Pelatnas loncat indah ternyata belum bisa melakukan latihan dengan efektif karena fasilitas latihan belum lengkap. Hal itu coba diatasi dengan melakukan pemusatan latihan di China.
JAKARTA, KOMPAS - Sekitar dua bulan jelang Asian Games 2018, ternyata masih ada pelatnas yang tak bisa berlatih dengan optimal karena peralatan latihan yang belum lengkap. Hal itu dialami pelatnas loncat indah yang belum bisa berlatih di tempat latihan kering (dry land) karena belum tersedia di Arena Akuatik Senayan, Jakarta. Untuk mengatasi kendala itu, loncat indah memilih melakukan pemusatan latihan di China, yang dinilai memiliki fasilitas lengkap, selama lebih kurang dua bulan.
Adapun kebutuhan tempat latihan kering itu sudah diungkap oleh pelatih tim nasional loncat indah Indonesia sekaligus anggota Bidang Pembinaan dan Prestasi PRSI, Harli Ramayani, sejak Desember lalu atau ketika Arena Akuatik Senayan pertama kali dibuka dan diuji coba. Namun, enam bulan menanti, kebutuhan krusial tersebut belum juga dipenuhi.
”Dry land itu sangat dibutuhkan atlet untuk mengasah mental sebelum terjun dari papan menara yang tinggi di arena pertandingan sesungguhnya. Kalau dry land tidak ada, sulit kita melatih atlet melakukan gerakan loncat dengan kesulitan atau faktor risiko tinggi. Padahal, faktor risiko tinggi itu bisa memberikan nilai lebih besar,” ujar Harli ketika ditemui di Jakarta, Senin (4/6/2018).
Guna mengatasi itu, Harli menyampaikan, pihaknya akan membawa sembilan atlet pelatnas loncat indah melakukan pemusatan latihan di China. Tiga atlet utama berangkat lebih dulu pada Rabu (6/6/2018), disusul enam atlet lain sekitar dua pekan setelahnya. Semua atlet itu berada di China hingga 10 hari sebelum jadwal pertandingan loncat indah Asian Games, atau sekitar 16-17 Agustus.
China dipilih karena memiliki fasilitas lengkap, termasuk tempat latihan kering. Di sisi lain, China ada instruktur yang bisa diberdayakan mengoptimalkan kemampuan atlet nasional. ”Selain itu, di sana juga banyak atlet yang bisa menjadi lawan tanding para atlet pelatnas,” kata Harli.
Fokus persiapan
Sementara itu, sejumlah pelatnas lain mulai fokus ke persiapan tanding di Asian Games. Panahan, misalnya, fokus latihan mereka sekarang adalah meningkatkan konsentrasi dan ketepatan tembakan.
Pelatih kepala panahan, Deni Trisyanto, menyampaikan, latihan peningkatan konsentrasi dilakukan dengan melakukan meditasi dan latihan anaerobik. ”Teknik pernapasan atlet dilatih agar lebih stabil. Tujuannya, agar atlet tenang saat menembak. Ketenangan itu sangat dibutuhkan atlet panahan. Sebab, sedikit saja ada getaran, tembakan pasti akan meleset,” ujarnya.
Latihan ketepatan menembak dilakukan dengan menghilangkan warna biru (poin 5 dan 6) di papan target. Nantinya, hanya ada warna merah (poin 7 dan 8), dan warna kuning (poin 9 dan 10) di papan target. ”Hal itu untuk membiasakan atlet mengincar poin tinggi, jangan lagi poin-poin kecil,” ujar Deni.
Pelatnas panahan tidak akan lagi melakukan uji tanding di dalam atupun luar negeri. Pelatih takut atlet letih dan jenuh kalau terlalu sering bertanding. Hal itu bisa membuat atlet kehilangan puncak performanya saat Asian Games.
Panahan fokus latihan di dalam negeri, antara lain di Jakarta dan Surabaya. Sejumlah pelatnas melakukan kebijakan serupa, antara lain bola voli. (DRI)