Bertanding kembali setelah cedera bukan hal mudah. Kekuatan mental dan kesabaran menjadi kunci untuk kembali ke arena kompetisi. Dua petenis putra papan atas dunia, Andy Murray dan Stan Wawrinka, merasakan kesulitan itu.
Andy Murray, satu-satunya petenis yang meraih dua medali emas dari dua Olimpiade berturut-turut, London 2012 dan Rio de Janeiro 2016, harus absen selama 11 bulan, sejak Juli 2017, karena cedera pinggul kanan. Wimbledon 2017 menjadi turnamen terakhirnya sebelum tampil kembali di turnamen Queen’s Club, awal pekan ini, menyusul operasi pada Januari 2018.
Cedera pula yang menghambat karier tiga kali juara grand slam, Stan Wawrinka, hampir setahun terakhir. Wawrinka menderita cedera lutut sehingga harus absen pada semester kedua musim 2017. Petenis Swiss ini bahkan menjalani dua kali operasi pada 2017.
”Rasanya seperti mati,” ujar Wawrinka, juara Australia Terbuka 2014, Perancis Terbuka 2015, dan Amerika Serikat Terbuka 2016, menggambarkan saat dia kembali ke kompetisi pada Australia Terbuka, Januari 2018.
Kemenangan atas petenis peringkat ke-136 dunia, Ricardas Berankis, 6-3, 6-4, 2-6, 7-6 (7-2), menjadi awal baik bagi Wawrinka ketika itu. Namun, selama dua hari setelah melawan Berankis dalam laga selama 2 jam 47 menit itu, tubuh petenis yang kini berusia 33 tahun itu itu terasa kaku.
”Tubuh saya benar-benar tak bisa bergerak. Saya kalah pada babak kedua tanpa bisa memberi perlawanan apa-apa,” kata Wawrinka di London, Inggris, seperti dikutip laman The Telegraph.
Melalui masa-masa pemulihan setelah operasi hingga dapat bertanding kembali membutuhkan kekuatan mental dan kesabaran. ”Apalagi, kita tidak pernah mengalami itu pada masa lalu. Jadi, kita harus menerima, beradaptasi, dan bersabar,” kata Wawrinka setelah dikalahkan Sam Querrey, 5-7, 7-6 (3), 1-6, pada babak kedua turnamen di Queen’s Club, London, Rabu (20/6/2018).
Turnamen Queen’s Club menjadi salah satu pemanasan Wimbledon pekan ini selain di Halle, Jerman. Di Halle, Roger Federer mengejar gelarnya yang kesepuluh dalam turnamen tersebut. Petenis nomor satu dunia itu lolos ke final setelah mengalahkan Denis Kudla, 7-6 (1), 7-5, pada semifinal, Sabtu.
Paling sulit
Wawrinka bercerita, proses yang paling sulit dijalani adalah ketika menjalani pemulihan. ”Kita sebenarnya ingin berlatih selama 3 jam, tetapi itu tidak boleh dilakukan. Kita harus bersabar. Saya pun menjalani ini selangkah demi selangkah agar penampilan saya tak naik turun jika harus bertanding selama 5 jam,” kata petenis Swiss itu.
Mantan petenis berperingkat ketiga dunia yang saat ini peringkatnya merosot di posisi ke-261 itu tak hanya bercerita tentang pengalamannya. Komentarnya itu juga merujuk pada Murray, yang juga bertanding di Queen’s Club, dan kalah pada babak pertama.
Murray dikalahkan Nick Kyrgios, 6-2, 6-7 (4-7), 5-7 selama 2 jam 39 menit. Setelah tersingkir di Queen’s Club, Murray akan tampil pada turnamen di Eastbourne, Inggris, pekan depan. Namun, dia belum memastikan tampil pada Grand Slam Wimbledon, 2-15 Juli.
Bertanding di arena grand slam bisa saja menguntungkan. Dengan 128 petenis dalam undian babak utama nomor tunggal, Murray bisa melawan petenis dengan kemampuan di bawahnya pada babak-babak awal. Akan tetapi, karena kini peringkatnya anjlok ke urutan ke-156 dunia, dia juga bisa melawan unggulan dalam laga awal.
Mantan petenis nomor satu dunia itu juga belum yakin jika tubuhnya bisa bertahan pada pertandingan dengan format best of five sets yang digunakan dalam grand slam. Dengan format itu, petenis harus memenangi tiga dari maksimal lima set.
Jalan panjang
Jamie Murray, kakak Andy Murray yang juga petenis profesional di nomor ganda, kepada BBC menyebutkan, adiknya itu masih butuh perjalanan panjang untuk kembali ke permainan terbaiknya meski telah tampil baik melawan Kyrgios.
Murray juga tampaknya tak mau terburu-buru tampil dalam banyak pertandingan. Dia lebih memprioritaskan kondisi tubuhnya agar bisa bersaing di arena tenis profesional lebih lama.
Seusai menjalani laga melawan Kyrgios, misalnya, dia memastikan menjalani pemulihan dengan benar. Seperti dituturkan BBC, dia berendam dalam air es selama 12 menit, mandi, melakukan peregangan, dan pijat.
”Setelah itu, saya makan, menghadiri konferensi pers dan kembali berurusan dengan fisioterapis sebelum pulang. Sebelumnya, saya hanya sekali bertemu fisioterapi setelah pertandingan. Saat ini, saya harus memprioritaskan tubuh saya,’ katanya.