PALI, KOMPAS Dunia sepak bola Indonesia kembali berduka karena kehilangan salah satu pemain legendarisnya, Zulkarnain Lubis. Mantan gelandang tim nasional pada era 1980-an itu menghadap Sang Pencipta setelah terkena serangan jantung di Rumah Sakit Pertamina, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir atau PALI, Sumatera Selatan, Jumat (11/5/2018) pukul 07.45.
”PSSI dan Indonesia merasa kehilangan salah satu putra terbaik dalam bidang sepak bola. Perjuangan dan semangat beliau untuk memajukan sepak bola Indonesia akan kami teruskan,” kata Joko Driyono, Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI, di Jakarta.
Nama Zulkarnain melambung saat membawa timnas sepak bola Indonesia menjuarai Subgrup 3B kualifikasi Piala Dunia 1986. Sayang, pada babak selanjutnya Indonesia kalah 1-6 pada laga pertama dan kalah lagi 1-3 pada laga kedua dari Korea Selatan. Kekalahan itu membuat Indonesia gagal maju ke putaran final Piala Dunia 1986.
Zulkarnain Lubis dan rekan- rekan mencoba menebusnya di Asian Games Seoul 1986. Indonesia lolos sampai ke semifinal, tetapi lagi-lagi kalah dari Korsel. Indonesia kembali kalah dari Kuwait pada perebutan posisi ketiga sehingga pulang tanpa medali.
Di tingkat klub, Zulkarnain mencapai masa keemasan ketika membela Krama Yudha Tiga Berlian musim 1985-1986. Saat itu, Krama Yudha menempati posisi ketiga pada Kejuaraan Klub Asia, yang kini berubah nama menjadi Liga Champions Asia.
Zulkarnain sangat lincah dalam mendistribusikan bola dan menciptakan peluang di depan gawang. Permainannya yang menawan membuatnya dijuluki ”Maradona dari Indonesia”.
Pria kelahiran Binjai, 21 Desember 1958, itu mengakhiri kariernya sebagai pemain profesional di PSM pada 1997. Selepas menjadi pemain, Zulkarnain tetap bergelut di dunia sepak bola.
Istri Zulkarnain, Papat Yunisal, juga aktif mengurus sepak bola wanita karena suaminya. Kini, Papat Yunisal menjadi anggota Komisi Eksekutif PSSI.
Sebelum meninggal, Zulkarnain masih menjadi Pelatih PS PALI. Saat dilatih Zulkarnain, PS PALI menjuarai Pekan Olahraga Provinsi Sumatera Selatan 2015.
Kepergiannya sangat mengejutkan karena sehari sebelumnya Zulkarnain masih melatih para pemain. Pada malam harinya, Zulkarnain juga bermain catur dengan Ketua Harian KONI Kabupaten PALI Hendri Halim.
”Kami berdiskusi mengenai perkembangan sepak bola PALI untuk ke depannya,” ujar Hendri Halim.
Namun, perjuangan Zulkarnain memajukan sepak bola harus terhenti karena peluit akhir kehidupan sudah ditiup Sang Pencipta baginya.
”Semangatnya yang membawa nama baik Indonesia itu patut ditiru oleh para pesepak bola yang lain. Semoga arwahnya tenang di sisi Allah SWT dan keluarganya tabah melepaskan kepergiannya,” kata Imam Nahrawi, Menteri Pemuda dan Olahraga. (ECA/RAM)