Saat masih anak-anak, Rafael Nadal percaya bahwa paman yang juga pelatihnya, Toni Nadal, bisa mendatangkan hujan. Jika Nadal masih percaya itu, bisa jadi, dia juga percaya bahwa pamannya yang lain, Miguel Angel Nadal, juga punya kemampuan itu.
Ketika berhadapan dengan Alexander Zverev pada final turnamen ATP Masters 1000 Roma, Minggu (20/5/2018) tengah malam waktu Indonesia, hujan turun hingga dua kali menunda laga pada set ketiga. Itu terjadi ketika Nadal tertinggal 1-3.
Kebetulan, Miguel yang mantan pesepak bola Barcelona dan tim nasional Spanyol itu berada di tribune tim Nadal. Ini adalah momen yang jarang terjadi.
Saat pertandingan dilanjutkan, Nadal mendominasi dengan merebut lima gim beruntun. Dia menjuarai Roma Masters untuk kedelapan kali melalui kemenangan, 6-1, 1-6, 6-3.
”Saya tidak merasa terbantu dengan pertandingan yang terhenti karena hujan. Dalam opini saya, saya bisa menang karena kembali ke lapangan dengan taktik yang tepat,” kata Nadal dalam laman resmi Asosiasi Tenis Profesional (ATP).
Salah satu taktik yang membuatnya mendapat banyak poin adalah ketika mengembalikan bola dari servis Zverev dengan lebih tinggi dan mendekati baseline. Dengan taktik ini, Zverev pun membutuhkan waktu lebih lama untuk mengembalikan bola sehingga Nadal memiliki kesempatan untuk bersiap kembali di area baseline.
”Tak ada yang bisa saya lakukan dengan hujan. Lain waktu, saya harus menemukan cara untuk bermain lebih baik apabila pertandingan ditunda karena hujan. Setelah jeda, Rafa tampil lebih baik. Dia bermain lebih cepat dan agresif,” kata Zverev, juara Roma Masters 2017.
Meski kalah, Zverev yakin akan tampil baik di Roland Garros. ”Sedikit lagi saya bisa mengalahkan Rafa pada final Masters. Saya bisa membawa pengalaman ini ke Paris,” lanjut petenis yang lima kali dikalahkan Nadal itu.
Petenis Jerman berusia 21 tahun itu tampil konsisten pada empat turnamen tanah liat sebelum Perancis Terbuka. Selain final di Roma, dia lolos hingga semifinal Monte Carlo Masters, lalu menjuarai ATP 250 Muenchen dan Madrid Masters.
Waspada di Paris
Gelar juara di Roma menjadi yang ketiga dari tanah liat bagi Nadal pada musim ini. Sebelumnya, dia menjadi yang terbaik di Monte Carlo Masters dan ATP 500 Barcelona.
Rafael Nadal menilai, penampilannya pada set pertama menjadi yang terbaik di tanah liat pada tahun ini. ”Insting, pukulan, dan taktik saya bagus. Begitu pula pengembalian servis. Itu menjadi set terbaik,” ujarnya.
Dia pun menjadi favorit juara untuk ke-11 kalinya di Perancis Terbuka. ”Sudah pasti kemenangan seperti ini akan membantu saya, tetapi kondisi di Paris akan berbeda. Hari ini waktunya untuk menikmati kemenangan, bukan berpikir tentang Roland Garros,” kata Nadal yang kembali ke peringkat teratas dunia menggeser Roger Federer.(reuters/iya)