JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah atlet kurash dan bola tangan putra Indonesia mengalami cedera pada pelatihan nasional jelang Asian Games 2018. Hal itu diyakini akan mengganggu persiapan atlet mengingat Asian Games dimulai kurang dari 100 hari.
Pada latihan tim bola tangan putra, Senin (14/5/2018) di Lapangan Futsal Tifosi, Jakarta, tiga pemain tidak bisa mengikuti latihan penuh. Pemain itu terkendala cedera otot kaki.
Asisten pelatih bola tangan putra, Irfan Benizar, mengatakan, ketiga pemain itu cedera seusai uji coba pertandingan pada 28 April-2 Mei di Bangkok, Thailand. Para pemain kelelahan karena jadwal latihan dan pertandingan yang sangat padat.
”Mereka masih tampil luar biasa di Bangkok. Tetapi, setelah pulang memang para pemain masih kelelahan,” ucap Irfan, Senin (14/5/2018) di Jakarta.
Untuk mengatasi itu, tim pelatih memutuskan memberikan kelonggaran kepada pemain yang keletihan. Pemain itu dibebaskan mengambil waktu istirahat sampai kondisinya memungkinkan.
Bagi tiga pemain yang masih dalam pemulihan, mereka tetap hadir saat latihan. Meski demikian, latihan hanya untuk menjaga kondisi, seperti bermain lempar tangkap.
Irfan mengakui, kondisi itu cukup mengganggu persiapan tim. Apalagi, pada akhir Mei nanti, menurut rencana, tim bola tangan akan menjalankan latihan di Korea Selatan.
Persoalan cedera juga dialami atlet kurash. Dua atlet putri kurash, Ellya Asharrish Rosemeiyanti dan Herlina Gitaningsih, cedera cukup parah saat menjalani pelatnas di Ciloto, Jawa Barat.
Pelatih kurash, Sugiri Wijaya, mengatakan, Ellya cedera lutut dan Herlina cedera bahu. ”Kalau dilihat dari kondisi, sepertinya harus ada pergantian karena pulihnya cukup lama. Kemungkinan 80 persen harus diganti,” katanya.
Meski demikian, kedua pemain itu masih dalam tim untuk menunggu seleksi pemain baru sambil berharap kondisi mereka dapat pulih.
Kehilangan itu merugikan tim kurash. Herlina merupakan peraih perunggu pada uji coba kejuaraan kurash, awal Mei 2018. Saat itu, dia tampil dalam kondisi cedera dan kalah di semifinal. Sementara itu, Ellya merupakan atlet muda berusia 22 tahun yang menjadi harapan masa depan kurash.
Meski ada pemain cedera, tim pelatih tidak mengurangi intensitas latihan kepada atlet lain. Mereka tetap latihan tiga kali sehari selama seminggu penuh, pagi untuk latihan fisik, siang untuk teknik, dan malam untuk latih tanding.
Menurut Sugiri, intensitas latihan tidak dapat dikurangi mengingat kurash merupakan olahraga baru dan mereka baru menjalankan pelatnas dalam dua bulan. ”Ini saja kami masih mempelajari peraturan lebih teliti, sebagai evaluasi dari uji coba kejuaraan kemarin,” katanya.