Pentas Barisan Kombatan Taeguk
Bagi timnas Korea Selatan, Piala Dunia Rusia bukan sekadar pentas sepak bola. Itu adalah ”Perang Dunia” melawan negara-negara ”poros utama”, seperti Jerman dan Meksiko. Taktik defensif dan mental kombatan menjadi andalan Korsel di Rusia.
Berbeda dengan kebanyakan tim peserta Piala Dunia 2018 lainnya, skuad Korea Selatan memiliki barisan pemain berpangkat militer, seperti Hong Chul dan Kim Min-woo. Mereka digembleng di barak tentara dan mengangkat senjata sebelum berangkat ke Rusia.
Dalam wawancara khusus dengan Yonhap, kantor berita Korsel, akhir Mei lalu, Hong berkata, Piala Dunia Rusia ibarat zona perang baginya. Tim berjuluk ”Kesatria Taeguk” itu tergabung di ”grup neraka” Grup F bersama juara dunia Jerman, Meksiko, dan Swedia.
”Hanya ada dua pilihan apabila Anda menjadi prajurit di medan perang, yaitu membunuh lawan atau mati bertempur. Piala Dunia seperti perang. Saya memilih pola pikir seperti prajurit ini dalam menyiapkan diri ke Rusia,” tutur Hong yang berpangkat kopral.
Hong dan Kim, yang sesama pemain bertahan, adalah dua dari sekian banyak pesepak bola profesional Korsel yang saat ini tengah menjalani amanah dari konstitusi negara itu, yaitu wajib militer. Kewajiban ini berlaku tanpa pandang bulu di negara itu, tidak terkecuali bagi para bintang K-Pop, seperti aktor Lee Min-ho dan rapper Kwon Ji-young.
Akibat tugas negara selama dua tahun penuh itu, Hong harus meninggalkan klub yang membesarkan namanya, Suwon Samsung. Seperti kebanyakan pesepak bola profesional Korsel yang tengah menjalani wajib militer, Hong kini membela Sangju Sangmu, klub sepak bola milik Angkatan Bersenjata Korsel.
Seperti kebanyakan tentara, ia tinggal di barak dan harus berlatih fisik lebih keras serta menjalani rutinitas harian yang jauh lebih disiplin ketimbang saat masih membela klub profesional kebanyakan. Namun, ia tidak berkeberatan harus menjalani profesi baru melelahkan itu.
Status sebagai tentara pesepak bola tidak lantas menghilangkan mimpinya, seperti halnya kebanyakan pemain bola umumnya. Akhir pekan lalu, namanya dan Kim masuk dalam daftar 23 pemain Korsel yang akan dibawa ke Rusia, pertengahan Juni ini.
Secara tradisi, hampir di setiap edisi Piala Dunia yang diikutinya rutin, tanpa terputus sejak 1986 silam, Korsel rutin membawa pemain militernya. Salah satu seniornya yang juga prajurit, yaitu Kim Jung-woo, membawa Taeguk melangkah jauh di Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Saat itu, mereka melenggang hingga babak 16 besar sebelum disingkirkan Uruguay, 1-2.
”Saya tahu sejumlah senior saya telah tampil baik di Piala Dunia di tengah menjalani wajib militer. Saya akan bekerja keras untuk mempertahankan warisan itu,” ujar Hong yang mengutamakan kepentingan timnya ketimbang dirinya sendiri.
Mental pejuang dan karakter kolektif seperti Hong ini mewakili kebanyakan pemain Korsel dari masa ke masa. Tidak heran, Korsel hampir selalu bermain ngotot dan menggebu-gebu di panggung internasional. Di Asia, mereka menjadi tim yang sangat disegani dan sulit dikalahkan. Dua gelar juara Piala Asia dan empat medali emas sepak bola di Asian Games menjadi buktinya.
Namun, hal menariknya, tradisi prestasi Korsel itu juga didorong keinginan para pesepak bola profesional negara itu untuk menghindari wajib militer seperti dilakukan Hong saat ini. Hal ini salah satunya dilakukan bintang Korsel, Son Heung-min.
Karier Son terancam
Pesepak bola terbaik Asia saat ini tersebut terancam harus menanggalkan sementara karier hebatnya di Eropa saat ia menginjak usia 29 tahun. Di Korsel, wajib militer biasa dilakukan pemuda sebelum usia 30 tahun. Saat ini, Son yang membela Tottenham Hotspur di Liga Inggris berusia 25 tahun.
Padahal, pada usia 29 tahun, Son tampaknya bakal menjalani masa keemasannya. Namun, dia tidak dapat menghindari wajib militer jika ingin tidak dipenjara 18 bulan lamanya, seperti halnya yang dialami ribuan warga Korsel yang memilih desersi.
Namun, bagi atlet seperti Son ada pengecualian. Mereka tidak harus menjalani wajib militer jika mengharumkan nama Korsel di dunia internasional, yaitu antara lain meraih medali di Olimpiade atau emas di Asian Games. Skuad Korsel di Piala Dunia 2002 juga dibebaskan dari kewajiban itu setelah membawa negara itu lolos ke semifinal.
Tentu sulit untuk mengulangi pencapaian seperti pada 2002, yaitu saat mereka diasuh pelatih Guus Hiddink. Selain Son, nyaris tidak ada pemain berkelas dunia lainnya yang dimiliki Korsel saat ini. Mereka pun datang ke Rusia dengan tertatih-tatih, yaitu tiga kali kalah pada empat laga uji coba terakhirnya, termasuk dari Bosnia-Herzegovina, Jumat lalu.
Meskipun masih dianggap sebelah mata, Korsel setidaknya bakal menjanjikan perlawanan sengit di Rusia berkat mental prajurit.