Panggung Generasi Emas ”Setan Merah”
Belgia berulang kali gagal menembus putaran final Piala Eropa dan Piala Dunia. Namun, mereka terus membina talenta-talenta muda hingga memanen generasi emas. Mereka kini menjadi tumpuan Belgia dalam perburuan prestasi di Rusia.
Tidak ada lain kali, sekarang atau tidak sama sekali. Pepatah itu tampaknya pantas disematkan untuk tim nasional Belgia pada Piala Dunia Rusia 2018 kali ini. Pada perhelatan Piala Dunia yang ke-21 tersebut, ”Setan Merah”, julukan Belgia, datang dengan skuad yang dinilai sebagai generasi emas negara produsen cokelat itu.
Dengan usia pemain matang, rata-rata 25-30 tahun, inilah kesempatan besar Belgia meraih prestasi terbaik di perhelatan akbar sepak bola dunia itu. Apabila gagal di kejuaraan kali ini, bisa jadi tim berkostum kandang merah-merah itu harus menunggu lama guna mendapatkan kesempatan kedua dengan skuad bertabur bintang seperti saat ini.
Pasalnya, generasi emas, seperti Eden Hazard dan Kevin De Bruyne, sudah tak muda lagi jika bersaing di Piala Dunia 2022. Masa keemasan mereka kemungkinan masih bisa bertahan hingga Piala Eropa 2020.
”Empat tahun lalu (Piala Dunia Brasil 2014) adalah Piala Dunia pertama bagi sebagian besar pemain Belgia. Sekarang, kami sudah punya pengalaman. Kami tahu apa yang harus dilakukan dan lebih siap. Kali ini, kami memiliki satu target, yaitu final,” ujar Eden Hazard, kapten timnas Belgia dikutip The Guardian, Selasa (27/3/3018).
Generasi emas hadir membawa perubahan bagi sepak bola Belgia dalam satu dekade terakhir. Awal kemunculan mereka tercatat pada kualifikasi Piala Eropa 2008. Ketika itu, pemain-pemain muda berbakat mulai menghuni skuad, antara lain Jan Vertonghen, Marouane Fellaini, Vincent Kompany, Mousa Dembele, Kevin Mirallas, dan Steven Defour. Hasilnya memang belum positif. Belgia gagal lolos ke putaran final di Austria-Swiss.
Generasi yang sama juga gagal melaju ke putaran final Piala Dunia 2010. Kompany dan kawan-kawan kalah bersaing dalam perebutan tiket ke Afrika Selatan.
Federasi Sepak Bola Belgia (RBFA) tampak tak patah arang dengan hasil itu. Mereka tak bosan kembali mencoba para pemain muda pada kualifikasi Piala Eropa 2012. Saat itu, para pemain muda juga menghuni skuad, seperti Toby Alderweireld, Axel Witsel, Eden Hazard, Laurent Ciman, Thomas Vermaelen, dan Romelu Lukaku. Hasilnya lagi-lagi Belgia gagal ke putaran final di Polandia-Ukraina tersebut.
Kendati berkali-kali gagal, gelombang pertama dan kedua generasi emas itu menuai banyak pengalaman. Bakat mereka yang luar biasa menjadi matang oleh beberapa kali kegagalan. Kini, sebagian dari mereka sudah berkategori bintang sepak bola Eropa, bahkan dunia, seperti Vertonghen, Kompany, Hazard, Lukaku, dan Kevin De Bruyne. Mereka menjadi andalan di klub dan telah ditempa menghadapi laga-laga penuh tekanan.
Awal perubahan
Perubahan yang dinanti pun mulai terlihat kala melakoni kualifikasi Piala Dunia Brasil 2014. Mereka lolos ke Brasil sebagai juara grup. Performa mereka semakin baik di babak penyisihan grup pada putaran final, dengan meraih tiga kemenangan dan menjuarai grup.
Setan Merah membuat kejutan dengan melangkah hingga perempat final sebelum akhirnya ditaklukkan 0-1 oleh Argentina. Itu capaian terbaik bagi Belgia setelah duduk di peringkat keempat pada Piala Dunia 1986.
