Legenda sepak bola Argentina, Diego Maradona, saat mendukung timnya yang berhadapan dengan Meksiko di babak perdelapan final Piala Dunia 2006 di Stadion Leipzig Jerman, 24 Juni 2006.
Gol ”Tangan Tuhan” dan Diego Armando Maradona tak bisa dipisahkan. Tim Inggris hanya bisa gigit jari setelah Maradona mengantar Argentina menang 2-1 di perempat final Piala Dunia Meksiko 1986. Laga di Stadion Azteca, 22 Juni 1986, itu usai dengan menyisakan amarah skuad ”Tiga Singa”.
Aksi kiper Inggris, Peter Shilton, awalnya tergolong elok dengan mengandaskan serangan Argentina beberapa kali. Gol legendaris ditorehkan pada babak kedua ketika Maradona menyodok dari sayap kiri. Operan ”El Pibe de Oro” alias Si Anak Emas lantas diarahkan kepada rekannya, Jorge Valdano.
Gagal dikontrol Valdano, bola disambut gelandang Inggris, Steve Hodge, yang juga tak mampu menguasainya dengan sempurna. Bola melambung ke arah kotak penalti. Kini, tinggal Maradona dan Shilton yang berduel. Maradona yang bertubuh gempal tingginya hanya 165 cm, sementara Shilton 185 cm.
Sadar postur tubuh Shilton lebih unggul, Maradona menepis bola dengan tangan kirinya untuk meraih keuntungan. Bola pun menggetarkan gawang Inggris. Spontan, para pemain Inggris mencak-mencak, sementara Maradona tak peduli, malah melakukan selebrasi.
Wasit Ali bin Nasser dari Tunisia tak melihat pelanggaran itu hingga bola bersarang di jala Inggris tanpa anulir. Pertandingan berakhir dengan skor 2-1. Selanjutnya, Maradona tak pernah benar-benar meminta maaf kepada Shilton. Berpuluh tahun setelah itu, Shilton tak bisa mengenyahkan dendamnya. Shilton bahkan mengungkapkan kemungkinan tak berjabat tangan jika bertemu Maradona.
Pada laga itu, Maradona juga mencatatkan prestasi brilian bergelar ”Gol Abad Ini”, yaitu pada kali kedua dia menundukkan Shilton. Aura magis gol itu terangkum dalam ungkapan komentator laga asal Uruguay, Víctor Hugo Morales, ”Layang-layang antargalaksi, dari planet mana kamu berasal, meninggalkan begitu banyak pemain Inggris dalam debu?” (BAY)
