MOSKWA, KOMPAS Piala Dunia Rusia ibarat anomali, sebagian menyebutnya ”surealis”. Tidak ada lagi Spanyol, Argentina, Jerman, dan Portugal di fase gugur. Absen pula Italia dan Belanda yang bertahun-tahun menjadi rujukan sepak bola dunia. Pesona barisan raksasa atau langganan final Piala Dunia tersebut digantikan tim-tim ”kuda hitam”, seperti Kroasia dan Rusia, yang bakal saling bunuh di perempat final.
Empat jam setelah publik sejagat menyaksikan penampilan terakhir Andres Iniesta, gelandang Spanyol yang dijuluki ”sang ilusionis”, Piala Dunia Rusia 2018 harus kehilangan lagi salah satu pesohornya, Christian Eriksen. Pesohor sepak bola yang dijuluki ”si penyihir putih” karena penampilan mengesankannya di Tottenham Hotspur itu gagal membawa Denmark lolos ke perempat final.
Denmark dikandaskan Kroasia melalui drama adu penalti setelah kedua tim bermain imbang 1-1 hingga babak perpanjangan waktu pada laga babak 16 besar di Nizhny Novgorod. Malam itu menjadi ”panggung” kedigdayaan Danijel Subasic, kiper Kroasia. Meskipun namanya tidak setenar David de Gea, kiper Spanyol
yang gagal menepis satu pun tendangan penalti tim Rusia, Subasic mampu tampil melampaui ekspektasi.
Kiper klub AS Monako itu mematahkan sihir tendangan Eriksen dan menggagalkan dua penalti Denmark lainnya, yaitu dari Lasse Schone dan Nicolai Jorgensen. Kiper veteran berusia 34 tahun itu seketika merampas puja-puji dari Kasper Schmeichel, kiper Denmark, yang pada babak perpanjangan waktu menggagalkan tendangan penalti bintang Kroasia, Luka Modric.
Subasic, yang tidak pernah memenangi satu turnamen internasional pun , baik di level timnas maupun klub, menorehkan rekor baru. Ia menjadi kiper kedua sepanjang sejarah yang mampu menepis tiga tendangan penalti dalam satu laga Piala Dunia. Capaian itu menyamai rekor mantan kiper Portugal, Ricardo, yang membuat Inggris gigit jari pada perempat final Piala Dunia Jerman 2006.
”Anda harus memiliki keberuntungan. Tanpa itu, Anda tidak bisa melakukan apa-apa dalam hidup. Hari ini, itu (keberuntungan) menjadi milik kami,” kata Subasic merendah dalam wawancara seusai laga itu, seperti dikutip dari AFP.
Meskipun dianggap beruntung, keberhasilan Kroasia melaju ke perempat final Piala Dunia 2018 menjadi bukti kekuatan mental mereka. Tim asal Balkan itu tidak panik saat tertinggal gol cepat, yaitu kurang dari satu menit, yang disarangkan Denmark melalui bek tengahnya, Matthias Jorgensen. Gol itu langsung dijawab dengan gol balasan yang dicetak striker Mario Mandzukic pada menit keempat.
Keberhasilan melewati drama adu penalti di Novgorod membuat pasukan Balkan itu kian mendekati ambisi untuk setidaknya menyamai capaian para pendahulunya di Piala Dunia Perancis 1998. Saat itu, dengan bermaterikan para pemain generasi emas, seperti Davor Suker, Zvonimir Boban, dan Igor Stimac, Kroasia mampu mengejutkan dunia dengan lolos ke semifinal dalam debutnya di Piala Dunia.
Generasi emas kedua
Tim dari negara pecahan Yugoslavia itu kini berambisi menembus final. Para legenda Kroasia, seperti Suker dan Boban, menjadi aktor-aktor di belakang layar petualangan generasi emas kedua Kroasia itu di Rusia. Suker dan Boban kini menempati posisi elite di Federasi Sepak Bola Kroasia (HNS). ”Kami telah melangkah jauh (di Rusia). Namun, kami tidak ingin berhenti hanya di sini (perempat final),” ujar Zlatko Dalic, Pelatih Kroasia.
Kroasia selanjutnya akan menghadapi Rusia, tim kuda hitam lainnya, yang menyingkirkan Spanyol juga melalui adu penalti. Kedua tim akan berduel di Sochi, Minggu (8/7) dini hari WIB. Kedua tim memiliki kesamaan, yaitu bermain kolektif, efisien, dan memiliki barisan pemain berpengalaman. Keduanya memiliki peluang yang sama untuk melangkah ke semifinal.
Namun, dalam duel ini, Rusia akan memiliki sedikit keunggulan karena bermain di rumah sendiri. Setiap kali Rusia tampil, suporter Rusia selalu memenuhi stadion.