JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah 21 kontainer yang memuat peralatan layar dari sejumlah negara peserta Kejuaraan Layar Asia 2018 tersangkut di Pelabuhan Tanjung Priok. Kontainer itu terancam tidak dapat dipakai saat kejuaraan dimulai 18 Juni.
Hal itu disebabkan proses pengurusan perizinan yang tidak jelas antara pengurus, jasa penerus barang impor, dan Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc).
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (PB Porlasi) Othniel Mamahit mengatakan, pihaknya sudah mengajukan dokumen pengurusan izin kontainer pada Mei lalu. Dokumen itu ditujukan langsung ke Inasgoc karena peralatan tersebut juga akan digunakan peserta saat Asian Games 2018.
PB Porlasi pun menunjuk Matrix Logistic sebagai jasa penerus kontainer itu. Namun, Matrix ditolak Inasgoc saat ingin mengurus dokumen. ”Padahal, kontainer negara peserta sudah ada di pelabuhan sejak 18 Mei. Kami pun tidak bisa melakukan apa-apa,” kata Othniel, Senin (4/6/2018), di Jakarta.
Menurut Othniel, pada 24 Mei, Inasgoc menunjuk ECU Worldwide sebagai jasa penerusan barang untuk Asian Games 2018. Seluruh urusan kontainer Matrix pun dialihkan ke ECU. Namun, waktu penugasan terlalu mepet. Nasib kontainer negara peserta yang berisi barang pertandingan layar itu terancam tidak dapat keluar sebelum kejuaraan 18 Juni.
”Hingga kini belum ada kabar dari ECU. Mereka kurang proaktif. Seharusnya kontainer sudah sampai di arena layar pada 1 Juni. Negara peserta marah-marah dan mengancam mau memboikot karena tidak bisa menggunakan peralatan itu untuk latihan,” kata Othniel.
Pendiri Matrix Logistic, Achmad Sopani, menyesalkan proses dokumen perizinan Inasgoc yang terlambat. Padahal, masalah ini mendesak diselesaikan. Kemungkinan kontainer dapat keluar sangat kecil. Pada 9 Juni, Pelabuhan Tanjung Priok berhenti beroperasi karena libur Lebaran. Sementara itu, proses pemeriksaan izin impor sementara memerlukan tujuh hari kerja.
”Kalau izin impor sementara itu biasanya mendapatkan jalur merah. Jadi, pemeriksaannya lebih lama. Sekarang ini tinggal lima hari kerja sebelum libur panjang, kabar izin dari Bea dan Cukai saja belum ada,” kata Achmad.
Di sisi lain, pengurus impor dari ECU, Luci, juga belum dapat memastikan kapan kontainer bisa keluar. Saat ini ECU masih memproses izin separuh dari jumlah kontainer ke Bea dan Cukai.
Separuhnya lagi masih dalam tahap pengurusan dokumen di Inasgoc. ”Harapannya, Inasgoc bisa segera mungkin memproses dokumen izin impor sementara,” kata Luci. Menurut dia, pengalihan tugas ini terburu-buru. Biasanya, proses pemindahan tugas dilakukan dua bulan, sedangkan saat ini tugas dialihkan dan harus selesai kurang dari dua minggu.
Menanggapi itu, Sekjen Inasgoc Eris Herryanto mengatakan, semua proses perizinan sedang diurus Inasgoc. Ia meyakini, seluruh proses dapat selesai paling lambat minggu ini. ”Laporan kepada saya, sih, tidak mengalami kesulitan. Pengurusan ini telat karena PB Porlasi menyampaikan kepada kami saat waktunya sudah dekat,” ujarnya. (KEL)