SARANSK, SELASA Tim Jepang yang didukung para pemain senior terbukti ampuh meruntuhkan dominasi generasi emas Kolombia. Mordovia Arena, di Saransk, Rusia, Selasa (19/6/2018), menjadi saksi bisu kemenangan Jepang 2-1 (1-1) atas Kolombia.
Akira Nishino, mantan Direktur Teknik Jepang, mampu menjawab keraguan mendorong ”Samurai Biru” bersinar di Piala Dunia, seperti edisi 2002 saat menjadi tuan rumah bersama Korea Selatan dan edisi 2010 di Afrika Selatan. Di dua turnamen itu, langkah Jepang terhenti di babak 16 besar.
Nishino ditunjuk sebagai pelatih menggantikan Vahid Halilhodzic hanya 70 hari jelang turnamen akbar ini. Persiapan yang mepet membuat Nishino memercayakan kendali permainan kepada para pemain kawakan. Pilihan Nishino memanggil kembali para veteran yang dianggap strategi panik ternyata berakhir jitu.
Trio gelandang kapten Makoto Hasebe, Shinji Kagawa, dan Keisuke Honda yang menggantikan Kagawa ibarat ronin yang kembali menjadi samurai dengan majikan baru Nishino. Mereka kreator utama permainan Jepang yang mematikan permainan gerilya ”Los Cafeteros”, atau para petani kopi, julukan Kolombia.
Jepang juga masih nyaman dengan pertahanan yang dibangun bek senior Yuki Nagatomo. Kiper senior Eiji Kawashima juga masih dipercaya menjadi palang pintu terakhir.
Pelatih Kolombia Jose Pekerman datang ke Rusia dengan generasi emas yang cukup impresif di Piala Dunia 2014. Kala itu, James Rodriguez dan kawan-kawan mampu melangkah sampai perempat final sebelum kandas oleh tuan rumah.
Di Rusia, kekuatan Kolombia lebih menakutkan dengan kembalinya ”El Tigre” Radamel Falcao. Kolombia diyakini akan kembali menyakiti Jepang seperti di Brasil dengan skor 4-1. Dua pertemuan sebelumnya, Jepang tak pernah bisa menang lawan Kolombia.
Solid
Namun, Mordovia Arena, Saransk, bukan Arena Pantanal, Cuiaba. Di Brasil, Jepang dihancurkan Kolombia. Di Rusia, ”Samurai Biru” balas dendam.
Jepang mengawali kemenangan dengan penalti Kagawa pada menit ke-6. Tendangan 12 pas diberikan karena gelandang Carlos Sanchez sengaja menyentuh bola untuk menggagalkan peluang gol di kotak penalti. Tindakan pada menit ke-3 itu berujung fatal karena Sanchez diusir.
Meski pincang karena kehilangan Sanchez yang kreatif, Kolombia tak ingin kehilangan muka. Perlawanan keras sepuluh orang menghasilkan gol lewat tendangan bebas gelandang Juan Quintero menit ke-35. Gol itu mengembalikan napas lega Pekerman sebagai nakhoda tim yang selalu mencetak gol di laga Piala Dunia.
Namun, laga akhirnya milik Jepang. Penyerang muda Yuya Osako mengembalikan martabat negaranya dengan sundulan pada menit ke-73. Gol itu menggelorakan semangat pendukung Jepang sekaligus membungkam fans Kolombia.
”Kami memetik buah kerja keras. Tim membuktikan kepantasan membela nama Jepang,” kata Nishino seusai laga.
Generasi senior Jepang lebih solid mengendalikan permainan. Jepang dengan 14 peluang juga lebih agresif dibandingkan dengan Kolombia yang mencatat 8 peluang. Falcao juga tak bermain bebas tanpa Rodriguez yang tak dimainkan sejak awal karena belum bugar. Peluang gol Falcao kerap mentah.
”Jelas kami kesulitan karena kehilangan pemain sejak menit awal melawan tim dengan pemain ekstra,” keluh Pekerman seusai laga. (AFP/BRO)