JAKARTA, KOMPAS - Pengurus Besar Taekwondo Indonesia mengintensifkan latihan bagi atlet kyorugi atau disiplin pertarungan agar dapat meraih medali emas pada Asian Games 2018. Keberhasilan dua atlet kyorugi merebut medali perunggu pada Kejuaraan Asia, akhir Mei lalu di Ho Chi Minh City, Vietnam, menambah keyakinan bagi PBTI untuk meraih emas pada Asian Games.
”Pada cabang taekwondo, Indonesia berpeluang besar meraih emas pada disiplin poomsae atau jurus. Namun, peluang meraih emas pada cabang kyorugi kini juga terbuka lebih besar. Keberhasilan Mariska Halinda dan Dhean Titania Fazrin meraih perunggu pada Kejuaraan Asia membuktikan peluang itu terbuka,” kata Marciano Norman, Ketua Umum PBTI, Minggu (10/6/2018), di Jakarta.
Menurut Marciano, lawan-lawan yang dihadapi pada Kejuaraan Asia merupakan lawan yang akan dihadapi di Asian Games. Para lawan itu sudah beberapa kali dikalahkan oleh atlet-atlet Indonesia pada beberapa turnamen sebelumnya.
”Phannapa Harnsujin dari Thailand yang mengalahkan Mariska di semifinal Kejuaraan Asia ternyata pernah dikalahkan Mariska pada SEA Games 2015. Mereka saling mengalahkan. Kami harus mengondisikan agar atlet Indonesia dalam kondisi puncak saat Asian Games agar mereka bisa merebut emas,” kata Marciano.
Menurut Marciano, Indonesia mengandalkan Mariska pada kelas 53 kilogram putri, Dhean pada kelas 49 kg putri, dan Ibrahim Zarman pada kelas 63 kg putra.
Para atlet kyorugi sedang berlatih di Indonesia setelah pulang dari Vietnam. Mereka berlatih tiga kali sehari dengan total waktu delapan jam sampai sembilan jam sehari.
Porsi latihan disesuaikan dengan kebutuhan setiap atlet untuk menajamkan kelebihan dan meminimalkan kelemahan masing-masing.
”Saya sedang fokus berlatih untuk pertarungan jarak dekat guna mencuri poin dari pukulan saat clinch dan menjatuhkan lawan. Selama ini, saya terus berlatih pertarungan dengan berjarak dan melihat banyak lawan yang mencuri poin dari pertarungan jarak dekat,” kata Dhean.
Sementara itu, Mariska memilih untuk mengasah mental dan strategi pertarungan. Menurut Mariska, dirinya sempat kesulitan keluar dari rasa terkungkung saat tertinggal poin cukup jauh.
”Saat semua serangan sudah dicoba dan gagal, saya merasa tidak tahu harus bagaimana lagi. Itu yang harus saya atasi saat ini. Selain itu, saya juga mempelajari strategi agar tidak langsung tertinggal poin dalam jumlah banyak,” kata Mariska.
Setelah 17 Juni, atlet Indonesia akan kembali berlatih di Korea Selatan dan mengikuti dua turnamen lagi untuk uji coba kemampuan. (ECA)