KIEV, JUMAT Liverpool, tim yang tampil menawan dengan pakem sepak bola bak musik metal pada Liga Champions musim ini, mengejar akhir yang ingar-bingar dalam ”konser” puncak di Kiev, Ukraina, Minggu (27/5/2018) dini hari WIB ini. Mereka wajib melawan demam panggung jika ingin meruntuhkan hegemoni Raja Eropa saat ini, ”The Royal” alias Real Madrid.
”The Reds” boleh saja berstatus tim paling garang di Eropa musim ini. Koleksi 40 gol pada 12 laga Liga Champions musim ini tidak mampu ditandingi tim-tim lainnya sekalipun itu Real, juara bertahan yang mengemas 30 gol.
Namun, pada laga final ini, The Reds mau tidak mau harus menerima status underdog. Jurang pengalaman dan prestasi keduanya sangat lebar. Real adalah pemenang berseri, sementara Liverpool ”spesialis gagal”. Real, dalam asuhan Pelatih Zinedine Zidane, selalu berjaya di tujuh partai final berbagai kompetisi, termasuk dua edisi terakhir Liga Champions.
Sebaliknya, laga-laga final The Reds selalu berakhir antiklimaks di bawah asuhan Juergen Klopp. Final Liga Europa dan Piala Liga Inggris pada 2016 menjadi buktinya. Pada kedua partai puncak itu, Liverpool mendadak didera demam panggung. The Reds dikalahkan Sevilla dan Manchester City saat itu.
Menyadari buruknya rekor itu, Klopp menyampaikan petuah khusus kepada anak-anak asuhnya jelang duel kontra Real. Ibarat sebuah konser akbar, Klopp meminta pasukannya untuk memberikan yang terbaik, menghibur penonton, tanpa memikirkan gelar juara.
”Jika menang, itu hasil kerja keras kalian. Namun, jika kalah, itu adalah kesalahan saya,” ujar Klopp, manajer yang menelan lima kekalahan beruntun pada laga final berbagai kompetisi, kepada para pemainnya.
Dengan memindahkan beban psikologis itu, Klopp berharap para pemainnya bisa bermain lebih rileks dan lepas, tidak seperti para finalis sebelumnya, yaitu Juventus dan Atletico Madrid, yang bertubi-tubi gagal mengudeta Real dari singgasana Eropa.
Kontras dengan Real yang kaya pengalaman, tidak ada satu pun dari pemain The Reds saat ini yang pernah mengangkat trofi ”si kuping lebar”. Namun, ambisi mengejar yang pertama membuat mereka bakal tampil lebih beringas. ”Saya justru lebih senang kami berstatus underdog. Itu membuat kami lebih terlecut,” kata Dejan Lovren, bek Liverpool.
Di kubu Real Madrid, Zidane justru bersikap menghormati Liverpool dan enggan meremehkan. Bagi Zidane, tim asuhan Klopp itu sangat kuat dan Madrid sudah sangat siap menghadapinya.
”Madrid dan Liverpool tidak memainkan gaya yang sama. Semua orang bicara trisula lini depan (Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane) dan mereka kurang di lini belakang. Namun, mereka adalah unit tim. Mereka mencapai final dan layak berada di sana, sama seperti kami,” kata Zidane.
Semua pemain Madrid dalam keadaan siap tempur. Bek kanan Dani Carvajal sudah pulih dari cedera. Gareth Bale juga sudah kembali ke penampilan terbaiknya dengan mencetak empat gol dari lima laga terakhir.
Dengan demikian, Zidane memiliki banyak alternatif strategi untuk menghadapi Liverpool. Zidane dapat memainkan permainan menyerang dengan formasi 4-3-3, yang mengandalkan trio Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Bale.
Zidane juga dapat memperkuat lini tengah dengan formasi 4-4-2 untuk mematahkan suplai bola bagi trisula Liverpool.
”Tidak seorang pun dapat mengambil rasa lapar akan gelar dari kami. Kami, Real Madrid. Kami selalu ingin lebih dan akan memberikan semua untuk mendapat lebih,” kata Zidane. (AFP/REUTERS/ECA/JON)