Bersama generasi emasnya, Belgia kembali menunjukkan tren memukau di kualifikasi Piala Eropa Perancis 2016. Mereka lolos ke putaran final sebagai juara grup. Di babak penyisihan grup putaran final, mereka duduk di peringkat kedua dan lolos ke babak 16 besar.
Pada akhirnya, langkah Hazard dan kawan-kawan terhenti di perempat final setelah kalah 1-3 dari Wales yang tergolong tim penuh kejutan saat itu. Capaian itu pun yang terbaik bagi Belgia setelah duduk di urutan kedua Piala Eropa 1980 dan peringkat ketiga Piala Eropa 1972.
Meski belum meraih prestasi terbaik, hasil itu tak buruk untuk Belgia yang sebelumnya tidak dianggap sebagai kekuatan utama sepak bola Eropa, apalagi dunia. Tak heran, RBFA tetap menumpukan asa kepada para pemain yang tampil di Piala Eropa 2016 untuk lolos ke Piala Dunia 2018. Selama perebutan tiket ke Rusia, sedikitnya 15 pemain generasi emas gelombang pertama dan kedua menghuni skuad.
Hasilnya, Belgia menjadi juara Grup H dengan rekor sembilan kali menang dan sekali imbang selama babak kualifikasi. Mereka bersama Jerman menjadi tim
paling produktif selama penyisihan grup, yakni menceploskan 43 gol. Hasil itu pun menjadikan Belgia sebagai tim pertama asal Eropa yang memastikan tiket ke putaran final Piala Dunia 2018.
Rentetan hasil positif itu turut meningkatkan kepercayaan diri Belgia dalam perburuan gelar kejuaraan yang digagas Jules Rimet tersebut. ”Kami memiliki peluang (untuk menjuarai Piala Dunia), tentu saja. Kami memiliki tim hebat dengan pemain-pemain berkualitas tinggi. Kini, kami harus percaya diri dan fokus menang di setiap pertandingan,” kata gelandang Belgia, Axel Witsel, dikutip FIFA.
Memicu kontroversi
Memiliki skuad dengan pemain-pemain terbaik di setiap lini cukup menguntungkan. Pelatih Belgia Roberto Martinez tidak kesulitan mencari pemain yang layak mengisi setiap pos permainan yang akan berpartisipasi di Piala Dunia 2018.
Namun, hal itu juga membingungkan jajaran pelatih memilih 23 pemain untuk Piala Dunia nanti. Bahkan, karena terlalu banyak stok, beberapa pemain bintang harus dikorbankan. Salah satu kontroversi yang muncul ketika Martinez tidak memasukan gelandang AS Roma, Radja Nainggolan, dalam 28 pemain sementara pada pengumuman 21 Mei 2018. Saat pengumuman 23 pemain inti, Senin (4/6/2018), striker Christian Benteke tidak masuk, tetapi bek senior Vincent Kompany yang masih cedera tetap masuk skuad.
Pencoretan Nainggolan sempat memicu pro-kontra di Belgia. Martinez berkilah keputusan itu murni karena alasan taktik. ”Kami tahu, Radja memiliki peran yang sangat penting di klubnya. Tetapi, kami tidak bisa memberikan peran tersebut di tim saat ini,” ujarnya.
Sejumlah pihak menilai keputusan Martinez keliru dan bisa merugikan timnas. ”Kami menjadi satu-satunya negara yang melakukan perjalanan ke Piala Dunia tanpa salah satu pemain terbaik di dunia. Itu bukan cara untuk menjadi juara dunia,” ujar mantan pemain timnas Belgia, Philippe Albert.
Terlepas dari itu, skuad Belgia saat ini sudah sangat mewah. Menghadapi persaingan penyisihan Grup G Piala Dunia 2018 bersama Panama, Tunisia, dan Inggris, tim peringkat ketiga dunia itu diyakini bisa melalui hadangan tim-tim tersebut.