana pun laga ”Derby d’Italia” digelar. Sejarah panjang bercita rasa pahit terus mengiringi pertemuan Inter Milan dan Juventus. Kini, Derbi Italia terjadi di saat krusial, bak pisau bermata dua yang bisa mengoyak asa mengakhiri musim ini dengan manis.
Inter yang akan menjamu Juve di Stadion Giuseppe Meazza, Minggu (29/4/2018) pukul 01.45 WIB, sedang memburu tiket ke Liga Champions musim depan. Itu target terbesar yang masih bisa diraih skuad ”Nerazzurri” dalam sisa empat laga Serie A.
Kemenangan Inter sekaligus akan menjadi petaka bagi Juve yang sedang diburu Napoli dalam persaingan gelar juara. Juve kini hanya unggul satu poin dari Napoli yang mengantongi nilai 84. Napoli bisa kembali ke puncak klasemen jika menang di kandang Fiorentina, Minggu malam, dan Juve kalah dari Inter.
”Jika Inter bisa menang, ya, itu kemenangan ganda karena sekaligus menyulitkan Juventus. Namun, mereka harus ingat, jika gagal menang, Juventus-lah yang membuat Inter dalam masalah,” ujar mantan bek Inter, Marco Materazzi, kepada Football-Italia,Kamis (26/4).
Inter yang kini di posisi kelima dengan 66 poin perlu finis di empat besar untuk ke Liga Champions musim depan. Inter bersaing dengan AS Roma di posisi ketiga dan Lazio keempat, yang sama-sama mengumpulkan 67 poin.
Kondisi itulah yang menjadikan Derby d’Italia bak pisau bermata dua. Inter, terutama, perlu melupakan memori pahit dari setiap pertemuan dengan Juve di masa lalu, salah satunya laga ulangan pada Juni 1961. Inter awalnya dinyatakan menang 2-0 karena suporter Juve masuk ke lapangan pada laga April.
Namun, Juve mengajukan banding dan FIGC yang diketuai oleh Umberto Agnelli sekaligus Presiden Klub Juventus mengabulkan tuntutan itu. Presiden Klub Inter Angelo Moratti dan Pelatih Helenio Herrera protes dengan menurunkan pemain usia muda. Juve menang 9-1. Laga ini dilabeli gloria effimera,kemuliaan fana, oleh Storie di Calcio.
Laga sengit lainnya terjadi pada April 1998 di saat persaingan juara Serie A sangat ketat. Wasit Piero Ceccarini mencuri panggung dengan tidak memberi hadiah penalti setelah bek Juve, Mark Iuliano, menabrak striker Inter, Ronaldo.
Laga-laga panas itu perlu dilupakan oleh Inter dan fokus ke target kembali ke Liga Champions. Laga ini bukan ajang balas dendam demi kemuliaan fana menggagalkan gelar juara Juve. ”Kami bisa dan harus menang karena kami harus berada di Liga Champions musim depan,” ujar mantan pemain bertahan Inter, Javier Zanetti, yang masih ingat jelas laga kelam April 1998.
Bek Juve, Andrea Barzagli, menegaskan, laga ini krusial, tetapi bukan penentu scudetto. ”Kami punya empat laga krusial, tetapi saya tidak berpikir (juara) liga akan ditentukan Sabtu (Minggu dini hari WIB),” ujarnya kepada Sky Sport Italia. (ANG)