Wilayah Chuncheon di Korea Selatan tak hanya memiliki drama berseri, Winter Sonata, yang mendunia. Warga di sana juga memiliki satu permata kebanggaan lainnya, yaitu Son Heung-min.
Son adalah pemain bola terbaik yang pernah dimiliki Korsel setelah Park Ji-sung (37). Dalam usia 25 tahun, Son mewujudkan semua impian dari pesepak bola asal Asia, yaitu membela klub top di Eropa, khususnya Liga Inggris, dan tampil di fase gugur Liga Champions Eropa.
Son adalah salah satu pemain penting di balik meroketnya prestasi Tottenham Hotspur. Total 12 gol dan enam asis ia ciptakan di Liga Inggris musim lalu. Kontribusinya itu setara nama beken di jagat sepak bola dunia yang juga pernah juara Liga Inggris, yaitu Eden Hazard (Chelsea) dan Riyad Mahrez (Leicester City).
Berkat koleksi 47 golnya untuk Spurs sejak musim 2015-2016, Son meraih predikat harum sebagai pemain asal Asia tersubur di Liga Inggris. Ia melampaui capaian barisan pemain hebat Asia lainnya, seperti Shinji Kagawa (Jepang) dan Ali al-Habsi (Oman).
Tidak heran, ia memiliki julukan spesial, yaitu ”Sonaldo”, karena disejajarkan dengan Cristiano Ronaldo, pemain terbaik dunia saat ini. Son dan Ronaldo memang berbagi banyak hal kesamaan. Keduanya sama-sama penyerang kiri dan pekerja keras, baik saat berlatih maupun di ”medan laga”.
Seperti Ronaldo, Son juga memiliki kecepatan dan teknik mengecoh bek-bek lawan yang mumpuni, seperti ketika Spurs mengalahkan Borussia Dortmund pada babak penyisihan grup Liga Champions, November 2017. Saat itu, Son berlari meliuk-liuk dan mengecoh dua bek tim Jerman itu sebelum mencetak gol kemenangan Spurs, 2-1, di Westfalenstadion.
Melihat Son bermain di lapangan bak mengikuti drama Korea, Winter Sonata. Pada satu laga, ia bisa menghadirkan ceria dan bahagia seperti saat mencetak gol kemenangan Spurs di Jerman. Ia bahkan membuat ribuan fans Spurs meloncat dari tempat duduknya ketika membuat timnya unggul sementara atas Juventus pada babak 16 besar Liga Champions musim lalu.
Namun, masih pada laga yang sama, Maret lalu, Son menjadi orang pertama yang tersimpuh di rumput lapangan Stadion Wembley sambil menahan isak tangis. Ia membuang sejumlah peluang gol tambahan pada laga itu. Pada akhir laga itu, Spurs berbalik kalah 1-2 dan tersingkir dari Liga Champions.
Meskipun kerap terlihat menggebu-gebu dan tampil ngotot, Son memiliki karakter yang sangat berbeda dengan Ronaldo. Selain melankolis, Son juga pemalu. Itu diungkapkan Jutta Wendorf, ibu asuhnya di Jerman, seperti ditulis One Football, 3 Juni lalu. Son meninggalkan Chuncheon dan merantau ke Jerman sejak usia 16 tahun. Pemain yang tidak tamat SMA di Korsel itu direkrut Akademi Hamburger SV. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengesankan tim utama klub Jerman itu.
Ia sempat menorehkan sejarah sebagai pemain Hamburger termuda yang mencetak gol di Bundesliga di usia 18 tahun pada 2010. Kariernya meroket dan dia dilirik tim besar Bayer Leverkusen pada Juni 2013 sebelum akhirnya bergabung dengan Spurs pada 2015.
Saat itu, Son dibeli Spurs seharga 30 juta euro atau setara Rp 482 miliar. Itu menjadikannya pesepak bola termahal asal Asia. Investasi besar Spurs dijawab Son dengan sederetan prestasi cemerlangnya. Ia pernah terpilih sebagai pemain terbaik Liga Inggris pada September 2016. Itu menjadikannya orang Asia pertama yang meraih penghargaan bulanan yang sangat bergengsi itu.
”Dia (Son) adalah salah satu orang yang paling populer di Korea saat ini. Seperti selebritas pada umumnya, ia juga mengencani bintang K-Pop (Yo Soo-young). Setelah Park Ji-sung, ia adalah pemain tersukses Korea yang merantau di Eropa,” tulis Sky Sports beberapa waktu lalu.
Namun, seperti pernah dikatakan filsuf Perancis pada abad ke-18, Voltaire, kekuatan hebat menuntut tanggung jawab besar. Di Rusia, Son menyandang beban besar untuk mengangkat prestasi timnas Korsel yang akhir-akhir ini tengah terpuruk.
Di timnas Korsel, Son menjadi pusat gravitasi. Namun, sejauh ini, ia belum banyak mengangkat prestasi skuad ”Kesatria Taeguk” itu. Piala Dunia Rusia akan menjadi ajang pembuktian bagi negaranya. Son bakal berupaya membawa timnya minimal lolos dari grup untuk menjaga harga diri bangsa. (JON)