Misteri akan gestur Cristiano Ronaldo saat merayakan golnya ke gawang Spanyol akhirnya terjawab seusai laga Portugal kontra Maroko, Rabu (20/6), di Stadion Luzhniki, Moskwa. Ronaldo menyingkap penampilan barunya yang kini berjanggut tipis ala kambing bandot atau goat, akronim dari greatest of all time, alias terhebat sepanjang masa.
Suasana di Luzhniki mendadak riuh saat dua layar lebar di dalam stadion itu menyorot wajah Ronaldo, yang memimpin skuad Portugal, tengah bersiap di lorong stadion. Teriakan ”goat, goat!” pun terdengar di stadion terbesar di Rusia itu.
Penampilan Ronaldo sore itu terlihat sedikit janggal. Tidak ada lagi wajah klimis yang menjadi ciri khas dari bintang iklan produk pembersih muka itu selama satu dekade terakhir. Dagunya, yang biasanya terlihat licin, kini ditumbuhi janggut tipis.
Pekan lalu, Ronaldo sempat membuat publik bertanya-tanya dengan gestur mengelus-elus dagunya seusai menceploskan gol ke gawang Spanyol. Pada laga itu, Portugal menahan juara dunia 2010 itu 3-3. Seluruh gol ”A Selecao” disumbang Ronaldo. Publik sepak bola sejagat pun menerka-nerka makna di balik selebrasi gol Ronaldo itu.
Sebagian orang melihat gestur itu sebagai simbol rivalitas sengitnya dengan Lionel Messi, bintang timnas Argentina. Ronaldo seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah goat, pesepak bola terhebat sepanjang masa yang sebenarnya. Ini dinilai sebagai jawaban dari pose Messi, yang berjanggut lebat dan ditemani seekor kambing bandot, dalam sebuah iklan.
Rivalitas kedua pemain terhebat sejagat itu dipanaskan lewat teriakan ”Messi, Messi!” oleh suporter Maroko hampir setiap kali Ronaldo mengontrol bola di Luzhniki. Teriakan sinis itu dijawab Ronaldo dengan gol melalui tandukan kepalanya di menit keempat.
Ronaldo mengukir sejarah sebagai pemain Eropa terproduktif di laga internasional dengan 85 gol atau satu gol lebih banyak dari milik legenda Hongaria, Ferenc Puskas. Kini, hanya Ali Daei—legenda Iran—yang mengoleksi gol lebih banyak dari Ronaldo, yaitu 109 gol.
Seusai laga itu, Ronaldo berkomentar soal rekor dan misteri di balik selebrasi ”janggut” di dagu klimisnya. ”Saya tidak peduli dengan rekor (gol). Hal terpenting adalah tim kami menang dan menjaga posisi bagus (untuk lolos dari penyisihan grup),” tuturnya dalam konferensi pers.
”(Selebrasi) dagu? Itu sebetulnya berawal dari candaan dengan (Ricardo) Quaresma. Saat itu (jelang laga kontra Spanyol), saya tengah bercukur di sauna. Ia lantas mengomentari hasil cukuran saya yang kurang rapi (menyisakan sedikit janggut). Saya lantas berkata, jika mencetak gol, saya akan membiarkan itu hingga berakhirnya turnamen ini,” ujar Ronaldo dalam wawancara di mixed zone.
Jadi, bagi Ronaldo, janggut bandot itu tidak lebih dari jimat atau pembawa tuah. ”Itu nyatanya membawa keberuntungan. Saya mencetak gol melawan Spanyol dan satu lagi hari ini (kontra Maroko). Jadi, saya akan mempertahankannya,” tutur pemain Real Madrid itu.
Di luar nalar
Ronaldo bukanlah pesepak bola pertama yang memercayai jimat atau takhayul di Piala Dunia. Cukup banyak pesepak bola top dunia lainnya yang melakukan ritual di luar nalar hanya demi disukai dewi fortuna. Hal itu salah satunya dilakukan Rene Higuita, mantan kiper eksentrik Kolombia, yang selalu mengenakan celana dalam biru di Piala Dunia.
Lain lagi dengan Mario Gomez. Striker timnas Jerman itu selalu menggunakan urinal paling kiri saat buang air kecil di toilet stadion guna mengusir groginya menjelang laga. Dele Alli, gelandang tim Inggris, bahkan membawa pelindung kaki yang dipakainya sejak umur 11 tahun ke Rusia. Adapun Marcelo, bintang Brasil, selalu menggunakan kaki kanannya ketika menjejak rumput lapangan stadion.
Dalam bukunya berjudul Soccer Tough, psikolog olahraga Dan Abrahams berkata, secara logika, ritual-ritual ini tidak terkait dengan performa pemain di lapangan. ”Namun, itu bisa menciptakan persepsi, kepercayaan diri, dan rasa nyaman bagi pemain,” ungkapnya.
Ini semua sinkron dengan kalimat yang disampaikan legenda Brasil, Roberto Carlos, saat diwawancara Kompas, pekan lalu. Ia berkata, Piala Dunia tidak bisa dinalar. ”Piala Dunia adalah turnamen yang tidak wajar,” ujar mantan pemain Real Madrid itu.