Mesir Kembali dari Pengasingan
Piala Dunia 1990 akan selalu diingat sebagai salah satu turnamen terbaik sepanjang masa. Laga di 12 kota di Italia itu penuh dengan drama, pemain-pemain bertalenta mengagumkan, seperti Roberto Dibaggio, Juergen Klinsmann, dan Paul Gascoigne. Namun, tidak ada yang mengingat timnas Mesir menahan imbang Belanda yang bertaburkan bintang, hingga Mohamed Salah memastikan skuad berjuluk ”Firaun” itu melangkah ke putaran final Piala Dunia 2018.
Mesir menghilang dari gemerlap panggung sepak bola terakbar itu selama 28 tahun. Negeri itu lebih dikenal karena masalah ekonomi dan politik sejak revolusi 2011. Tahun ini, sepak bola Mesir kembali ke panggung dunia bersama bintang muda yang menjadi idola dunia, Mohamed Salah (25). Pemain Liverpool itu menjadi sorotan utama di skuad asuhan pelatih berdarah Argentina, Hector Raul Cuper.
Padahal, Mesir bukan hanya Salah. Tim ini mempunyai pemain-pemain berkualitas yang membela klub-klub Liga Inggris di kasta tertinggi dan di bawahnya. Selain Salah yang bersinar di Liverpool, ada gelandang Arsenal, Mohamed Elneny, yang diyakini bisa pulih tepat waktu dari cedera engkel. Di lini belakang ada bek tengah West Bromwich Albion, Ahmed Hegazi, dan mantan bek Hull City, Ahmed Fathi, yang berusia 33 tahun.
Bek sayap Aston Villa, Ahmed Elmohamady, juga menawarkan sengatan serangan melalui sisi lebar lapangan. Demikian juga penyerang sayap Stoke City, Ramadan Sobhi, yang akan menjadi pendukung utama bagi Salah.
Para pemain itu menjadikan Mesir tim yang sulit dikalahkan. Selama kualifikasi zona Afrika, performa mereka memang mengalami naik-turun. Mesir sempat kalah dari tim gurem Chad 0-1 sebelum menang 4-0 di pertemuan kedua. Sejak
kemenangan telak itu, Mesir melesat dengan menekuk Kongo 2-1, Ghana 2-0, lalu kalah 0-1 dari Uganda yang dibalas dengan kemenangan 1-0, dan menundukkan Kongo 2-1 yang meloloskan Mesir ke Rusia. Laga terakhir melawan Ghana berakhir 1-1.
Filosofi Cuper
Namun, sukses kembali ke panggung Piala Dunia itu masih menyisakan perdebatan mengenai gaya permainan negatif Cuper. Mesir menjadi tim yang fokus bertahan dengan umpan-umpan langsung ke depan. Gaya permainan yang bertolak belakang dengan sepak bola modern yang agresif, mendominasi penguasaan bola, dan aliran bola cepat melalui umpan pendek.
Sepak bola ideal itu pernah dimainkan Mesir saat dilatih Bob Bradley. Tetapi, permainan menghibur sering kali tak sejalan dengan hasil akhir yang diinginkan. Kekalahan memalukan 1-6 dari Ghana pada 2013 dalam kualifikasi Piala Dunia 2014 menjadi antiklimaks dari kiprah Bradley bersama timnas Mesir. Skuad Mesir kemudian dipimpin Shawky Gharieb, tetapi tak bertahan lama karena gagal meloloskan timnya ke Piala Afrika 2015 di Ekuatorial Guinea.
Cuper diumumkan sebagai pelatih Mesir pada 2 Maret 2015. Mantan pelatih Inter Milan itu membawa filosofi yang berbeda. Gaya permainannya disebut ”anti-sepak bola” oleh suporter Mesir. Dia bukan pelatih yang diinginkan publik karena tidak mengusung sepak bola agresif.
Namun, gaya permainan bertahan dan cenderung membosankan itulah yang mengantar Mesir mengakhiri penantian 28 tahun untuk kembali ke Piala Dunia. Sepanjang kualifikasi, Mesir hanya kemasukan lima gol dan mencetak 12 gol dari total 13 gol karena ada satu hasil gol bunuh diri pemain lawan.
Gaya permainan itulah yang akan menjadi warna Mesir di Rusia. Mereka akan menguji mental para penyerang Rusia, Arab Saudi, dan Uruguay, sebelum menyerang balik. Pola itu, dalam analisis Omar Morsy di laman Kingfut, dibayar dengan mengorbankan potensi pemain serang. Ramadan Sobhi dan Mahmoud Trezeguet, misalnya, tidak bisa lepas membantu serangan karena dituntut melapis pertahanan yang dikawal pemain-pemain uzur, termasuk kiper 45 tahun Essam el Hadary.
