LONDON, RABU — Pemimpin tim Red Bull, Christian Horner, meyakini timnya membuat tegang dua rival utamanya, Ferrari dan Mercedes, karena kondisi tim itu yang cenderung tidak konvensional.
Berlanjutnya kebangkitan Red Bull pada 2018, dengan Daniel Ricciardo meraih dua kemenangan pada musim ini, Horner merasa timnya mulai sejajar dalam hal daya pacu dan performa melawan tim-tim pabrikan Ferrari dan Mercedes. Dengan begitu, sekarang ini ada tiga tim yang bertarung memperebutkan juara dunia F1 2018.
Sementara kedua rivalnya semakin memperkuat ikatan dengan tim-tim konsumen pengguna mesinnya, Horner lebih ingin melihat timnya bertarung dengan kedua rivalnya itu dan tidak melakukan hal yang serupa terkait hubungannya dengan tim lain.
”Kami mempunyai saudara kecil, Toro Rosso, dan Red Bull selalu menjadi tim yang nonkonvensional. Kami selalu menjadi tim yang sulit ditebak dan tidak bisa dikontrol oleh Ferrari dan Mercedes. Barangkali karena itulah mereka melihat kami sebagai sebuah ancaman, dan mungkin karena itulah hal tersebut membuat mereka tegang,” papar Horner, dikutip Crash.net, Rabu (13/6/2018).
Horner merasa tim-tim ”konsumen” Mercedes kurang bisa bersaing melawan tim utamanya karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu. Dia menunjuk insiden di GP Monako ketika pebalap Force India, Esteban Ocon, yang merupakan pebalap yunior Mercedes, berkewajiban membiarkan Lewis Hamilton mendahuluinya.
”Mereka (Mercedes) jelas sekali sangat menguasai, seperti Anda lihat di Monako. Apa yang terjadi di sana adalah adanya kontrol yang kuat terhadap sebuah tim (Force India),” ujarnya.
Akan tetapi, anggapan tersebut ditolak pemimpin tim Force India, Otmas Szafnauer. ”Kami menjalankan balapan kami sendiri bukan melawan Lewis pada saat itu. Kami tidak ingin kehilangan waktu karena Alonso masuk pit sebelum kami dan berusaha memotong kami. Kami tidak ingin kehilangan waktu dengan Lewis sehingga Alonso mempunyai peluang untuk mendahului kami,” tegasnya, dikutip Crash.net.