Sorakan penonton begitu meriah. ”Ayo-ayo, bisa, kejar terus waktu tinggal sedikit,” teriak puluhan pendukung atlet Indonesia pada uji coba kejuaraan kurash Asian Games 2018. Suntikan semangat itu membuat para atlet Indonesia ingin secepatnya membanting lawan.
Salah satunya Putu Wiradamungga Adesta (27) yang tampil di kelas -90 kilogram (kg) putra. Saat itu, laga semifinal melawan Lo Yu-shuan (Taiwan) tersisa 30 detik dengan skor imbang. Putu pun langsung agresif menyudutkan lawan, tangannya terus mencoba menarik baju lawan untuk kemudian membanting.
”Dukungan itu membuat saya jadi sangat bersemangat. Membuat saya berpikir harus masuk ke final dan mendapatkan emas,” ucap mantan atlet judo yang pernah berlaga di Olimpiade London 2012 tersebut, seusai laga, Minggu (6/5/2018), di Lagoon Hotel Sultan, Jakarta.
Motivasi ganda itu tidak berbuah manis. Jelang waktu berakhir, Putu membuat kesalahan karena ingin membanting lewat kaki lawannya. Wasit melihat pelanggaran itu dan akhirnya poin diberikan kepada lawan Putu. Kurash tidak memperbolehkan bantingan lewat kaki, berbeda dengan judo.
Hasil itu membuat Putu hanya menyumbangkan satu dari empat perunggu tim Indonesia. Selain Putu, kesalahan serupa dilakukan Martin Fendi (29) pada kelas -66 kg putra dan Heka Maya Sembiring (26) pada kelas -52 kg putri. Martin dan Heka juga harus puas dengan perunggu karena gegabah ingin menyudahi pertarungan.
”Dari segi mental, semangat itu terlihat positif. Tetapi, terkadang kita harus melihat kondisi pertandingan juga. Kalau sudah unggul seperti Martin kemarin, buat apa dipaksa. Harusnya, kan, dia sabar saja sambil menunggu waktu habis,” ucap asisten pelatih kurash Indonesia, Deni Zulfendri.
Kurash merupakan olahraga yang kompleks, penuh dengan trik dan strategi. Dalam kurash, penilaian didapatkan dengan bantingan mutlak (halal), bantingan sedang (yambosh), dan bantingan kecil (chala). Halal membuat pembanting langsung memenangi pertandingan. Dua hitungan yambosh dinilai satu halal, sedangkan chala tidak dapat menjadi yambosh, tetapi kerap menjadi penentu ketika pertarungan berlangsung ketat.
Ada pula peraturan pelanggaran yang mengambil peran penting. Apabila melanggar sekali, lawan akan dihadiahi satu poin chala. Pelanggaran kedua, lawan mendapatkan satu poin yambosh. Jika terjadi tiga kali, lawan otomatis menang.
Atlet dapat memenangi pertandingan hanya dengan pelanggaran dari lawan. Atlet hanya perlu bermain sabar dan menunggu waktu habis. Adapun waktu pertandingan untuk putra 4 menit dan putri 3 menit. Untuk itu, strategi menjadi modal krusial dalam kurash. Atlet harus paham kapan saatnya menunggu dan menyerang.
Deni mengatakan, permasalahan mengelola semangat tersebut akan dievaluasi. Salah satunya dengan menambah pengalaman lewat uji coba ke Iran, Taiwan, dan Korea Selatan pada Juni-Juli.