Bagi warga Meksiko, sepak terjang ”El Tri” sejak Piala Dunia di Amerika Serikat pada 1994 ibarat kisah telenovela. Apa pun ceritanya, perjuangan dan drama penuh liku yang dilewati, hasil akhirnya tetap tertebak. Sang lakon berakhir tragis dengan derita tak berkesudahan.
Meksiko merupakan tim paling konsisten di Piala Dunia. Bersama dua raksasa, yaitu Jerman dan Brasil, El Tri menjadi langganan babak 16 besar di enam Piala Dunia terakhir sejak 1994. Bedanya, jika Jerman dan Brasil kerap melangkah jauh, bahkan menjadi kampiun, Meksiko selalu terhenti di fase itu. Tidak kurang atau lebih.
Tak heran warga Meksiko percaya tim mereka seolah dibenci Dewi Fortuna jika enggan dikatakan dikutuk. Tengok saja Piala Dunia Jerman 2006. Saat itu, Rafael Marquez dan kawan-kawan tampil gagah di 16 besar. Mereka tak gentar melawan Argentina yang diperkuat Hernan Crespo dan Javier Saviola.
El Tri nyaris meraih perempat final, seperti di Piala Dunia 1970 dan 1986, kala Marquez mencetak gol cepat. Namun, impian itu pupus oleh gol Crespo, empat menit berselang, dan gol gelandang Argentina, Maxi Rodriguez, di babak perpanjangan waktu.
Putus asa
Nasib naas juga terjadi di Amerika Serikat. El Tri disingkirkan Bulgaria dan legendanya, Hristo Stoichkov, di babak 16 besar melalui drama adu penalti. Dua dekade berselang, warga Meksiko yang putus asa sampai memanjatkan doa di depan patung Malaikat Kemerdekaan di pusat kota Mexico City untuk mengusir ”hantu” nasib buruk.
Saat itu, El Tri menghadapi Belanda di babak 16 besar Piala Dunia Brasil, 2014 silam. El Tri yang sempat unggul lebih dulu kembali kandas akibat penalti, menyusul pelanggaran terhadap pemain Belanda, Arjen Robben, pada injury time babak kedua.
Nasib kini menuntun Meksiko ke ”grup neraka” di Piala Dunia Rusia. Mereka tergabung di Grup F bersama Jerman, Swedia, dan Korea Selatan.
Bintang Meksiko, Javier Hernandez, sesumbar timnya bisa melangkah lebih jauh. ”Kami ke Rusia untuk memenangi Piala Dunia. Banyak orang berkata ini tidak realistis, hanya mimpi. Namun, mereka yang tidak punya mimpi sulit mengejar ambisi,” ujar striker 30 tahun itu.
Rusia agaknya menjadi Piala Dunia terakhir bagi mantan striker Manchester United dan Real Madrid itu. Ia bakal habis-habisan dan mematok target tinggi di Rusia. Beban itu bakal lebih berat apabila rekannya, striker Giovani Dos Santos, masih cedera.
Beruntung Meksiko kini memiliki tenaga baru, seperti Jesus Corona (25) dan Hirving Lozano (22). Para penyerang sayap yang tengah meroket di liga-liga Eropa itu bisa menjadi alternatif sumber gol bagi Meksiko. Kecepatan dan kualitas teknik mereka bakal menjadi ancaman tim-tim Eropa, seperti Jerman dan Swedia.
Trisula El Tri terbukti garang saat kualifikasi Piala Dunia zona Amerika Utara. Untuk pertama kali sejak 1998, mereka memuncaki grup. Sama seperti Brasil, mereka unggul telak atas pesaingnya di grup dan lolos ke Rusia dengan menyisakan tiga laga.
”Kami harus berhenti merasa sebagai tim medioker yang tidak pernah (lagi) melangkah ke laga kelima (perempat final). Ini harus dihilangkan dengan mengejar juara,” ujar Hector Herrera, sang kapten, kepada Marca.