Tidur di Moskwa, Bangun di Saint Petersburg
Para penggemar sepak bola yang menonton langsung laga-laga Piala Dunia Rusia 2018 tidak perlu khawatir bakal kesulitan mengikuti tim-tim kesayangannya berlaga di beberapa kota yang berbeda. Mereka bisa mendapatkan tiket kereta api gratis ke kota yang diinginkan dan tidur nyenyak selama perjalanan.
Kemudahan transportasi memang menjadi persoalan utama ketika Rusia mengumumkan bahwa laga-laga Piala Dunia digelar di 12 stadion yang tersebar di 11 kota. Jauhnya lokasi dari satu kota ke kota lain menjadi tantangan besar.
Jarak yang harus ditempuh dari Moskwa jika ingin menonton laga di Ekaterinburg, misalnya, mencapai 1.700 kilometer atau hampir setara jarak Jakarta ke Bima, Nusa Tenggara Barat. Adapun jarak terdekat, yaitu dari Moskwa ke Nizhny Novgorod, sekitar 400 kilometer atau setara jarak Jakarta ke Semarang.
Pemerintah Rusia pun memutuskan untuk menyediakan fasilitas kereta api gratis bagi para pemilik tiket laga dan jurnalis yang terakreditasi oleh FIFA. Berdasarkan data Direktorat Transportasi Piala Dunia Rusia 2018, sebanyak 734 kereta tambahan dengan kapasitas 448.000 penumpang disediakan gratis yang beroperasi sejak 12 Juni 2018 hingga turnamen selesai pada 15 Juli 2018.
Tim harian Kompas mencoba mendapatkan tiket kereta gratis untuk menyaksikan laga Rusia kontra Mesir di Stadion Saint Petersburg, Selasa (19/6/2018). Permohonan tiket dilakukan secara daring dan bisa memilih tanggal serta jam yang diinginkan. Beruntung tiket tetap bisa diperoleh meski baru mengajukan permintaan tiket secara daring pada Sabtu (16/6/2018).
Berdasarkan tiket itu, kereta berangkat dari Stasiun Leningrad, Moskwa, Minggu (17/6/2018) pukul 22.50 dan dijadwalkan tiba di Stasiun Saint Petersburg Glavny pada keesokan harinya pukul 06.47. Perjalanan sejauh 700 km itu ditempuh sekitar 8 jam.
Stasiun Leningrad sangat mudah dijangkau dengan menggunakan kereta bawah tanah atau Metro. Lagi-lagi, bagi pemegang tiket laga dan jurnalis berakreditasi, transportasi publik semacam metro, bus, atau trem juga gratis selama Piala Dunia berlangsung. Hanya butuh sekitar 1 jam perjalanan dari Stadion Luzhniki, Moskwa, ke Stasiun Leningrad dengan menggunakan Metro.
Hening
Kereta yang dipakai saat itu adalah jenis kereta cepat yang memiliki dua tingkat. Setiap gerbong memiliki sejumlah kompartemen yang berisi empat ranjang, dua ranjang di bawah dan dua ranjang di atas.
”Mari saya bantu menata seprai. Silakan tas Anda ditaruh di bawah kolong ranjang yang di bawah. Sepatu Anda juga,” kata Evgeniy Troitskiy, warga Rusia yang satu kompartemen bersama Kompas. Ia bersama dua warga Rusia lainnya juga akan menonton laga Rusia versus Mesir.
Selain seprai, setiap penumpang juga diberi selimut tebal, bantal dan sarungnya, serta sebuah handuk kecil. Ranjang cukup nyaman meski bagi penumpang yang mendapat ranjang di atas, mereka tidak bisa duduk di atas ranjang karena jaraknya mepet dengan atap kereta. Jadi, pilihan terbaik selama berada di dalam kereta adalah tidur.
Benar saja, tidak lama setelah kereta berangkat dari Moskwa, suasana menjadi hening. Para suporter Mesir di kompartemen sebelah yang semula berisik karena menonton sepak bola melalui telepon genggam juga
sudah tidak bersuara. Troitskiy juga meminta izin untuk mematikan seluruh lampu kompartemen.
Sepanjang perjalanan, jika belum terlelap, maka hanya akan mendengar suara roda kereta yang beradu dengan rel. Jika tidak mengantuk, bisa saja menyibukkan diri dengan membaca buku atau memainkan telepon genggam dengan menyalakan lampu pribadi. Atau jika lapar, bisa menuju ke gerbong restorasi. Kamar mandi juga ada di setiap ujung gerbong.
”Sebaiknya Anda segera berkemas, kereta akan sampai 10 menit lagi,” kata Troitskiy membangunkan.
Rupanya, jika memilih tidur, perjalanan tidak akan terasa lama. Begitu membuka mata, tiba-tiba sudah berada di Saint Petersburg. Badan pun tetap segar dan tidak pegal.
Kereta juga tiba tepat waktu di Stasiun Saint Petersburg Glavny. Begitu turun dari kereta, sudah ada banyak relawan yang memandu para penumpang untuk memilih moda transportasi menuju lokasi yang diinginkan di kota itu.
Meski sudah memberikan kemudahan, fasilitas kereta gratis ini tetap belum bisa menampung seluruh pemilik tiket laga di Rusia. Direktorat Transportasi Piala Dunia Rusia 2018 menyebutkan, sepekan setelah kereta gratis beroperasi, masih ada sekitar 10.000 pemohon tiket gratis yang berada dalam daftar tunggu. Tercatat sebanyak 90 persen tiket kereta gratis selama penyisihan grup sudah habis dipesan.
Oleh karena itu, pihak Rusia terus meminta kepada para pemilik tiket gratis untuk memberitahu jika memutuskan batal menggunakan tiket tersebut. Tempat yang kosong bisa diberikan untuk penumpang lain yang berada di daftar tunggu.
Inilah konsekuensi penyelenggara ajang sebesar Piala Dunia. Para penggemar bola dari sejumlah negara akan berdatangan dan minta dilayani dengan baik. Tantangan yang lebih berat juga akan dihadapi Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko yang akan bersama-sama menggelar Piala Dunia 2026 yang akan diikuti 48 tim.
Indonesia juga punya mimpi menjadi tuan rumah Piala Dunia. Pertanyaannya, bisakah kita menyediakan fasilitas transportasi yang lebih baik dan nyaman?