Gol adalah sumber kebahagiaan di sepak bola. Itulah mengapa para pemain produktif selalu menjadi tumpuan asa klub, negara, dan suporter. Demikian juga Mohammad al-Sahlawi yang memimpin lini depan Arab Saudi pada kualifikasi Piala Dunia 2018 di Rusia. Striker berusia 31 tahun itu mencetak 16 gol, sama dengan mesin gol Polandia, Robert Lewandowski.
Usianya yang tak lagi muda bagi pemain sepak bola tak menurunkan ketajaman Al-Sahlawi. ”Kebugaran dan konsentrasi keduanya penting. Saya bisa menjaga konsistensi dan penampilan yang bagus, bertahan selama 90 menit. Itu berkat kondisi fisik saya yang membuat saya bisa mencetak gol-gol penting tersebut,” ujar Al-Sahlawi tentang kunci performanya.
Untuk menjaga kondisi fisiknya tetap prima setelah Liga Primer Arab berakhir pada April lalu, Al-Sahlawi berlatih bersama Manchester United. Itu merupakan bagian kerja sama Otoritas Olahraga Arab Saudi dengan Manchester United. Pemain lain juga dipinjamkan ke klub-klub Spanyol, termasuk gelandang Salem al-Dawsari ke Villarreal, penyerang sayap Yahya al-Shehri ke Leganes, dan penyerang sayap Fahad al-Muwallad ke Levante.
Latihan bersama klub-klub Eropa itu diharapkan bisa mempertajam visi permainan saat Piala Dunia 2018 bergulir. Perlakuan istimewa kepada Al-Sahlawi dan kemampuannya mencetak banyak gol tak membuat dirinya takabur. Dia menilai, semua itu berkat kerja sama tim, bukan performa individu. ”Semua pemain akan senang bermain di sini. Tanpa rekan-rekan satu tim, saya tidak akan pernah bisa mencetak begitu banyak gol,” ujar Al-Sahlawi kepada FIFA.
Al-Sahlawi menjadi pemain kunci Pelatih Bert van Marwijk yang meloloskan Arab Saudi ke Rusia. Setelah pelatih asal Belanda itu meninggalkan Arab Saudi pada September 2017 karena tak mencapai kesepakatan perpanjangan kontrak, Al-Sahlawi tetap menjadi pilihan Pelatih Edgardo Bauza. Setelah Bauza dipecat pada November tahun lalu menyusul hasil buruk di lima laga, Al-Sahlawi kini beradaptasi dengan filosofi permainan menekan Juan Antonio Pizzi.
Mantan pelatih Cile itu bisa memoles Al-Sahlawi menjadi striker berbahaya, memanfaatkan kelihaian mencetak gol pada menit-menit akhir laga. ”Semua pemain yang pernah dipanggil ke tim muda dan senior Arab Saudi ingin kami lolos. Saya senang membantu melakukan itu dan mencetak gol di Piala Dunia,” ujar Al-Sahlawi.
Mencetak gol di Piala Dunia sudah berada di benak Al-Sahlawi saat usianya baru 7 tahun. Waktu itu, Al-Sahlawi menyaksikan gol ”Maradona dari Arab” ke gawang Belgia pada penyisihan Grup F Piala Dunia 1994. Gol tunggal Saeed al-Owairan yang mengantar Arab Saudi ke babak 16 besar itu menginspirasi Al-Sahlawi.
”Saya masih ingat gol Saeed al-Owairan saat melawan Belgia dan Fahad al-Ghesheyan saat melawan Swedia pada 1994. Itu penampilan bersejarah bagi Arab Saudi dan mereka bermain di tiga Piala Dunia berikutnya, 1998, 2002, dan 2006. Sejak saat itu (1994), kami tidak pernah bisa melakukan itu (lolos ke 16 besar), tetapi saya berharap saya dan rekan-rekan bisa meraih mimpi itu,” ujar Al-Sahlawi.