Pesepeda Trek Indonesia Manfaatkan Keunggulan Waktu Adaptasi Arena
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim balap sepeda disiplin trek Indonesia memanfaatkan keuntungan sebagai tuan rumah dengan berlatih di Velodrom Rawamangun. Mereka berharap waktu adaptasi yang lebih lama dapat memangkas perbedaan kualitas dengan pesepeda kelas dunia dari Jepang, China, dan Korea Selatan.
Pelatnas sepeda punya waktu cukup lama untuk berlatih di arena baru yang dibangun untuk Asian Games 2018 ini. Sembilan pebalap pelatnas dapat berlatih selama hampir tiga bulan, sejak 24 Mei hingga 20 Agustus 2018. Adapun negara peserta lain hanya mendapat jatah dua hari berlatih yakni 19-20 Agustus 2018.
Menurut pelatih balap sepeda disiplin trek Nur Rohman, Rabu (6/6/2018), di Jakarta, mengenal lintasan sangat penting dalam bersepeda. Biasanya, atlet butuh waktu setidaknya satu pekan untuk tampil maksimal pada satu arena.
"Setiap trek itu berbeda karakteristiknya, meskipun standar bahan lintasannya sama. Ini bisa menjadi peluang kita, karena secara kualitas, pebalap kita masih berada di bawah atlet Jepang, Korsel, dan China yang sudah level dunia,” kata Nur.
Proses adaptasi berjalan baik. Dua pekan berlatih, kecepatan atlet naik sekitar lima persen dibandingkan dengan akhir Mei, atau rata-rata naik 4 kilometer per jam dibandingkan dengan saat berlatih di Solo yang sekitar 50 km/jam. Kecepatan mereka meningkat tajam karena arena di Rawamangun berbahan kayu, sedangkan di Solo berbahan beton dengan permukaan yang tidak rata.
Selain itu, pesepeda membutuhkan waktu adaptasi lebih karena panjang lintasan velodrom di Solo 333 meter, sedangkan di Rawamangun 250 meter. Perbedaan panjang lintasan itu membuat trek Rawamangun lebih oval, sehingga membutuhkan teknik lebih tinggi. “Karena itu, adaptasi lebih lama sangat berguna. Karena tikungan lebih miring, kami lagi mencari-cari agar tidak terbuang ke luar saat menikung,” ucap pesepeda putri Crismonita.
Pesepeda putra Terry Yudha Kusuma mengatakan, ia punya pengalaman berlomba di India dan Malaysia, dan setiap trek berbeda karakteristiknya. “Di setiap trek itu ada titik-titik, kapan bisa menyusul,” ucapnya.
Pada pelatnas Rabu pagi, pesepeda berlatih beriringan dengan sepeda motor. Cara itu dilakukan untuk memicu kecepatan maksimal pesepeda yang saat ini sudah mencapai kondisi 90-95 persen.
Sepatu roda
Secara terpisah, arena sepatu roda dan papan luncur (skate board) di Jakabaring, Palembang ditargetkan rampung pada 18 Juni 2018. Arena itu sudah dapat digunakan untuk pelatnas pada akhir Juni.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (PB Perserosi) Jeffry Abel mengatakan, arena skate board akan selesai pada 10 Juni. Setelah selesai, akan dilanjutkan pengerjaan aspal untuk arena sepatu roda.
“Pengerjaan aspal itu hanya sepekan. Kedua disiplin itu sudah bisa menjalankan tes arena bulan Juni juga,” kata Jeffry.
Atlet sepatu roda dan papan seluncur butuh secepatnya berlatih di Palembang. Saat ini sepatu roda menjalankan pelatnas di Taman Kompleks Aralia Bekasi Utara. Kualitas aspal di taman itu bukanlah standar perlombaan. Sementara itu, pelatnas papan seluncur belum dimulai lagi setelah atlet kembali berlatih dari Amerika Serikat, akhir Mei lalu.