”Los Ticos” Datang Menantang Keraguan
Kosta Rika pernah menjadi tim ”kuda hitam” di Piala Dunia Brasil 2014 dengan menaklukkan Uruguay dan Italia. Dunia pun menantikan skuad ”Los Ticos” kembali membuat kejutan di Rusia dengan menundukkan juara dunia lainnya seperti Brasil yang sama-sama menghuni Grup E.
Jalanan di pusat kota San Jose, ibu kota Kosta Rika, berubah menjadi lautan manusia pada 20 Juni 2014. Ribuan warga Kosta Rika memilih keluar dari rutinitas dan turun ke jalan untuk merayakan hari bersejarah ketika kesebelasan mereka bisa mencampakkan dua juara dunia sekaligus dalam satu laga, Italia dan Inggris.
Laga bersejarah itu terjadi di Arena Pernambuco, Brasil. Kosta Rika secara mengejutkan bisa menaklukkan peraih empat gelar juara dunia, Italia, pada laga penyisihan grup Piala Dunia Brasil 2014 dengan skor 1-0. Bryan Ruiz mencetak gol tunggal dalam laga itu dengan sundulannya menjelang akhir babak pertama.
Kemenangan itu memastikan Kosta Rika lolos ke babak 16 besar karena pada laga pertama mereka menang 3-1 atas Uruguay, tim yang menjuarai Piala Dunia 1930 dan 1950. Tidak hanya itu, berdasarkan perolehan poin, Kosta Rika otomatis juga menyingkirkan juara dunia 1966, Inggris, yang sudah kalah dua kali dari Italia dan Uruguay.
”Saya sangat senang melihat tim kami tampil di Piala Dunia. Bagaimana bisa saya belajar di sekolah dan melewatkan pertandingan besar ini?” kata salah seorang warga Kosta Rika, Keyn Tucker, yang waktu itu masih berusia 16 tahun. Tucker memutuskan untuk membolos dan bersama ribuan warga lainnya menonton laga Kosta Rika kontra Italia melalui layar besar di Plaza de la Democracia, San Jose.
Sepanjang hari itu, warga berpesta dan berkonvoi di jalanan. ”Saya serasa sedang bermimpi. Kami mengalahkan tim juara. Kami mengalahkan tim juara,” kata warga lainnya, Rolando Jimenez, sambil menangis haru.
Ya, Kosta Rika memang membuat dunia tercengang dalam dua laga pertama di Brasil. Waktu itu, tim berjuluk Los Ticos itu berada di grup neraka dan menjadi satu-satunya tim yang belum pernah menjuarai Piala Dunia. Meski berstatus underdog, Keylor Navas dan kawan-kawan mampu menjuarai Grup D karena pada laga berikutnya menahan Inggris 0-0. Los Ticos melaju ke babak 16 besar bersama Uruguay.
”Semakin beringas si banteng, matador yang melawannya harus lebih jago,” ungkap pelatih Kosta Rika saat Piala Dunia 2014, Jorge Luis Pinto, mengomentari grup neraka itu seperti dikutip laman BBC. Ia merasa terhormat bisa masuk grup tersebut karena artinya Kosta Rika adalah tim yang beringas sehingga harus dipertemukan dengan tim-tim yang hebat.
Rupanya ”si banteng” itu masih tetap beringas. Di babak 16 besar, mereka mengalahkan Yunani, 1-1 (5-3), dan melaju ke perempat final untuk pertama kalinya. Sayangnya, mereka kemudian bertemu Belanda dan kalah 0-0 (3-4). Namun, bisa memaksa Belanda yang diperkuat Robin van Persie dan Arjen Robben bermain hingga babak adu penalti merupakan pencapaian yang tidak mudah. Skuad Kosta Rika pun bisa pulang dengan gembira.
Sulit diulang
Masalahnya, kejutan empat tahun lalu itu tampaknya sulit diulang lagi oleh Kosta Rika di Piala Dunia Rusia 2018. Penampilan mereka selama kualifikasi zona Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF) dan laga-laga persahabatan tidak menunjukkan sinyal mereka sedang menyiapkan kejutan baru.
Pada kualifikasi, Los Ticos hanya mampu mengalahkan Trinidad-Tobago serta Amerika Serikat, dua tim yang tidak lolos ke Rusia. Mereka bahkan kalah dari Panama yang baru pertama kali lolos ke Piala Dunia dan dua kali ditahan Honduras. Los Ticos finis di peringkat kedua di bawah Meksiko.
Setelah kualifikasi, Los Ticos menelan tiga kekalahan dari empat laga persahabatan. Kekalahan terburuk adalah ketika dilumat Spanyol, 5-0. Selanjutnya mereka dikalahkan Hongaria 0-1 dan Tunisia 0-1. Mereka hanya menang 1-0 atas Skotlandia.
Sebelum berlaga di Rusia, Pelatih Kosta Rika Oscar Ramirez masih memiliki kesempatan memperbaiki tim dalam tiga laga persahabatan lagi, yaitu melawan Irlandia Utara, Inggris, dan Belanda. Persiapan matang sangat diperlukan karena mereka akan berada di Grup E bersama Brasil, Swiss, dan Serbia.
Ini adalah grup yang juga tidak mudah meski hanya Brasil yang pernah menjadi juara. Swiss yang tampil konsisten selama kualifikasi juga bakal menjadi rintangan. Serbia juga terkenal memiliki pertahanan yang solid. Editor sepak bola, Rene Tovar, dalam kolomnya di ESPN, mengatakan, Kosta Rika bisa saja mengikuti Brasil ke babak 16 besar. Namun, mereka akan bertemu Jerman atau Meksiko sehingga akan sulit untuk mengulang kejutan tampil di perempat final lagi.
Andalkan pengalaman
Berada di Grup E itu membuat bek sayap Kosta Rika, Bryan Oviedo, mengingat masa ketika dirinya duduk bersama ayahnya menonton siaran langsung laga Los Ticos melawan Brasil pada Piala Dunia 2002. Waktu itu, ia kagum dengan kecantikan permainan Brasil yang masih diperkuat Ronaldo, Ronaldinho, dan Roberto Carlos. Brasil mengalahkan Kosta Rika, 5-2, dan terus melaju jauh hingga menjuarai turnamen yang berlangsung di Korea Selatan dan Jepang itu.
”Waktu itu (2002), Brasil sangat kuat. Mereka sekarang masih kuat, tetapi sepak bola terus berubah. Kami sekarang juga memiliki banyak pemain yang lebih berpengalaman,” kata Oviedo seperti dikutip laman FIFA.
Pengalaman, seperti yang dikatakan Oviedo, menjadi kata kunci bagi Ramirez dalam membentuk skuadnya. Pelatih yang menggantikan posisi Paulo Wanchope pada 2015 ini pun membawa 13 pemain yang juga ikut ke Brasil empat tahun lalu. Ia berharap pengalaman dan ikatan kuat antar-pemain dapat menjawab keraguan terhadap skuadnya.
Konsekuensinya, Kosta Rika akan menjadi tim dengan rata-rata usia pemain di atas 28 tahun. Mereka bisa kewalahan menghadapi tim-tim yang memiliki banyak pemain muda dan punya energi berlebih.
Masih ada lagi satu kekurangan mendasar yang dimiliki Los Ticos: mereka masih membutuhkan striker murni. ”Kami punya Joel Campbell dan Marco Urena, tetapi masih perlu striker yang bisa menerima bola, menahannya sebentar, dan menembak. Kami perlu variasi serangan,” kata Wanchope mengingatkan.
(Reuters/DEN)