Berjuang Mewujudkan Mimpi Balkan
Kroasia sempat membuat kejuatan dalam debut Piala Dunia di Perancis 1998 dengan mengalahkan Jerman, 3-0, sebelum akhirnya finis di posisi ketiga. Kini, di Rusia, skuad Kroasia dengan sederet pemain bintang akan memburu gelar juara dunia.
Kroasia semakin menunjukkan dirinya sebagai tim ”langganan” pada putaran final Piala Dunia. Sejak mengikuti Piala Dunia 1998 sebagai negara merdeka yang lepas sepenuhnya dari bayang-bayang Yugoslavia, timnas Kroasia hanya sekali absen di Piala Dunia, yaitu Piala Dunia Afrika Selatan 2010.
Hal itu menunjukkan tim dari negeri Balkan tersebut memiliki banyak pilihan pemain berkualitas dan dari waktu ke waktu tidak pernah kehabisan stok pemain istimewa. Tekad mereka pun semakin kuat untuk mewujudkan mimpi membawa pulang Piala Dunia.
Di Kroasia, sepak bola memang olahraga populer dan tim nasional telah mengembangkan basis-basis pendukungnya secara meluas sejak secara resmi dibentuk pada 1991. Menyusul keberhasilan penampilan Kroasia pada Piala Dunia 1998, tiga tahun setelah perang kemerdekaan Kroasia, perhatian terhadap timnas sepak bola Kroasia semakin meningkat, baik di dalam maupun luar negeri.
Timnas sepak bola Kroasia yang berhasil merebut posisi ketiga pada debutnya di Piala Dunia 1998 setelah mengalahkan Belanda, 2-1, dalam perebutan tempat ketiga menjadi simbol persatuan dan kemerdekaan penuh Kroasia dari Yugoslavia.
”Kroasia adalah negeri sepak bola. Ketika seorang bayi lahir, yang pertama kali diberikan oleh ayahnya adalah sepak bola. Itu ada dalam darah kami,” kata pemain belakang Vedran Corluka dikutip BBC, yang menunjukkan betapa mengakarnya sepak bola di warga Kroasia.
Kroasia lolos ke putaran final Piala Dunia tiga kali berturut-turut pada 1998, 2002 dan 2006, tetapi mereka gagal lolos ke Piala Dunia 2010. Pada 2014, mereka kembali hadir di Piala Dunia di Brasil. Akan tetapi, berada di Grup A bersama Brasil, Meksiko, dan Kamerun, membuat Kroasia gagal melangkah ke putaran berikutnya. Kroasia menempati posisi ketiga di grup setelah Brasil dan Meksiko.
Meski dari segi fasilitas Kroasia tidak memiliki fasilitas berlatih sebaik banyak negeri sepak bola lainnya, seperti Jerman, Inggris, dan Spanyol, para pemain Kroasia justru sudah terbiasa berlatih dalam kondisi yang
serba sederhana. Wajarlah apabila hingga saat ini tidak ada satu klub Kroasia yang sengat menonjol di daratan Eropa, baik di ajang Liga Europa maupun Liga Champions.
Meski demikian, para pemain Kroasia tersebar ke sejumlah klub di Eropa dan menjadi pilar penting di sejumlah klub besar. Luka Modric salah satunya, yang menjadi pemain penting di klub Spanyol, Real Madrid.
Sayangnya, di tengah prestasi timnas sepak bolanya yang semakin bersinar di berbagai ajang dunia, Federasi Sepak Bola Kroasia (HNS) dipusingkan dengan ulah para pendukung fanatik timnas. Para suporter garis keras itu sering menimbulkan onar di berbagai pertandingan sehingga sanksi-sanksi internasional harus diterima timnas Kroasia.
Salah satu kerusuhan suporter itu adalah insiden berbau rasial terhadap penyerang tim Inggris berkulih hitam, Emily Heskey, pada 2010. Para pendukung tim Kroasia juga kerap menyalakan suar saat pertandingan internasional berlangsung sehingga Kroasia dikenai sanksi, baik oleh FIFA maupun UEFA.
Ulah para penonton Kroasia itu ditengarai sebagai tindakan protes mereka atas tuduhan korupsi dan pengelolaan uang yang tidak baik oleh HNS dan timnas Kroasia. Akan tetapi, masalah tersebut tidak sampai merusak soliditas timnas sepak bola Kroasia.
