JAKARTA, KOMPAS - Keterbatasan anggaran membuat cabang olahraga memutar otak agar pelatnas Asian Games 2018 tetap berjalan optimal. Salah satu caranya, mereka merealokasi anggaran pelatnas yang telah diusulkan. Mereka pun membatalkan sejumlah agenda yang telah direncanakan untuk memaksimalkan keperluan yang dinilai lebih mendesak.
Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga mulai mengundang cabang olahraga yang berpotensi meraih medali emas pada Asian Games. Pada pertemuan di Jakarta, Senin (14/5/2018), Kemenpora mengundang empat cabang, yakni paralayang, pencak silat, angkat besi, dan panjat tebing. Namun, panjat tebing urung hadir karena masih mengikuti kejuaraan di China.
Tujuan pertemuan itu adalah untuk mengetahui secara keseluruhan perkembangan pelatnas. Kemenpora berharap kondisi atlet yang punya potensi emas benar-benar dijaga agar kemampuan fisik dan mentalnya tidak turun saat Asian Games. Adapun pertemuan itu akan terus dilakukan bersama cabang-cabang potensi emas lain secara bertahap.
Dari pertemuan kali ini, isu realokasi anggaran pelatnas lebih mencuat. Cabang paralayang, misalnya. Mereka memotong uang akomodasi atlet dari 12 bulan menjadi 9 bulan. Hal ini dilakukan untuk membeli parasut baru keluaran 2018 seharga sekitar
Rp 100 juta per unit. Pelatnas paralayang membutuhkan 18 parasut baru untuk semua atlet di pelatnas.
”Kalau tidak memakai parasut baru, kita akan kewalahan di nomor crosscountry. Parasut baru itu bisa memacu kecepatan jauh lebih baik dibandingkan dengan parasut lama. Saat ini parasut atlet kita rata-rata keluaran 2014 dan 2016,” ujar manajer paralayang nasional, Wahyu Yudha, di Jakarta, Senin.
Batalkan pemusatan latihan
Cabang silat memilih membatalkan pemusatan latihan di Korea Selatan untuk mengikuti Kejuaraan Belgia Terbuka, 3-9 Mei. Kejuaraan itu dianggap kejuaraan dunia mini karena diikuti hampir semua atlet silat terbaik dunia. Namun, pelatnas silat tidak memiliki dana cukup untuk mengirim 22 atlet dan 8 pelatih pelatnas ke kejuaraan itu, yang memakan biaya Rp 1,5 miliar. ”Akhirnya kami terpaksa batalkan pemusatan latihan di Korsel,” kata Kepala Bidang Kepelatihan Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia Taslim Azis.
Deputi IV Kemenpora Mulyana menyampaikan, pemerintah tidak ada anggaran cadangan lagi untuk membantu pelatnas. Untuk itu, realokasi anggaran dianggap sebagai solusi paling tepat. ”Hal itu bisa dilakukan asalkan pengurus cabang memuat alasan dan pertanggungjawaban yang jelas supaya nanti tak jadi temuan pelanggaran,” katanya. (DRI)