Tampil sebagai tim favorit yang bertabur bintang tidaklah mudah. Tuntutan untuk tampil sempurna malah menjadi beban berat yang merugikan tim. Situasi inilah yang dihadapi Brasil di Rusia. Target juara yang dipatok tim ”Samba” punya dua tujuan, menjadi tim terkuat untuk meraih gelar juara dunia keenam, sekaligus mengubur luka empat tahun lalu.SAINT PETERSBURG, KOMPAS Pada Piala Dunia 2014, di depan pendukung mereka sendiri, Brasil hancur lebur di tangan Jerman dan menelan kekalahan 1-7. Ini kenangan pahit yang harus cepat-cepat dihapus dengan kesuksesan di Rusia.
Namun, ketika tampil di Rusia, Brasil justru seperti menampakkan wajah baru. Tidak seperti saat tampil di fase kualifikasi, mereka terlihat kesulitan untuk lolos dari Grup E yang dihuni Swiss, Kosta Rika, dan Serbia.
Selama kualifikasi, Brasil tampil tak terkalahkan. Mereka menjadi tim pertama lolos ke Rusia dari kualifikasi. Bahkan, produktivitas mereka cukup menakutkan, mencetak 41 gol dalam 18 laga dan hanya kebobolan 11 gol. Dengan kekuatan seperti itu, Brasil pun menjadi favorit juara yang utama selain Jerman.
Kenyataannya, ketika berlaga di Rusia, mereka justru ditahan imbang 1-1 oleh Swiss pada laga pertama Grup E. Selain hanya bisa mencetak satu gol, pertahanan mereka juga masih lemah. Pada laga perdana inilah Brasil menampakkan wajah baru mereka.
Pada laga kedua kontra Kosta Rika, Brasil mulai tampil sebagai tim yang solid. Permainan yang mengutamakan kerja sama tim tampak nikmat ditonton. Namun, mereka berhadapan dengan Kosta Rika yang sejak awal bertekad untuk menekan.
Beruntung Philippe Coutinho dan Neymar bisa mencetak gol dalam waktu 6 menit setelah laga sudah berlangsung 90 menit. Kemenangan 2-0 atas Kosta Rika membuka jalan Brasil menuju ke babak 16 besar. Neymar pun menangis seolah telah keluar dari tekanan yang luar biasa besar.
”Neymar juga manusia. Dia butuh waktu untuk mendapatkan kembali permainan terbaiknya,” kata Pelatih Brasil Tite dalam jumpa pers seusai laga kontra Kosta Rika, Jumat (22/6/2018). Neymar, pemain termahal di dunia itu, baru saja pulih dari cedera patah tulang telapak kaki yang mengharuskan ia absen selama 3,5 bulan. Dalam kondisi itu, publik Brasil sangat mengharapkan Neymar untuk menjadi pahlawan.
Tite meminta publik tidak memusatkan beban kepada Neymar karena Brasil adalah sebuah tim. Kerja sama yang
apik adalah kunci keberhasilan di Piala Dunia ini. Lagi pula, Brasil masih punya banyak bintang, seperti Coutinho, Gabriel Jesus, Marcelo, Thiago Silva, atau Casemiro.
Sejak fase kualifikasi Piala Dunia pun, Tite sudah memperingatkan soal ekspektasi berlebihan itu. Menjelang Piala Dunia pun, Tite berang karena ada program donasi yang melibatkan Neymar. Dalam program itu, donasi yang nilainya setara 10.000 porsi makanan akan disumbangkan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa setiap kali Neymar mencetak gol untuk klubnya atau tim nasional. Bagi Tite, program donasi ini justru memberikan beban lebih kepada Neymar.
Pernah terjadi
Di Rusia kali ini, Brasil sudah menang sekali dan bermain imbang sekali dalam dua laga pertama grup. Situasi ini sebenarnya pernah terjadi pada 2014, tetapi mereka akhirnya tetap menjadi juara grup.
Pada laga terakhir Grup E di Rusia, Brasil akan menghadapi Serbia. Tim Samba hanya butuh hasil seri atau satu poin untuk lolos ke babak 16 besar karena saat ini mereka sudah mengantongi empat poin. Namun, laga itu juga tidak mudah karena Serbia juga membutuhkan kemenangan untuk lolos.
Pada Sabtu (23/6/2018) dini hari WIB, Serbia kalah 1-2 dari Swiss. Gol penyerang Swiss, Xherdan Shaqiri, pada menit akhir membuat Serbia terpukul. ”Kami dalam situasi sulit, harus mencari kemenangan melawan Brasil yang merupakan tim favorit. Tetapi, tidak ada yang mustahil,” kata Pelatih Swedia Mladen Krstajićc.
Di Grup E, Brasil, Swiss, dan Serbia masih berpeluang lolos ke babak 16 besar. Kosta Rika dipastikan tersingkir dan akan menghadapi Swiss pada laga terakhir.