Di Mogi das Cruzes, sebuah kota miskin yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Sao Paulo, Brasil, Neymar dilahirkan. Kini, 26 tahun kemudian, Neymar menjadi pemain termahal di dunia dan tulang punggung tim nasional Brasil.
Andai saja pencari bakat dari klub Santos, Betinho dos Santos, tidak melihat Neymar ketika memainkan bola saat berusia 6 tahun, ceritanya akan lain. ”Saya melihatnya berlari. Dia sangat kurus, tetapi punya kelincahan dan koordinasi badan yang bagus. Ketika dia memainkan bola, saya langsung terkejut,” kata Betinho.
Sejak saat itulah Neymar mulai diminta berlatih serius dan kemudian meniti karier sebagai pemain profesional. Puncaknya ketika Neymar dibeli klub Paris Saint-Germain seharga 222 juta euro atau Rp 3,16 triliun sebelum memasuki musim kompetisi 2017-2018. Neymar seketika menjadi pemain termahal sejagat dan mengguncang industri sepak bola.
Maka, tidak mengejutkan ketika Neymar mengalami cedera retak tulang telapak kaki pada Maret 2018, Brasil berduka. Harapan meraih trofi Piala Dunia Rusia 2018 pun mulai pudar. ”Neymar tak tergantikan karena levelnya, kualitasnya, dan dia salah satu dari tiga pemain terbaik di dunia. Itu faktanya,” kata Pelatih Brasil Tite, Maret lalu.
Jika menilik Piala Dunia Brasil 2014, sosok Neymar sangat vital. Empat tahun lalu, Neymar cedera saat melawan Kolombia di perempat final. Tanpa Neymar di semifinal, Brasil dilumat Jerman, 1-7. Mereka pun gagal merebut peringkat ketiga setelah kalah 0-3 dari Belanda.
Lain halnya ketika Neymar tampil di Olimpiade Rio 2016. Dia dalam keadaan terbaik dan Brasil meraih medali emas pertama mereka di cabang sepak bola. Saat itu Brasil menang 1-1 (5-4) atas Jerman pada laga final. Neymar jadi penentu kemenangan dalam adu penalti.
Kini, Neymar sudah pulih dan ikut berlatih bersama rekan-rekannya sebelum berangkat ke Rusia. ”Syukurlah saya punya kesempatan lagi untuk mewujudkan mimpi masa kecil saya. Semoga kali ini saya bisa mengangkat trofi (Piala Dunia),” katanya. (AFP/REUTERS/DEN)