Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak akan memberikan tambahan anggaran untuk cabang yang bukan prioritas. Tambahan hanya pada cabang dengan potensi medali di Asian Games, seperti angkat besi dan bulu tangkis.
JAKARTA, KOMPAS Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak akan membantu cabang sambo dan kurash yang kekurangan dana untuk menjalani pemusatan latihan ke luar negeri. Hal itu karena bela diri sambo dan kurash bukan merupakan cabang prioritas yang berpotensi meraih medali di Asian Games 2018.
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Mulyana mengatakan, pihaknya tidak mungkin memberikan tambahan anggaran lagi untuk kurash dan sambo. Anggaran untuk cabang yang tidak memiliki potensi meraih medali, seperti kurash dan sambo, memang dibatasi sesuai dengan yang diterima sejak awal penyaluran anggaran pada Februari lalu.
Kurash dan sambo dinilai tidak memiliki potensi meraih medali, apalagi medali emas, karena dua cabang itu tergolong olahraga baru di Indonesia. Bahkan, atlet yang ada masih minim pengalaman tanding.
Selain peluang mendapatkan tambahan anggaran sudah tertutup, Mulyana menjelaskan bahwa cabang-cabang juga sudah tidak mungkin melakukan revisi anggaran, seperti mengalihkan 12 bulan anggaran pelatnas menjadi hanya 8-10 bulan dan sisanya digunakan untuk uji tanding. Pasalnya, masa revisi proposal sudah selesai pada 31 Mei.
”Kemarin kami sudah sosialisasi ke semua cabang lewat surat resmi dan juga pertemuan langsung, bagi yang ingin revisi proposal diberikan kesempatan sampai 31 Mei. Lewat tenggat itu, kami sudah tutup peluang untuk revisi proposal. Sebab, sekarang kami ingin fokus menyalurkan sisa anggaran 30 persen kepada semua cabang,” ujar Mulyana ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (18/6/2018).
Sementara itu, cabang-cabang yang berpotensi meraih medali termasuk medali emas di Asian Games, seperti silat, angkat besi, dan bulu tangkis, masih memiliki potensi mendapatkan tambahan bantuan anggaran. Kemenpora bahkan menyiapkan anggaran internalnya sebesar Rp 10 miliar untuk membantu cabang-cabang itu jika kekurangan dana untuk melakukan try out atau uji tanding.
”Bantuan itu kami berikan untuk membeli tiket dan uang saku atlet selama uji tanding,” ujar Mulyana.
Butuh dana
Pengurus Besar Kurash Indonesia (PB KI) meminta bantuan dana Rp 1,5 miliar kepada Kemenpora untuk menjalankan rencana program pemusatan latihan di luar negeri.
Setelah dipotong kebutuhan pelatnas, dana Rp 4,5 miliar dari Kemenpora tidak cukup untuk membiayai atlet kurash untuk pemusatan latihan di Iran, Taiwan, dan Korea Selatan selama tiga pekan. Biaya itu hanya cukup untuk pemusatan latihan di Iran pada 11–20 Juni dan uji coba kejuaraan di Thailand.
”Biaya kurang karena kami membiayai 14 atlet dalam 7 nomor, sedangkan hanya 7 atlet yang dianggarkan Kemenpora,” ucap Wakil Ketua Umum PB KI Lukman Husain.
Lukman mengatakan, PB KI memasukkan dua nama pada setiap nomor karena ingin meningkatkan potensi medali. Hal itu pun menjadi keuntungan wajib tuan rumah sesuai dengan technical handbook Asian Games yang memperbolehkan tuan rumah diwakili dua atlet.
Bila memaksakan program awal, kata Lukman, pelatnas kurash hanya akan bertahan sampai Agustus. Setelah Asian Games, pelatnas dibubarkan. Padahal, dana itu diberikan Kemenpora untuk penggunaan setahun hingga Desember 2018.
Di lain sisi, tanpa adanya program pemusatan latihan, atlet hanya akan berlatih seperti biasa di Ciloto, Jawa Barat. Kemungkinan meraih medali pun akan berkurang.
Padahal, pada uji coba kejuaraan Asian Games yang diikuti hampir seluruh kekuatan Asia, tim kurash mampu meraih empat perunggu. Prestasi itu ditorehkan dengan pelatnas yang baru berjalan tiga bulan.
Senada dengan kurash, cabang sambo juga kekurangan dana untuk pemusatan latihan di luar negeri. Mereka membutuhkan Rp 1,6 miliar untuk membiayai delapan atlet dalam empat nomor ke Korea Selatan dan Rusia, serta uji coba ke Romania.
Dana Rp 4 miliar dari Kemenpora dapat membiayai pelatnas sambo untuk ke Korsel selama 60 hari sejak pertengahan Mei lalu dan pelatnas hingga Desember. Meski demikian, dana tersebut kurang untuk ke Rusia selama 40 hari sejak awal Juli untuk menjalani uji tanding.
”Sesudah 60 hari ke Korsel, grafik atlet sudah meninggi karena persiapan khusus. Mereka butuh prapertandingan di Rusia. Kalau balik ke Indonesia, untuk apa persiapan di Korsel,” ucap Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Sambo Indonesia Krisna Bayu. (DRI/KEL)