VATUTINKI, SENIN Tim-tim besar yang menjadi favorit juara di Piala Dunia 2018 seperti raksasa yang terlambat bangun dari tidur. Jerman, Argentina, Brasil, dan Spanyol, dikejutkan oleh hasil buruk di laga pertama penyisihan grup. Alarm telah berbunyi, memaksa para raksasa itu segera bangun dari tidur dan mengamuk pada dua laga sisa di penyisihan grup untuk lolos ke babak 16 besar.
Jerman paling tertekan. Juara bertahan itu tampil di bawah standar dan kalah 0-1 dari Meksiko pada laga pertama penyisihan Grup F, Minggu (17/6/2018). Media-media Jerman, yang mengikuti sepak terjang tim ”Panser” di Rusia, menyebut kekalahan itu sebagai ”crestfallen” alias kejatuhan terbesar. Itu kekalahan perdana Jerman di laga awal penyisihan grup Piala Dunia sejak 1982.
Sedangkan Argentina, Brasil, dan Spanyol, memetik satu poin. Spanyol ditahan Portugal 3-3, Argentina diimbangi Eslandia 1-1, dan Brasil juga dibendung Swiss 1-1. Itu bukan hasil ideal bagi tim sekelas mereka.
Pascakekalahan dari Meksiko pada laga pertama penyisihan Grup F, Minggu, Jerman menyepi di markasnya di Hotel Spa Vatutinki, wilayah di pinggiran Moskwa. Mereka mengoptimalkan waktu sehari untuk memulihkan mental dan kepercayaan diri, serta sejenak menjauh dari sorotan dunia.
Kontras dengan Meksiko, yang masih diliputi euforia kemenangan dan membuka luas akses bagi jurnalis untuk mengintip latihan tim, Jerman menutup diri sepanjang Senin (18/6). FIFA sempat merilis bahwa tim Panser meliburkan diri sepanjang Senin. Namun, dari penelusuran Kompas di Vatutinki, juara bertahan itu sempat melakukan latihan ringan.
Latihan di Akademi CSKA Moskwa itu tertutup, tidak boleh ada fans maupun jurnalis yang memasuki fasilitas latihan ini. Agenda jumpa pers harian juga ditiadakan. Para jurnalis tidak diizinkan memasuki kawasan hotel tempat mereka tinggal. Gerbang masuk ke hotel berbintang tiga itu dijaga polisi.
”Saat ini, tim masih fokus mengikuti program pemulihan. Latihan yang digelar pun ringan. Seperti Anda ketahui, mereka baru saja berlaga semalam. Jadi, mereka butuh ketenangan,” kata seorang ofisial timnas Jerman yang ditemui di Vatutinki.
Menghindari panik
Sebelumnya, dalam jumpa pers di Luzhniki, Minggu malam, Pelatih Jerman Joachim Loew berkata, timnya bakal bangkit dari kekalahan itu. ”Tidak ada alasan untuk panik. Tim ini punya cukup pengalaman untuk mengatasi situasi seperti ini. Masih ada kesempatan. Kami bakal bangkit,” ujarnya.
Ya, tidak perlu panik. Itu adalah mental tim-tim raksasa. Spanyol pernah merasakan itu setelah kalah 0-1 dari Swiss di laga pertama penyisihan grup Piala Dunia 2010. Seusai kekalahan itu, Direktur Teknik RFEF Fernando Hierro, yang kini menjadi Pelatih Spanyol, menyatukan para pemain, menghindari saling menyalahkan, dan membangkitkan motivasi para pemain. Hasilnya ”La Furia Roja” menyala dan juara dunia di Afrika Selatan.
Optimisme juga ditunjukkan suporter Jerman yang menilai kekalahan itu bukanlah akhir dari segalanya. ”Kami adalah tim juara. Apa yang sudah terjadi biarlah terjadi, tetapi Jerman akan bertarung lagi dan menjadi juara lagi,” kata salah satu pendukung Jerman, Kai Arndst, ditemui di Stadion Luzhniki, Minggu.
Jerman memiliki waktu hampir sepekan untuk menyiapkan laga selanjutnya kontra Swedia, Minggu (24/6) pukul 01.00 WIB. Swedia kini memuncaki Grup F seusai mengalahkan Korea Selatan 1-0 di Nizhny Novgorod, Senin. Adapun Jerman saat ini menempati posisi juru kunci di grup itu.
Tekad perbaikan performa juga muncul dari skuad Spanyol. Striker Diego Costa, optimistis timnya bisa tampil lebih baik dan menuai poin penuh ketika menghadapi Iran di laga lanjutan Grup B, Rabu mendatang. ”Kami sudah menunjukkan mampu berjuang. Ini bagus untuk ke depan,” ujar Costa pada wawancara di mixed zone seusai laga menghadapi Portugal, Jumat lalu.
Pada laga Grup G, Senin malam, Belgia yang bertabur bintang melewati hadangan tim debutan Panama dengan kemenangan 3-0. Etos kerja dan kreativitas Kevin De Bruyne menghidupkan laga itu. Asisnya menggunakan sisi luar kaki kanan yang disambut sundulan Romelu Lukaku, seperti sihir. Lukaku menceploskan dua gol di laga ini, setelah gol pembuka Dries Mertens.
Namun, kualitas Belgia baru bisa diuji secara valid saat melawan Inggris pada 29 Juni. Panama yang miskin kreativitas, bukan tolok ukur sahih bagi Belgia.