Belgia menjadi favorit saat melawan Jepang pada babak 16 besar. Namun, itu bukan jaminan skuad ”Setan Merah” bisa mudah menyingkirkan ”Samurai Biru”. Ini ujian bagi Eden Hazard dan kawan-kawan, yang menyandang status ”Generasi Emas” Belgia.
MOSKWA, MINGGU Roberto Martinez mengirim pesan sangat optimistis seusai Belgia menang 1-0 atas Inggris pada laga terakhir Grup G, tiga hari lalu. Pelatih berdarah Spanyol itu meyakini, kemenangan tipis tersebut menandai awal cerah bagi generasi emas masa depan. Ya, pada laga itu, Belgia bermain dengan sejumlah pemain pelapis yang masih muda dan menyimpan para pemain bintangnya, seperti Eden Hazard.
Martinez menjajal performa adik Eden Hazard, Thorgan Hazard, juga pemain 23 tahun Adnan Januzaj dan pemain Arderlecht, Leander Dendoncker. Mereka tampil sesuai pakem permainan yang dirintis dua dekade lalu, kreativitas umpan dan menekan. Bahkan, pemain 21 tahun Youri Tielemans pun unjuk kemampuan pada laga itu.
”Yang disebut generasi emas tidak bermain hari ini,” ujar Martinez, Jumat pekan lalu.
Belgia memang sedang memanen talenta-talenta sepak bola yang berlapis-lapis usianya. Generasi emas saat ini merupakan angkatan Eden Hazard, Kevin de Bruyne, Romelu Lukaku, Michy Batshuayi, dan Yannick Ferreira- Carrasco.
Mereka menjadi tulang punggung tim, bersama para pemain yang lebih senior, terutama di lini belakang. Mereka adalah pemain berpengalaman, seperti Toby Alderweireld, Jan Vertongen, dan Dedryck Boyata.
Generasi emas Belgia itu menunjukkan kelasnya saat melibas Panama 3-0, Tunisia 5-2 dan menundukkan Inggris 1-0 pada fase grup. Namun, itu bukanlah atmosfer persaingan juara dunia yang sesungguhnya. Piala Dunia membutuhkan kekuatan mental pemain, kolektivitas permainan, dan kemampuan meredam ego.
Status generasi emas ditambah status juara grup inilah yang perlu diwaspadai para pemain ”Setan Merah”. Mereka tidak boleh berpuas diri dan menganggap remeh Jepang pada babak 16 besar di Stadion Rostov, Roston-on- Don, Selasa (3/7/2018) pukul 01.00 WIB.
Potensi berpuas diri itu menjadi fokus Dries Mertens, pemain tengah Belgia. Dia tak ingin ”Setan Merah” mengulang kegagalan di perempat final Piala Dunia Brasil 2014 dan Piala Eropa Perancis 2016. Di Brasil, Belgia disingkirkan Argentina dan di Perancis kalah 1-3 dari Wales. Di Rusia, Belgia berpotensi bertemu Brasil di perempat final.
”Saya ingat laga lawan Wales. Semua orang berpikir kami akan lolos tanpa kendala. Dan, kemudian tiba-tiba kami tersingkir dari turnamen,” ujar Mertens.
Untuk mencapai babak delapan besar, Belgia harus melewati hadangan Jepang. Ini laga yang tak mudah karena Jepang membuktikan diri bisa melawan tim yang agresif menekan, dengan menahan Senegal, 2-2, dan menundukkan Kolombia.
Pelatih Jepang Akira Nishino kini sedang mengasah permainan kolektif untuk bertahan dan menyerang balik. Pola permainan itu akan menjadi ujian mental generasi emas Belgia.
”Mereka tahu bagaimana melukai melalui serangan balik,” kata Martinez. (Reuters/ANG)