Faycal Fajr, gelandang tim nasional Maroko, menganggap bintang Portugal, Cristiano Ronaldo, bukan manusia biasa. Ketakutannya itu menjadi realitas saat Maroko dibekap ”A Selecao des Quinas” berkat gol tunggal Ronaldo di laga penyisihan Grup B Piala Dunia Rusia 2018 di Stadion Luzhniki, Moskwa, Rabu (20/6/2018).
MOSKWA, KOMPAS Gol tunggal Cristiano Ronaldo yang membawa Portugal menang atas Maroko juga membuatnya mengukir sejarah sebagai orang Eropa dengan jumlah gol laga internasional terbanyak, yaitu 85 gol. Jumlah itu melampaui legenda Hongaria, Ferenc Puskas, dengan koleksi 84 gol.
”Para pemain Portugal memiliki dua kaki dan dua tangan. Mereka manusia, sama seperti kita semua. Namun, tidak dengan Ronaldo. Itu jelas sekali,” ujar Fajr mengenai Ronaldo, yang kini berjanggut, jelang duel di Luzhniki ini.
Ronaldo kembali memperlihatkan kemampuannya yang seperti manusia ”super” lewat gol tandukan kepalanya di menit ke-4. Ia seolah memiliki indera keenam untuk menebak arah bola sepak pojok rekannya, Joao Moutinho.
Sambil terhuyung-huyung, ia menyambut bola dengan kepalanya. Bek-bek Maroko, yang selama kualifikasi Piala Dunia dikenal tangguh, terlambat mendeteksi pergerakan sunyi pemain berjuluk ”CR7” itu. Gol itu melesatkannya ke puncak daftar pencetak gol terproduktif di Piala Dunia 2018 dengan koleksi total empat gol dari dua laga.
Bintang Real Madrid itu pun selangkah lebih dekat dengan rekor sepanjang masa yang diukir penyerang legendaris Perancis, Just Fontaine. Pada Piala Dunia 1958 di Swedia, Fontaine mencetak total 13 gol. Hampir serupa CR7, ia mencetak tiga gol di laga pertama penyisihan grup dan menambah dua gol di laga keduanya.
”Sebuah keistimewaan memiliki Ronaldo di tim ini. Ia bukan hanya tengah tajam-tajamnya, melainkan juga mampu menularkan rasa kepercayaan diri kepada rekannya di tim,” ujar bek Portugal, Pepe, yang sempat berjibaku menahan spartannya serangan-serangan Maroko.
Hampir setiap kali Portugal mengendalikan bola, Luzhniki terdengar riuh. Suara riuh semakin terdengar keras saat Ronaldo membawa bola. Uniknya, teriakan, ”Messi, Messi!” pun membahana di stadion seolah ingin mengintimidasi sang megabintang saat ia membawa bola.
Pada laga ini, suporter Maroko lebih banyak ketimbang sang juara Eropa 2016 itu. Dari sekitar 76.000 penonton yang hadir di stadion terbesar di Rusia ini, dua pertiganya pendukung Maroko yang datang dari Afrika utara.
Pertahanan solid
Para suporter Maroko terlihat gemas di laga ini. Pada babak kedua, tim ”Singa Atlas” terlihat lebih dominan. Mereka bermain frontal dan berkali-kali mampu mengancam pertahanan Selecao yang dikomandoi Pepe. Namun, penampilan dingin barisan pertahanan Portugal dan kiper Rui Patricio membuat Maroko gagal menyamakan kedudukan.
Solidnya pertahanan Selecao di laga ini mengingatkan publik Portugal akan penampilan mereka di Piala Eropa Perancis 2016 lalu. Saat itu, Portugal tampil menjemukan dan cenderung rapat. Mereka menumpuk gelandang dan bek di areal pertahanan. Meskipun tampil kurang atraktif dan cenderung bermain aman, Selecao bisa melaju ke final dan menyingkirkan favorit juara sekaligus tuan rumah, Perancis.
Hal serupa diperlihatkan kemarin. Portugal membiarkan lawannya mengontrol laga, yaitu dengan 54 persen penguasaan bola. Sepanjang babak kedua, Selecao memilih untuk mengamankan keunggulan satu golnya.
Menyusul kemenangan ini, Selecao menjaga kans untuk lolos ke babak 16 besar. Mereka akan menghadapi Iran pada laga terakhir penyisihan Grup B, Selasa (26/6/2018) mendatang. Adapun Maroko hampir pasti tersingkir. Mereka belum menuai satu pun poin. Pada laga sebelumnya, mereka dikalahkan Iran 0-1.