Tim nasional Rusia bertekad melanjutkan kisah bak dongeng di Piala Dunia 2018. Untuk itu, mereka kembali digenjot di Pusat Olimpiade menjelang laga perempat final kontra Kroasia, Minggu (8/7/2018). Semangat mereka masih membara.
MOSKWA, KOMPAS Setelah beristirahat satu hari, tim nasional Rusia, Selasa (3/7/2018), menjalani latihan perdana setelah kemenangan atas Spanyol di babak 16 besar. Berbeda dari Kroasia, mereka memilih berlatih di wilayah sunyi di Novogorsk untuk mengasah taktik dan mengembalikan energi mereka menjelang duel di perempat final.
Baik Rusia maupun Kroasia masih memiliki waktu cukup panjang, yaitu empat hari, untuk bersiap sebelum saling berhadapan di Stadion Olimpiade Fisht, Sochi. Untuk itu, ”Sbornaya”—julukan timnas Rusia—tak berlatih terlalu berat. Latihan hanya berlangsung selama 1,5 jam di Pusat Olimpiade Rusia di Novogorsk, wilayah yang berjarak 29 kilometer dari pusat kota Moskwa.
Siang itu, para pemain Sbornaya hanya melakukan pemanasan dan berlatih ringan untuk menjaga kondisi fisik. Seusai pemanasan, para pemain dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu barisan penyerang, gelandang dan bek, serta kiper.
Latihan operan dan merebut bola menjadi porsi terbesar dua kelompok. Adapun Igor Akinfeev, pahlawan tim Rusia saat mengalahkan Spanyol, berlatih terpisah bersama dua kiper lain, Andrey Lunev dan Vladimir Gabulov.
Pada latihan itu tidak terlihat persiapan khusus seperti latihan mengantisipasi adu penalti. ”Kami masih berlatih biasa. Hingga saat ini tidak ada (instruksi) khusus untuk mengasah adu penalti,” ujar Akinfeev dalam wawancara seusai latihan.
Rusia sebelumnya mengalahkan Spanyol, mantan juara dunia, melalui adu penalti di stadion kebanggaan mereka, Luzhniki. Pada laga itu, mereka tampil sangat defensif sehingga terkesan sengaja mengulur-ulur waktu untuk memaksakan perpanjangan waktu dan penalti. Menurut Akinfeev, meskipun tidak berlatih adu penalti secara khusus, ia sudah mempelajari karakter para algojo Spanyol dan kebiasaan menendang mereka.
Menepis dugaan
Ada kesan, taktik serupa akan kembali diterapkan Rusia saat menghadapi Kroasia, salah satu tim yang mengemas nilai sempurna di penyisihan grup. Namun, Akinfeev menepis dugaan tersebut.
”Saat melawan Spanyol, kami berusaha tampil untuk menang (pada waktu normal). Begitu pula nanti ketika melawan Kroasia. Kami yakin dengan kemampuan tim ini,” ujar Akinfeev penuh percaya diri.
Menurut kiper CSKA Moskwa berusia 32 tahun itu, timnya masih memiliki semangat berapi-api. Mereka ingin mengukir sejarah untuk menembus semifinal, tahap yang belum pernah dicapai Rusia sebelumnya.
”Kami telah mencetak sejarah. Kami ingin membuat sejarah baru dengan terus menang dan melangkah lebih jauh. Tidak akan ada yang bisa menghentikan kami,” ujarnya.
Yury Gazinsky, gelandang Rusia, menambahkan, timnya bertambah kuat dan percaya diri setelah mengalahkan Spanyol. Mereka pun mengukir sejarah sebagai tim generasi pertama Snorbaya yang mampu menembus perempat final di era Federasi Rusia atau setelah runtuhnya Uni Soviet, 1991 silam. Namun, menurut dia, kemenangan yang mengejutkan dunia itu harus segera dilupakan.
”Seisi Rusia kini bersama kami. Kami mematahkan skeptisisme dan membuat rakyat Rusia bangga setelah keajaiban (mengalahkan Spanyol) itu. Namun, euforia ini harus segera dilupakan. Kami harus fokus menyiapkan laga selanjutnya melawan Kroasia sebaik mungkin. Yang pasti, suasana di tim saat ini sangat luar biasa. Kami dalam mood bagus,” ujar Gazinsky.
Bersiap jauh hari
Berbeda dari Rusia, timnas Kroasia berlatih jauh dari markasnya di Leningrad, wilayah di utara Rusia yang beriklim dingin. Seperti dikatakan salah satu jurnalis asal Kroasia, Dalibor Keler, tim asal Balkan itu tiba di Sochi—kota tempat laga perempat final—sejak Senin lalu. Mereka sengaja tiba di Sochi jauh-jauh hari untuk beradaptasi dengan kondisi cuaca di Sochi, kawasan di tepi pantai yang beriklim subtropis.
Menurut Keler, yang ditemui di markas timnas Rusia, Kroasia patut mewaspadai tim tuan rumah Rusia. ”Kami memang tampil bagus di babak penyisihan grup. Namun, masalah kami adalah di fase gugur. Kami kerap kesulitan ketika menghadapi tim yang tampil defensif. Itu terjadi di Piala Eropa 2016, Piala Dunia 2014, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2008. Kami harus bersiap untuk itu,” ujarnya.
Sementara itu, Gazinsky tidak mempermasalahkan jika Rusia tidak buru-buru berlatih di Sochi. Menurut dia, perbedaan cuaca antara Sochi dan Moskwa tidak berpengaruh terhadap persiapan tim. Di Sochi, suhu udara cukup hangat, yaitu mencapai 30 derajat celsius. Adapun suhu di Moskwa adalah 20 derajat celsius pada Selasa.
”Sepanjang masih berasa di Rusia, saya kira tak ada masalah. Kami sudah terbiasa dengan itu,” ucapnya.