Saatnya Kibarkan Bendera Perang
Portugal sedang berapi-api setelah menjuarai Piala Eropa 2016. Prestasi itu ingin diulang pada Piala Dunia 2018, masih dengan mengandalkan si ”anak emas” Cristiano Ronaldo.
Portugal sedang berapi-api setelah menjuarai Piala Eropa 2016. Prestasi itu ingin diulang pada Piala Dunia 2018, masih dengan mengandalkan si ”anak emas” Cristiano Ronaldo.
Selama berpuluh-puluh tahun, tim nasional Portugal mengalami masa pasang surut. ”Selecao” juga pernah menikmati masa keemasan bersama ”Si Macan Kumbang” Eusebio. Striker kelahiran Mozambik itu membawa Portugal menjulang dan menempati posisi ketiga pada Piala Dunia Inggris 1966.
Setelah itu, Portugal justru terseok-seok selama 40 tahun di ajang Piala Dunia. Namun, kehadiran Cristiano Ronaldo membuat bendera Portugal kembali berkibar di jagat sepak bola dengan menempati posisi keempat pada Piala Dunia Jerman 2006. Waktu itu, skuad Selecao juga diperkuat generasi emas, seperti Luis Figo, Tiago Mendes, Simao, Nuno Gomes, dan bek tengah Ricardo Carvalho.
Kesuksesan Portugal kala itu dimulai dengan menjadi peringkat kedua Piala Eropa 2004. Dua tahun kemudian, dengan tim yang tidak jauh berubah, Portugal menembus semifinal Piala Dunia 2006.
Skuad Selecao kemudian kurang meyakinkan karena hanya Ronaldo yang bersinar terang di klubnya. Namun, tanpa status unggulan, pada 2016 Portugal menjuarai Piala Eropa dengan perjuangan yang luar biasa berat. Kini, dengan tetap mengandalkan Ronaldo dan para pemain yang kemungkinan tidak jauh berubah dari Piala Eropa 2016, Portugal bersiap mengibarkan bendera perang di Rusia.
Selecao mengalami perkembangan di bawah asuhan Pelatih Fernando Santos. Sejak ditunjuk sebagai pelatih pada 2014, Santos memadukan para pemain muda yang bertalenta besar dengan para pemain senior.
Santos bersikap realistis dengan memilih para pemain yang paling siap di setiap posisi. Tidak ada pemain senior yang difavoritkan oleh Santos, kecuali Ronaldo. Pemain muda yang tampil bagus di klub akan mendapat kesempatan untuk masuk tim nasional Portugal.
Dengan cara itu, semua pemain Portugal berusaha keras tampil bagus di tim masing-masing agar terpilih masuk timnas. Portugal berkembang menjadi tim yang dinamis karena hanya pemain yang grafik penampilannya bagus yang diundang memperkuat timnas.
Pada Piala Eropa 2016, Portugal mendapat momen kebangkitannya. Setelah tiga kali imbang, Selecao tidak terkalahkan pada fase gugur hingga laga final dan menjadi juara.
Gelar juara pada turnamen sekelas Piala Eropa membangkitkan rasa percaya diri bagi para pemain Portugal. Mereka menghadapi kualifikasi Piala Dunia 2018 dengan semangat dan kepercayaan diri yang luar biasa.
Pada babak kualifikasi, Portugal mendapat petaka pada laga perdana dan kalah 0-2 dari Swiss. Namun, Portugal bangkit dan memenangi sembilan laga lainnya sehingga memuncaki klasemen Grup B zona Eropa.
Swiss ganti ditekuk dengan skor 2-0. Semua tim lain dilibas dengan selisih dua gol atau lebih, kecuali Hongaria yang dikalahkan Portugal dengan skor 1-0 saat berlaga di Budapest.
Portugal yang biasanya miskin gol kini berubah menjadi mesin gol yang menakutkan. Andora dan Kepulauan Faroe dibantai 6-0. Secara total, Portugal mencetak 32 gol dari 10 laga.
Pertahanan yang disusun oleh Santos juga sangat kuat. Portugal hanya kebobolan empat gol dari 10 laga. Jumlah kebobolan gol itu hanya kalah dari Spanyol dan Inggris dengan kemasukan tiga gol.
Selama babak kualifikasi, Portugal memiliki surplus 27 gol dan menjadi yang terbanyak keempat setelah Jerman dengan 30 gol, serta Spanyol dan Belgia dengan 28 gol masing-masing.
Cristiano Ronaldo tetap menjadi bintang bagi Portugal dengan mencetak 15 gol selama babak kualifikasi, atau terbanyak kedua di bawah Robert Lewandowski dari Polandia dengan 16 gol. Namun, ada kejutan dari pemain muda Andre Silva yang mampu mencetak sembilan gol.
Pemain berusia 22 tahun itu diperkirakan tampil sebagai andalan lini depan Portugal untuk mendampingi Ronaldo. Dengan dua mesin gol, Portugal layak diperhitungkan sebagai pesaing kuat di Rusia.
Tanpa jaminan
Kebijakan Santos untuk memanggil para pemain yang paling bugar dan menunjukkan permainan paling bagus di klub akan membuat Portugal menjadi tim yang dinamis. Para pemain muda berkesempatan tampil di timnas dan benar-benar mengubah wajah permainan Portugal.
Santos berjanji tidak akan memilih para pemain yang memperkuat Portugal pada Piala Eropa 2016 hanya karena romantisisme. Hanya pemain terbaik yang akan dipanggil. ”Saya tidak bisa sentimentil saat memilih pemain karena mereka pernah menjadi juara. Saya tahu, memilih 23 pemain seperti menyusun puzzle. Ada beberapa pemain yang ikut menjadi juara di Perancis karena beberapa alasan tidak akan dipanggil, seperti Vieirinha. Ada juga beberapa pemain yang tidak ikut ke Perancis yang mungkin akan dipanggil, seperti Gelson Martins dan Bernardo Silva,” ujar pelatih berusia 63 tahun itu.
Hanya Ronaldo yang mendapat jaminan masuk timnas. Sepanjang tahun 2018, Ronaldo membuktikan dirinya produktif dalam mencetak gol dan layak dipanggil ke timnas.
Namun, Santos merasa timnya bukan termasuk lima tim favorit juara. Peringkat keempat di FIFA dan status juara Eropa tak bermakna apa-apa di Rusia. Santos pun meminta para pemainnya rendah hati dan terus berjuang untuk mencapai hasil maksimal.
”Bagi saya, tim favorit adalah Brasil, Jerman, Spanyol, Argentina, dan Perancis. Kami tahu, kami bukan tim favorit, tetapi bukan berarti kami tidak memiliki ambisi untuk memenangi setiap laga. Kami tim yang sangat kuat. Kami rendah hati, tetapi kami tahu kekuatan kami,” kata Santos.(AFP/AP/Reuters/ECA)