PARIS, RABU-Maria Sharapova sebenarnya tak asing dengan lapangan tanah liat Roland Garros, Paris Perancis. Namun, kehadirannya pada musim ini menjadi yang pertama setelah absen pada 2016-2017. Sharapova pun percaya diri bisa mendapat hasil baik di lapangan yang telah memberinya dua gelar juara itu.
Petenis glamor asal Rusia itu absen pada 2016 karena skors doping selama 15 bulan sejak Januari 2016. Setahun berikutnya, dia tak bisa tampil karena peringkat dunianya menurun. Panitia penyelenggara juga tak mau memberinya wildcard.
Meski pencapaian saat bertanding kembali, sejak April 2017, belum kembali pada penampilan terbaiknya, Sharapova tetap menjadi salah satu kompetitor berat, terutama di lapangan tanah liat. Dia belum berniat mengundurkan diri dari dunia tenis meski bisnis permen dengan nama Sugarpova yang dijalaninya lebih sukses.
“Saya masih punya hasrat untuk berada di dunia tenis, termasuk ketika saya mengalami masa sulit,” kata Sharapova yang telah berlatih pada Rabu (23/5) di Roland Garros. Turnamen tersebut akan berlangsung pada 27 Mei-10 Juni.
Pada foto-foto latihan yang diunggah dalam laman resmi turnamen, salah satu program latihan yang dijalani adalah bermain dengan tubuh diikat tali elastis dengan ujung tali yang lain dipegang oleh salah satu pelatih.
Setelah berada pada peringkat keempat pada akhir 2015, dia berada pada urutan ke-60 pada akhir 2017. Musim ini, dia mendapat hasil terburuk dalam kariernya ketika tersingkir pada babak pertama dalam tiga turnamen beruntun, pada rentang Februari hingga April.
Pada Maret, dia mengakhiri kerja sama dengan pelatih asal Belanda, Sven Groeneveld, dan kembali dilatih Thomas Hogstedt (Swedia). Hogstedt adalah pelatih yang mengantarkannya menjuarai Perancis Terbuka 2012, momen ketika Sharapova melengkapi gelar juara dari tiga grand slam lain.
Berkarier sebagai petenis profesional sejak 2001, pemain berusia 31 tahun ini telah mengumpulkan lima gelar grand slam, termasuk dari Perancis Terbuka 2012 dan 2014. Australia Terbuka 2015 menjadi penampilan terakhirnya di final grand slam.
Setelah tampil pada perempat final di Madrid dan semifinal di Roma, dua turnamen tanah liat, Sharapova akan menjadi bagian dari 32 petenis unggulan di Perancis Terbuka. Penampilan di Madrid, ketika memenangi tiga dari lima pertandingan dalam tiga set, membangkitkan kepercayaan dirinya. Saat itu, Sharapova mengalahkan juara Perancis Terbuka 2017, Jelena Ostapenko, pada perempat final.
“Saya merasa punya kesempatan untuk meraih hasil baik di Roland Garros dengan hasil di Madrid. Saya banyak berlatih di lapangan, bermain, dan membangun situasi yang baik,” kata Sharapova.
Tantangan Serena
Dua mantan petenis AS, Chris Evert dan Jim Courier, berpendapat, kondisi fisik akan menjadi tantangan berat bagi Serena Williams saat kembali ke Roland Garros. Musim 2017, Serena absen karena hamil. Perancis Terbuka 2018 pun menjadi grand slam pertama setelah terakhir kali tampil pada Australia Terbuka 2017 dan menjadi juara.
“Saya dengar, saat di Palm Beach, dia berlatih keras bersama pelatih fisik. Dia tahu cara bermain tenis, faktor yang akan menentukan penampilannya adalah fisiknya. Untuk juara dalam grand slam, seorang petenis harus memenangi tujuh pertandingan beruntun,” kata Chris Evert, tujuh kali juara Perancis Terbuka pada era 1970 hingga 1980-an.
Courier berpendapat serupa. “Dia kekurangan jam bertanding setelah melahirkan. Namun, jika bisa mencapai pekan kedua, dia akan sulit untuk dikalahkan,” ujar Courier.
Serena absen dari turnamen setelah menjuarai Australia Terbuka 2017 dan baru bertanding kembali pada Maret 2018. Dia kalah pada babak ketiga di Indian Wells dan babak pertama di Miami. Dengan peringkat ke-453 dunia, Serena tak akan menjadi unggulan di Roland Garros. (REUTERS)