Bukan keberuntungan semata yang mengantarkan Real Madrid ke final Liga Champions untuk ketiga kali berturut-turut. Ada andil Keylor Navas yang menjaga mistar Real.
MADRID, RABU Bagaikan banteng yang mengamuk, Bayern Muenchen tidak henti-hentinya menyeruduk gawang Real Madrid pada laga kedua semifinal Liga Champions di Stadion Santiago Bernabeu hari Rabu (2/5/2018) dini hari WIB. Namun, Real ternyata punya seorang ”torero”, petarung yang mampu menjinakkan banteng.
Sang torero tersebut adalah Keylor Navas, kiper Real asal Kosta Rika. Di bawah mistar gawang, Navas bekerja keras menahan gempuran Bayern. Dengan caranya yang elegan, persis seperti petarung dalam adu banteng di Spanyol, Navas membuat penyerang bernaluri tajam, seperti Robert Lewandowski, frustrasi.
Malam itu Bayern mencoba membuat 22 tembakan dengan 10 di antaranya tepat ke arah gawang Real. Namun, Navas mampu menyelamatkan gawangnya sebanyak delapan kali dan ini merupakan pencapaian tertingginya dalam laga semifinal Liga Champions.
Aksi Navas malam itu jelas meresahkan kubu Bayern. Kekalahan 1-2 pada laga perdana membuat Bayern harus bisa menang setidaknya 2-0 di Bernabeu. Maka, mereka tidak punya pilihan selain menyerang.
Sayangnya, Navas menghadirkan mimpi buruk bagi Bayern. Bahkan, akun Twitter resmi Bayern ketika laga berlangsung, seperti dilansir laman AS, sampai menulis ”Berhentilah membuat penyelamatan Keylor Navas!”. Cuitan itu pun lantas dihapus.
Navas memang kebobolan dua gol dan laga berakhir imbang 2-2. Tendangan Joshua Kimmich dan James Rodriguez tidak mampu ia gagalkan. Sementara Real bisa menyamakan kedudukan melalui dua gol Karim Benzema, striker asal Perancis yang sedang dimusuhi fans Real karena permainannya sedang buruk.
Namun, hasil seri itu sudah cukup untuk mengantarkan Real ke babak final yang ketiga kali secara beruntun. Real pun tinggal selangkah mengukir sejarah besar sebagai klub yang tiga musim beruntun menjuarai Liga Champions.
Sama seperti Benzema, Navas berhasil memperbaiki reputasinya dalam laga ini. Fans Real sempat marah karena Navas dianggap tidak becus ketika kalah 1-3 dari Juventus pada laga kedua perempat final dan nyaris membuat Real tersingkir. Melalui aksinya di hadapan Bayern, Navas menjadi aset penting Real menghadapi laga final nanti.
”Kami sangat menderita, tetapi kami akhirnya bisa ke final. Kami sedang membuat sejarah dan akan bertarung sampai akhir,” kata Navas, seperti dikutip laman Marca.
Penderitaan yang dimaksud Navas adalah jalan terjal Real hingga sampai ke final. Sejak babak 16 besar, mereka berturut-turut harus menghadapi para raksasa Eropa, mulai dari Paris Saint-Germain, Juventus, dan Bayern.
”Ketika bermain sepak bola, Anda harus berani menderita,” kata Pelatih Real Zinedine Zidane yang kini menjadi pelatih pertama yang mampu tampil di tiga final beruntun setelah Marcello Lippi yang menangani Juventus pada 1996-1998.
Gagal ”treble”
Sebagai klub terakhir yang disingkirkan oleh Real, Bayern merupakan pemegang gelar juara Liga Jerman selama enam musim terakhir. Namun, itu semua tidak ada artinya di Eropa. Mereka terakhir kali menjuarai Liga Champions pada musim 2012-2013 dan meraih treble
atau tiga gelar mayor dalam semusim.
”Dalam dua laga semifinal kali ini, kami bermain lebih baik, tetapi gagal ke final. Real harus berterima kasih kepada Navas,” kata Pelatih Bayern Jupp Heynckes. Laga kontra Real ini mungkin menjadi penampilan terakhir Heynckes di Liga Champions karena akan pensiun pada akhir musim ini.
Heynckes batal mengakhiri kariernya dengan gelar treble seperti yang ia lakukan pada 2013 itu. Mereka kini sudah memegang trofi Liga Jerman dan masih akan berlaga di final Piala Jerman.
Namun, Heynckes mengaku tetap merasakan hal hebat. ”Saya tahu tidak bisa lagi merasakan Liga Champions, tetapi tidak banyak orang bisa merasakan petualangan yang sama ketika sudah berusia 72 tahun seperti saya,” katanya. (AP/AFP/REUTERS/DEN)