Penampilan Andres Iniesta di lapangan hijau bagaikan seorang matador ulung. Gerakan Iniesta saat menggiring bola seperti matador mengibarkan kain merah untuk memancing banteng menyeruduknya, anggun sekaligus maskulin.
Saat banteng datang, matador mengelak dengan lincah dan menusukkan pedang ke tengkuk atau punggung si banteng. Demikian pula saat Iniesta menggiring bola, dia mampu menghindar dari hadangan dan terjangan bek lawan.
Sesudah melewati hadangan, Iniesta langsung menusukkan pedangnya ke punggung lawannya. Tusukan itu kadang-kadang berupa umpan jitu yang diubah menjadi gol oleh pemain depan tim nasional Spanyol, dan kadang-kadang berupa gol ke gawang lawan.
Seperti layaknya seorang penghibur di tengah lapangan, Iniesta juga sering menampilkan permainan yang cantik. Iniesta mengatur ritme permainan teman-temannya dan membuat lawannya menjadi bulan-bulanan sebelum mendapat tusukan mematikan.
Iniesta mendapatkan semua bekal keterampilannya di akademi sepak bola milik Barcelona, La Masia, sejak usia 12 tahun. Dibimbing oleh para pelatih yang mengajar dengan detail dan ditempa oleh kompetisi usia dini, Iniesta berkembang menjadi gelandang dan pengatur serangan yang andal.
Iniesta sudah menjadi langganan dipanggil ke timnas Spanyol sejak usia 17 tahun untuk mengisi timnas U-17 pada 2001 dan timnas U-19 pada 2002. Pada periode itu, Iniesta membawa tim muda Spanyol menjuarai Piala Eropa U-17 dan Piala Eropa U-19.
Iniesta menjadi jantung dari permainan tiki-taka ala Barcelona, yang terbawa sampai ke timnas Spanyol. Permainan dengan kombinasi umpan-umpan pendek cepat dan umpan terobosan terukur membuat timnas muda Spanyol ditakuti.
Saat dipanggil ke timnas senior pada 2006, Iniesta belum dapat berperan banyak sehingga Spanyol hanya tertahan di babak 16 besar pada Piala Dunia Jerman 2006. Namun, pemain bertinggi 1,71 meter itu membuat Spanyol merajai sepak bola Eropa dan dunia pada periode 2008 hingga 2012.
Pada 2008, Iniesta membawa Spanyol menjadi juara Eropa. Iniesta tidak mencetak satu gol pun, tetapi umpan-umpan matangnya membuat dia terpilih menjadi salah satu pemain dalam UEFA Team of Tournament.
Puncak masa keemasan Iniesta terjadi pada 2010 saat membawa Spanyol menjuarai Piala Dunia untuk pertama kali. Bahkan, Iniesta mencetak gol tunggal penentu kemenangan Spanyol atas Belanda pada laga final. Iniesta kembali terpilih sebagai salah satu anggota tim impian yang disusun FIFA.
Iniesta kembali membuat Spanyol di puncak kejayaan dengan menjuarai Piala Eropa 2012. Raihan itu membuat Spanyol sejajar dengan Jerman yang menjuarai Piala Eropa tiga kali.
Kini, Iniesta berniat membawa Spanyol kembali ke puncak kejayaan untuk terakhir kalinya pada Piala Dunia Rusia 2018. Iniesta yang sudah berusia 34 tahun menyadari bahwa dirinya tidak mungkin tampil maksimal lagi pada Piala Dunia 2022. ”Saya realistis. Ada kemungkinan, Piala Dunia ini akan menjadi ajang terakhir bersama timnas. Saya sadar dengan momen ini, umur saya dan semua yang terkait. Oleh karena itu, saya akan memberikan yang terbaik bagi Spanyol,” kata Iniesta.
Pelatih Spanyol Julen Lopetegui gembira Iniesta masih dapat membela Spanyol pada Piala Dunia kali ini. Baginya, Iniesta selalu tampil bagus dan dalam kualitas tinggi. ”Kami gembira dia tetap bermain sebaik itu. Kami juga gembira dia tetap dapat tampil di Piala Dunia bersama kami,” ujar pelatih berusia 51 tahun itu.