JAKARTA, KOMPAS — Secara detail, target perolehan medali emas Indonesia di Asian Games ke-18 akan diumumkan pada 10 Juni. Pengumuman ini menyangkut strategi dan evaluasi akhir menjelang pelaksanaan ajang multicabang itu. Pengumuman pada waktu yang telah ditentukan itu juga memperhitungkan strategi pemenangan atlet.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dalam diskusi di Kantor Staf Presiden di Jakarta, Senin (21/5/2018). ”Secara umum target yang diminta Presiden ada di peringkat ke-10 besar. Dalam forum ini tidak bisa kami sampaikan secara detail targetnya berapa, kami akan sampaikan pada 10 Juni setelah negara-negara peserta memastikan ikut,” kata Imam Nahrawi kepada peserta diskusi.
Jika pengumuman target perolehan medali diumumkan terlalu dini, dikhawatirkan ada pemboikotan negara lain untuk mengikuti cabang olahraga tertentu. Hal itu bisa saja terjadi karena ini menyangkut persaingan dengan semua negara peserta. Jika tidak ada peserta dari negara lain ikut pada pertandingan tertentu, cabang yang diandalkan Indonesia bisa tidak dipertandingkan.
Pada kesempatan itu, Wakil Ketua DPR Utut Adianto menyebutkan, target emas Indonesia sebanyak 20 emas. Target itu diprediksi datang dari 14 cabang olahraga. Tanpa menampik dan mengiyakan, Imam menilai target itu tidak berlebihan. ”Dengan semangat yang luar biasa, saya sangat optimistis target itu dapat dilampaui,” kata Imam.
Adapun cabang olahraga yang dianggap berpeluang mendulang emas bagi Indonesia di antaranya bulu tangkis, panahan, atletik, boling, balap sepeda, jetski, panjat tebing, pencak silat, taekwondo, angkat besi, dan wushu. ”Beberapa peluang ini kami hitung sehingga nomor kami amati dapat dipastikan pada waktu yang ditentukan. Dari sana terlihat, mana yang paling berpeluang,” kata Imam.
Mengawal atlet
Kurang dari tiga bulan sebelum penyelenggaraan Asian Games, Imam Nahrawi kerap turun melihat langsung persiapan atlet. Sebelum menghadiri diskusi kemarin, Imam sempat inspeksi mendadak ke pemusatan latihan polo air di Jakarta. Imam berdialog dengan sejumlah atlet menyangkut hal-hal detail yang bersifat pribadi.
”Saya tanya kepada atlet, uang sakunya, dan beberapa keperluan lain. Dari sana saya mendapatkan laporan yang nyata. Misalnya soal fisioterapi yang kurang, bagaimana pemenuhan gizi, dan bagaimana mereka tinggal selama di pemusatan latihan itu,” kata Imam.
Menurut Imam, atlet sebagai aset bangsa harus dikawal dan dipenuhi kebutuhannya. Begitu pun terkait dengan latihan di tempat pemusatan, harus ada layanan yang baik. Pemerintah menyiapkan segala keperluan atlet yang dibutuhkan, termasuk menyiapkan bonus bagi atlet peraih medali emas.
Bonus kali ini berupa uang, rumah, dan status menjadi aparat sipil negara. Adapun nilai uang yang disiapkan merupakan yang terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraan Asian Games. Pada prinsipnya, Indonesia ingin menorehkan sejarah terbaik sepanjang penyelenggaraan Asian Games di Jakarta-Palembang. ”Saya harus katakan, ini ada peningkatan bonus sebesar 250 persen dibandingkan dengan Asian Games Incheon 2014. Saat itu, pemerintah memberikan bonus Rp 240 juta bagi peraih medali emas, sekarang naik,” kata Imam.
Pasca-Asian Games
Diskusi di Kantor Staf Presiden kemarin juga membahas pengembangan olahraga pasca-Asian Games ke-18. Wakil Ketua DPR Utut Adianto meminta agar ada perbaikan pengelolaan olahraga nasional. Momentum perbaikan itu sudah tiba saat ini sejalan dengan penyelenggaraan Asian Games. ”Ini momennya mendorong olahraga menjadi industri. Jika sudah sampai pada tahap itu, semua beres. Ini momentum keluar dari ketertinggalan. Jangan sampai sudah punya arena pertandingan yang hebat, ujung-ujungnya dipadati ilalang,” kata Utut.
Hal serupa disampaikan Deputi IV KSP Eko Sulistyo di forum yang sama. Menurut Eko, diskusi kemarin sore itu penting untuk menjadikan olahraga sebagai sebuah gerakan sehingga bukan hal mustahil melibatkan peran aktif masyarakat dalam sektor olahraga bisa terwujud. ”Presiden sudah merumuskan, pasca-Asian Games 2018 harus ada cetak biru pengembangan olahraga,” kata Eko.