Oscar Tabarez memang layak dijuluki ”El Maestro” dengan meracik taktik jitu Uruguay untuk menjinakkan ”Beruang Merah” yang sedang bermimpi tinggi di Piala Dunia 2018. Cakar ”La Charrua” mengoyak mimpi Rusia, memaksa mereka turun ke bumi, dengan kekalahan 0-3 di Samara Arena, Samara, Senin (25/6/2018).
SAMARA, SENIN Pelatih Uruguay Oscar Tabarez sangat tenang dan percaya diri saat menjawab pertanyaan tentang Rusia yang tampil impresif di dua laga pertama Grup A Piala Dunia 2018. Skuad ”Beruang Merah” sangat agresif, mencetak delapan gol dan hanya kemasukan sekali. Performa itu tak menggentarkan Tabarez, yang ternyata sudah mengantongi kelemahan skuad asuhan Stanislav Cherchesov.
”Di Copa America 2011, kami menyingkirkan Argentina di rumah mereka. Saya tidak mengatakan hal yang sama akan terjadi kali ini, tetapi kami memiliki banyak pengalaman yang tidak membuat kami kehilangan ketenangan,” kata Tabarez di laman La Republica.
Analisis rekaman laga Rusia menguak titik lemah dalam antisipasi bola-bola mati. Luis Suarez memetik keuntungan dari pagar betis Rusia yang longgar untuk menceploskan gol pertama pada menit ke-10. Juga gol Edinson Cavani pada menit ke-90 melalui sundulan tendangan sudut.
Uruguay juga memainkan pola serangan balik, ditandai dengan menurunkan Diego Laxalt dan gelandang Lucas Torreira sejak awal laga. Laxalt memaksakan gol pada menit ke-23 melalui tendangan jarak jauh yang membentur kaki gelandang Denis Cheryshev. Ini gol bunuh diri keenam di Piala Dunia 2018, menyamai Piala Dunia 1998.
Uruguay kini menjadi juara Grup A. Mereka juga tim pertama yang memenangi semua laga grup tanpa kemasukan gol sejak Argentina di Piala Dunia 1998. Pertahanan kuat dan lini serang yang tajam menjadi kunci permainan Uruguay.
”Ini yang kami inginkan, kami ingin terus berkembang di sepanjang Piala Dunia setelah menang 1-0 di dua laga awal, hari ini kami ingin menjadi lebih baik,” ujar Suarez di situs FIFA.
Sementara Rusia perlu membenahi diri setelah disengat Uruguay. Rusia yang sudah memastikan lolos ke babak 16 besar ”melepas” laga ketiga itu setelah Igor Smolnikov dikartu merah. Cheryshev yang telah mencetak tiga gol ditarik diganti bek Mario Fernandes. Formasi berubah ke 4-4-1 dengan striker Artem Dzyuba sendirian di depan.
Cherchesov menyimpan Cheryshev untuk laga 16 besar. Rusia di peringkat kedua Grup A akan bertemu juara Grup B, salah satu dari Portugal, Spanyol, atau Iran, yang menjalani laga penentuan ke babak 16 besar Selasa dini hari tadi. Memasukkan Fernandes sekaligus menguji lini belakang Rusia mengatasi situasi sulit.
Lini belakang merupakan masalah terbesar Rusia menjelang Piala Dunia 2018. Badai cedera yang merenggut bek-bek andalan Rusia. Bek tengah yang digadang-gadang, Georgi Dzhikiya dan Viktor Vasin, cedera ligamen lutut pada Januari dan Februari lalu. Fyodor Kudryashov pun ditinggal sendirian, hingga rekannya di Rubin Kazan, Vladimir Granat dan Ilya Kutepov, dipanggil ke timnas.
Bek senior Sergei Ignashevich yang sudah pensiun pun akhirnya kembali membela Sbornaya. Bek CSKA Moskwa yang sudah berusia 38 tahun itu menjadi jenderal pertahanan Rusia. Cherchesov pernah berusaha membujuk Berezutskys bersaudara, Vasily dan Aleksey, untuk sejenak jeda dari pensiun. Namun, permintaan itu ditolak halus.
Masalah itu menguap setelah Rusia menang 5-0 atas Arab Saudi dan menekuk Mesir, 3-1. Cherchesov pun enggan mengakui memiliki masalah dengan cedera pemain saat konferensi pers setelah laga kontra Mesir. ”Kami tidak memiliki kata ’masalah’ dalam kosakata kami. Kami memiliki beberapa isu dan kami mengatasinya begitu itu muncul. Kami tidak memiliki masalah, dan kami tidak ingin memiliki masalah ke depan,” katanya.
Kini, kosakata masalah itu muncul pada laga kontra Uruguay. Cherchesov menemui realitas bahwa lini belakang mereka belum tangguh melawan tim dengan lini serang tajam dan berpengalaman pada laga-laga besar, sekelas Piala Dunia. kartu merah Smolnikov juga mengindikasikan para pemain Rusia perlu lebih tenang mengatasi tekanan setelah tertinggal gol.
Padahal, laga kontra Uruguay bukan laga hidup mati. Ini pelajaran penting bagi Aleksandr Golovin dan kawan-kawan untuk mengatasi tekanan pada fase gugur. Bermain dengan 10 pemain melawan tim seperti Portugal atau Spanyol sama saja bunuh diri.
Sbornaya kini diingatkan pada pesan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menginginkan timnas bermain dengan ”kemauan kuat dan tanpa kompromi”.
”Saya yakin kami akan bisa melakukan survival, saya tidak tahu apakah itu istilah yang tepat,” ujar Cherchesov dalam konferensi pers terkait tekanan yang dihadapi Rusia. (ANG)