Pertahanan kokoh
Pada babak kualifikasi menuju putaran final Piala Dunia 2018 ini, tim Kroasia sudah menunjukkan sebagai tim yang sangat bagus dalam bertahan. Pada babak kualifikasi, Kroasia hanya kemasukan empat gol, sama dengan juara dunia Jerman dan juara Eropa, Portugal.
Penjaga gawang yang bermain di klub Lyon, Danijel Subasic, menjadi penjaga gawang pilihan pertama Kroasia. Kemampuannya dalam mencetak gol, seperti dilakukannya saat melepaskan tendangan bebas untuk klubnya, Lyon, pada 2012, menjadi nilai lebih Subasic yang telah tampil pada 36 laga internasional sejak debutnya pada 2009.
Subasic juga didukung barisan pertahanan tangguh. Kembalinya Vedran Corluka yang sepanjang laga kualifikasi ataupun persahabatan tahun lalu tidak bisa bermain karena cedera otot tendon besar semakin menambah kekuatan Kroasia. Selama ini, dengan memasang Domagoj Vida, Josip Pivaric, dan Dejan Lovren, banteng Kroasia pun sudah cukup kokoh.
Di lini tengah, bagi duet Luka Modric dan Ivan Rakitic, Piala Dunia 2018 mungkin menjadi kesempatan terakhir mereka. Pasalnya, Pelatih Kroasia Zlatko Dalic juga punya beberapa pilihan pemain menarik lainnya untuk lapangan tengah, antara lain Milan Badelj (Fiorentina), Sime Vrsaljko (Atletico Madrid), Mateo Brozovic (Inter Milan), dan Mateo Kovacic (Real Madrid). Tidak berlebihan apabila Kroasia dipandang sebagai tim dengan lapangan tengah terkuat di Eropa.
Dengan pola permainan 4-2-3-1 yang diterapkan Dalic, Mario Mandzukic menjadi andalan serangan tim Kroasia. Dengan didukung Ivan Perisic dan Nikola Kalinic, serta Andrej Kramaric yang juga patut diwaspadai lawan, Kroasia punya cukup amunisi untuk menyerang dan membobol gawang lawan- lawannya.
Optimistis
Para pemain Kroasia yang banyak membela klub-klub besar Eropa itu menyuntikkan optimisme kepada Dalic. Di Real Madrid ada Modric dan Kovacic. Mereka pada 27 Mei mendatang akan melawan Dejan Lovren yang menjaga jantung pertahanan Liverpool pada laga
final Liga Champions di Kiev, Ukraina.
Sebelumnya, Sime Vrsalijko ikut mengantar Atletico Madrid menjuarai Liga Eutopa. Bek kanan itu tampil solid saat Atletico melibas Olympique Marseille, 3-0, pada laga final.
”Saya senang banyak pemain Kroasia memiliki kesempatan berjuang membela klubnya untuk meraih berbagai trofi. Saya mengucapkan selamat kepada setiap pemain yang memenangi trofi musim ini,” ujar Dalic di situs resmi Federasi Sepak Bola Kroasia.
Musim ini, Ivan Rakitic juga meraih dua gelar bersama Barcelona. Demikian juga Mandzukic mengantar Juventus menjuarai Liga Italia dan Piala Italia.
”Ini menegaskan kualitas Kroasia dan membuat kami merasa optimistis menjelang Piala Dunia,” kata Dalic.
”Para pemain menantikan tantangan yang akan datang, kami sadar seluruh Kroasia akan senapas dengan kami. Kami harus melakukan segalanya untuk menyelaraskan diri dengan cinta suporter, kepercayaan, dan harapan,” ujar pelatih berusia 51 tahun itu dikutip Sports.
Berada di Grup D bersama Argentina, Eslandia, dan Nigeria di Piala Dunia Rusia 2018, Kroasia berpeluang besar lolos dari fase grup. Bermain di Rusia jelas tidak akan menjadi masalah bagi pasukan asuhan Dalic itu karena kondisi iklim di Rusia dan Kroasia tidak jauh berbeda. Dari sisi ini, Kroasia lebih diuntungkan ketimbang Nigeria ataupun Argentina, yang tampaknya akan lebih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kondisi iklim di Rusia.
Kroasia kini akan menjalani persiapan akhir dengan menjalani pemusatan latihan di Zagreb mulai 26 Mei. Modric dan kawan-kawan dijadwalkan menjalani dua laga persahabatan melawan Brasil pada 3 Juni di Stadion Anfield dan melawan Senegal di Osijek pada 8 Juni. Skuad Kroasia akan berangkat ke Rusia pada 11 Juni.