Roma, Sabtu AS Roma mempunyai misi yang sakral untuk mencegah Juventus mencuri satu poin pun di Stadion Olimpico, Roma, Senin (14/5/2018) pukul 01.45 WIB. Mereka tidak ingin Juventus datang dan berpesta merayakan gelar juara Serie A musim ini. Selain dapat ”mengotori” Olimpico, pesta Juve akan membuka kembali kenangan pahit 37 tahun silam.
Dengan perolehan 91 poin dengan dua laga tersisa, Juve tinggal membutuhkan satu poin atau hasil imbang untuk memastikan gelar juara Serie A yang ketujuh secara beruntun. ”Saya sudah ingatkan para pemain. Jika ingin libur ekstra, kalahkanlah Roma,” kata Pelatih Juve Massimiliano Allegri seperti dikutip Football-Italia, Sabtu (12/5/2018).
Jika berhasil mengalahkan Roma, selesai sudah perjalanan ”Si Nyonya Besar” musim ini. Mereka menjuarai Piala Italia dengan mengalahkan AC Milan, 4-0, Kamis (10/5), dan akan kembali menyandang scudetto atau lencana untuk kampiun Serie A setelah mendapatkan satu poin dari Roma.
Situasi tersebut membangkitkan memori duel Roma-Juve pada 10 Mei 1981. Ketika itu, kedua klub yang mewakili kekuatan Italia bagian utara (Juve) dan selatan (Roma) itu sama-sama memiliki kans menjuarai Serie A musim 1980-1981 dalam tiga laga tersisa.
Kontroversi muncul ketika bek Roma, Maurizio Turone, mencetak gol dengan sundulannya. Namun, wasit memutuskan gol itu tidak sah karena Turone sudah terperangkap off-side. Laga pun berakhir imbang 0-0 dan Juve kemudian bisa mengangkat trofi Serie A.
Bertahun-tahun kemudian, ”Gol Turone” masih terus diperdebatkan dan menjadi awal permusuhan antara Roma dan Juve. Meski akhirnya Roma bisa menjuarai Serie A musim 1982-1983, bayangan ”Gol Turone” tetap membekas.
Inilah luka lama Roma yang akan membuat laga di Olimpico Senin dini hari nanti akan tetap berlangsung sengit. Apalagi, Roma masih membutuhkan tiga poin untuk tetap bisa melaju ke Liga Champions musim depan. Ini merupakan target terakhir dan satu-satunya yang bisa dicapai Roma.
Roma belum aman karena berada di peringkat ketiga dengan 73 poin. Lazio dan Inter Milan masih bisa merebut posisi itu. ”Ketika berlaga, saya tidak pernah punya tujuan untuk mencari hasil imbang. Anda masuk ke lapangan hanya untuk menang,” kata Pelatih Roma Eusebio Di Francesco.
Menolak takluk dari Juve di Olimpico juga akan menguatkan pesan bahwa Roma bisa menjadi ancaman serius musim depan. Setidaknya keberhasilan Roma menembus semifinal Liga Champions musim ini sudah bisa membuktikannya. Dalam hal ini Roma satu tingkat lebih tinggi dibandingkan Juve yang tersisih di perempat final.
Faktor Olimpico
Tekad Di Francesco juga bukan omong kosong. Roma punya kekuatan lebih ketika bermain di Olimpico. Dalam dua laga terakhir melawan Juve di kandang sendiri, Roma selalu menang. Juve juga tidak perlu diingatkan lagi soal militansi para penggawa Roma pada ajang Liga Champions di Olimpico saat mengalahkan Chelsea, Barcelona, dan Liverpool.
”Ini menjadi bagian proses kami, mengubah Olimpico menjadi sebuah benteng. Juve juga sangat kuat ketika bermain di kandang,” kata Di Francesco.
Tidak hanya mengandalkan aura Olimpico, Di Francesco juga akan menurunkan skuad terbaiknya. Edin Dzeko, Alisson, Stephan El Shaarawy, Alessandro Florenzi, Aleksandar Kolarov, dan Daniele De Rossi akan turun.
Sebaliknya, Allegri tampaknya akan menurunkan beberapa pemain pelapis. Bek Giorgio Chiellini dan Benedikt Howedes masih dibekap cedera. Kiper sekaligus kapten, Gianluigi Buffon, akan digantikan oleh Wojciech Szczesny. Sementara Juan Cuadrado terkena sanksi akumulasi kartu kuning.
”(Gonzalo) Higuain dan (Paulo) Dybala tetap akan bermain. Namun, saya masih berpikir untuk menurunkan Douglas Costa,” kata Allegri. Costa termasuk pemain Juve yang mampu mengembangkan permainan dengan kreativitasnya.
Meski demikian, Juve tetaplah klub yang memiliki skuad dengan kemampuan pemain yang merata. Apa pun keputusannya, Allegri tentu sudah memikirkan strategi yang matang agar bisa cepat berpesta.
Lagi pula jika insiden Turone tidak terulang lagi, pesta Juve masih tetap bisa berlangsung di kandang mereka seusai menjamu Hellas Verona, Minggu (20/5). (AFP/DEN)