Belgia ingin langsung pamer taji saat melawan Panama untuk merebut kemenangan besar dan memuncaki Grup G. Namun, Panama bakal menyajikan pertahanan ekstra ketat guna memaksakan hasil imbang.
Sochi, Minggu Belgia berubah menjadi tim yang menakutkan di Benua Eropa setelah merebut tiket ke Rusia tanpa kekalahan dan hanya sekali imbang dari sepuluh laga. Dengan para pemain bintang di semua lini dan kerja sama tim yang semakin kokoh, Belgia juga tidak pernah kalah dalam lima laga persahabatan terakhir.
Dengan modal itu, Belgia ingin langsung memamerkan keunggulannya pada laga perdana Grup G melawan Panama. Kemenangan atas Panama akan menjadi modal penting untuk memuncaki klasemen grup dan membuka peluang lolos ke babak 16 besar.
”Saya pikir kami tahu betapa kuatnya tim kami dan saya harap kami dapat menunjukkannya di turnamen ini,” kata Dries Mertens, penyerang Belgia, Minggu (17/6/2018) di Sochi.
Belgia memiliki keunggulan pada lini tengah dan lini depan yang dipenuhi para pemain bintang di klub-klub besar Eropa. Pada lini tengah, Belgia memiliki Kevin De Bruyne, Marouane Fellaini, Yannick Carrasco, Axel Witsel, Adnan Januzaj, Mousa Dembele, dan Nacer Chadli.
Pada lini depan, Belgia juga memiliki Romelu Lukaku, Eden Hazard, Michy Batshuayi, dan Dries Mertens. Dengan modal itu, Belgia sering memenangi laga dengan lebih dari dua gol.
Untuk menghadapi Panama, Belgia diperkirakan akan memainkan formasi 3-4-2-1. Formasi itu berkali-kali digunakan oleh Pelatih Roberto Martinez untuk melibas lawan-lawannya.
Lukaku akan menjadi ujung tombak dan didampingi oleh Hazard dan Mertens. Ketiganya bertugas untuk mencetak gol pada awal laga guna memberi beban psikologis bagi para pemain Panama agar tidak terlalu bertahan. Ketiganya memiliki banyak variasi serangan untuk membongkar pertahanan Panama.
Meski demikian, kekuatan utama Belgia justru terletak pada lapangan tengahnya. Posisi gelandang dari kiri ke kanan akan ditempati Carasco, Witsel, Bruyne, dan Thomas Meunier.
Keempatnya memiliki kombinasi yang sempurna dalam membagi bola dan ikut menyerang dari lini kedua. Dukungan dari gelandang akan memudahkan penyerang Belgia mencetak gol.
Belgia wajib mencetak banyak gol demi mengungguli Inggris yang bakal menjadi lawan beratnya dalam perebutan puncak klasemen Grup G.
Kelemahan Belgia terletak pada pertahanannya. Dua bek tengah senior, Vincent Kompany dan Thomas Vermaelen, belum optimal karena masih dalam pemulihan dari cedera. Masalah itu membuat Belgia tidak memiliki banyak alternatif bek.
Enggan meremehkan
Meskipun unggul secara kualitas, Belgia belajar dari pengalaman Argentina yang ditahan imbang Eslandia. Belgia enggan meremehkan Panama.
”Mencapai Piala Dunia adalah hasil luar biasa bagi persepakbolaan Panama. Saya tidak mengharapkan laga yang mudah,” kata Roberto Martinez.
Panama baru pertama kali ini lolos ke putaran final Piala Dunia. Catatan langkahnya di kualifikasi zona CONCACAF juga tidak mengesankan. Dari sepuluh laga, Panama hanya menang tiga kali, imbang empat kali, dan kalah tiga kali. Semua kemenangan diraih di kandang.
Pada lima laga uji coba, Panama juga tiga kali kalah, sekali menang atas Trinidad-Tobago. dan sekali imbang dengan Irlandia Utara, di markas Panama.
Untuk melawan Belgia, Panama diperkirakan bakal bermain bertahan dengan formasi 4-1-4-1 atau 5-4-1. Formasi itu diterapkan oleh Panama setiap kali melawan tim dari Eropa.
Pertahanan rapat akan menjadi andalan Panama untuk merebut satu poin dengan menahan imbang Belgia. Jika memaksa bermain terbuka untuk menyerang, Panama hanya akan menjadi bulan-bulanan Belgia.
Mereka berharap dapat melakukan serangan balik saat Belgia lengah dan mengendurkan tekanan. Gabriel Torres atau Luis Tejada bakal jadi andalan untuk mencetak gol. Para pemain Panama pun menolak menyerah meski kalah kualitas dari Belgia. Mereka ingin berjuang keras, apa pun hasil yang bisa diraih.
”Mencapai ke Piala Dunia itu tidak mudah. Kini kami di sini. Untuk menang atau mencapai babak selanjutnya, kami harus bekerja dua kali atau tiga kali lebih keras dari yang kami lakukan selama ini,” kata bek Panama, Roman Torres. (AP/AFP/REUTERS/ECA)