YOGYAKARTA, KOMPAS - Atlet-atlet tim nasional panjat tebing yang disiapkan untuk Asian Games 2018 saat ini kembali menjalani pemusatan latihan di Yogyakarta setelah mengikuti tiga seri Piala Dunia 2018 di Rusia dan China. Meski hasil dari tiga seri kejuaraan dunia itu sangat positif, para atlet kembali ditempa latihan fisik agar performanya meningkat.
Para atlet panjat tebing, Kamis (24/5/2018), menjalani lagi uji kebugaran, antara lain melakukan pull-up dengan membawa beban barbel. Untuk atlet putra, beban barbel yang harus diangkat adalah 55 kilogram, sedangkan untuk atlet putri beban barbelnya 40 kilogram. Dari tes tersebut, umumnya atlet putra hanya mampu melakukan pull-up 4-6 kali, sedangkan atlet putri melakukan 2-4 kali.
Pelatih kepala timnas panjat tebing, Caly Setiawan, menjelaskan, saat ini para atlet kembali menjalani persiapan umum untuk mengembalikan stamina mereka. ”Dari hasil tes ini akan kami lihat latihan seperti apa yang diperlukan. Mungkin bisa dua sampai tiga minggu persiapan umumnya. Setelah itu, akan masuk ke persiapan khusus selama satu bulan. Di tahap itu lebih ke persiapan teknis,” kata Caly di lokasi pelatnas kompleks Stadion Kridosono.
Setelah para atlet kembali dari Rusia dan China, lanjut Caly, para atlet mendapatkan libur tiga hari sehingga pengujian itu memang diperlukan untuk mengukur lagi tingkat kebugaran fisik para atlet.
Suasana pelatnas panjat tebing sangat akrab dan penuh kegembiraan. Latihan panjat dan fisik hanya dilakukan pada sore hari karena para atlet tetap menjalani puasa. Oleh karena itulah, setelah menjalani latihan dua jam, mereka langsung berbuka puasa bersama.
”Kalau melihat di Rusia dan China, sih, latihan yang sudah kami jalani selama ini sebenarnya sama dengan mereka. Jadi, ya, kami lebih banyak belajar kesiapan mental menghadapi kompetisi,” ujar Aries Susanti Rahayu, atlet putri yang bergabung di pelatnas pada 2017 dan merebut medali emas pada seri Piala Dunia 2018 di Chongqing, China.
Hal serupa disampaikan Aspar Jaelolo, atlet putra yang meraih medali perak di Chongqing. ”Memang, yang susah itu kontrol diri sendiri karena emosi kami sangat tinggi kalau dalam pertandingan. Padahal, di nomor speed ini bukan hanya kecepatan yang dicari, tetapi juga pijakan dan pegangan yang benar. Kalau emosinya kurang terkontrol, pasti ada aja salah pijak atau salah pegang,” kata atlet asal Donggala, Sulawesi Tengah, itu.
Tim voli
Dari Ha Nam, Vietnam, timnas bola voli putra Indonesia ditekuk Kazakhstan, 3-2 (25-21, 24-26, 16-25, 25-23, 15-9) pada turnamen Lienvietpostbank, Jumat (25/05/2018). Turnamen ini untuk menjajal kemampuan para pemain menjelang Asian Games 2018.
”Pada set keempat sebenarnya kita sudah memimpin dan seharusnya bisa memenangi pertandingan, tetapi stamina drop karena mungkin banyak yang puasa,” kata manajer timnas voli putra, Rachmat Harsono, dari Vietnam, kemarin.
Pelatih timnas voli putra, Samsul Jais, mengatakan, uji coba ini untuk mengukur kemampuan individu, termasuk para pemain muda, serta kerja sama tim. Ada empat pemain muda, yakni Nizar Julfikar Munawar, Yuda Mardiansyah Putra, dan Galih Bayu dari Surabaya Bhayangkara Samator, serta Veleg Dhany Ristan Krisnawan (Jakarta BNI Taplus).
Bayu digadang-gadang menjadi pengganti Agung Seganti, eks kapten timnas yang dicoret dari pelatnas. ”Kemampuan Bayu memang perlu diasah sedikit. Namun, dari sisi fisik, dia lebih bagus daripada Agung karena lebih muda,” kata Samsul Jais.(OKI/IND)