”Mungkin orang ingin tiga-empat gol dalam satu laga, mungkin ini bukan sepak bola indah, tetapi anda harus melakukan yang anda lihat, yang anda pikir bisa berfungsi. Kami tidak berpacu dengan diri kami sendiri. Jika melakukan itu (terburu-buru melangkah), anda akan keluar dari jalur di tikungan pertama, tetapi kami melakukan selangkah demi selangkah,” ujar Cuper dalam kolom Sid Lowe di The Guardian.
”Saya menemukan pemain-pemain yang benar-benar mau bekerja dan mencintai neganya. Mereka menunjukkan keramahan dan solidaritas. Mereka saling berbagi dan fokus pada tujuan bersama,” ujar pelatih berusia 62 tahun itu.
Di tengah riuh perdebatan filosofi Cuper, anak-anak asuhnya menerima apa yang dibawa mantan pelatih Valencia itu dengan pikiran terbuka. ”Tidak masalah bertahan. Lihatlah Portugal, mereka menjuarai Piala Eropa 2016 dengan bertahan,” ujar bek senior Ahmed Fathi.
”Generasi sebelum kami tiga kali beruntun menjuarai Piala Afrika (2006, 2008, 2010), tampil di Piala Konfederasi, dan mereka meraih begitu banyak hal. Mereka melakukan semuanya, tetapi tidak lolos ke Piala Dunia,” ujar gelandang serang Elneny di situs resmi Arsenal.
”Kami belajar dari itu dan manajer kami, Hector Cuper, melihat itu juga dan memperbaiki beberapa hal. Ini tidak berarti bahwa generasi sebelumnya melakukannya dengan cara yang salah. Sekarang, kami melakukan itu dan mencapai Piala Dunia. Kami bekerja keras dan manajer memiliki rencana di sepanjang kualifikasi hingga akhirnya kami mencapai target,” ujar pemain berusia 25 tahun itu.
Pertahanan
Elneny diharapkan pulih dari cedera engkel tepat waktu. Ia memiliki karakter permainan yang dibutuhkan Mesir. Selama di Arsenal, ia bisa mengisi lubang di posisi gelandang bertahan. Etos kerjanya dipuji Manajer Arsenal Arsene Wenger.
Energi untuk menjelajah lini tengah dan kemampuan melepaskan umpan ke lini serang yang diasah sejak di FC Basel juga menjadi modal penting bagi Mesir untuk bersaing di Grup A Piala Dunia 2018. Jika Elneny bisa tampil, beban gelandang jangkar Tarek Hamed bisa lebih ringan.
Duet lini tengah ini menjadi andalan Cuper dan tampil meyakinkan saat uji coba melawan Portugal, Maret lalu. Mereka melapis barisan pertahanan yang ditempati Ali Gabr, Ahmed Hegazi, Ahmed Fathi, dan Mohamed Abdul Shafy. Mereka bisa meredam Cristiano Ronaldo hingga 90 menit.
Namun, kelengahan di babak tambahan waktu berujung petaka. Ronaldo menceploskan dua gol yang mengantar Portugal menang 2-1. Gol Mesir dicetak oleh Salah. ”Ini situasi yang sangat menyedihkan. Saya berharap skor yang berbeda, tetapi terlepas dari hasil laga, kami belajar sangat banyak,” ujar Cuper.
Performa lini belakang menjadi catatan Cuper dan akan diuji lagi saat uji coba berikutnya melawan Kuwait, Kolombia, dan Belgia. Setelah tiga uji coba itu, Mesir akan memulai petualangan di Rusia.
Target realistis Mesir adalah lolos ke babak 16 besar melalui peringkat kedua grup. Batu loncatan untuk itu adalah mengalahkan Rusia dan Arab Saudi. Sementara memetik hasil imbang lawan Uruguay yang diperkuat Luis Suarez dan Edinson Cavani akan menjadi kejutan besar. Peluang untuk lolos masih terbuka mengingat Rusia kehilangan sejumlah pemain kunci dan Arab Saudi kurang bagus dalam persiapan menuju Rusia.
”Saya tidak bisa mengatakan hasil undian ini mudah atau sulit. Tetapi, urutan pertandingan di grup cukup bagus. Kami memiliki ambisi besar di Piala Dunia,” ujar Cuper kepada FIFA.
(Reuters/AFP/AP/ANG)