Suasana kota Bogota dan beberapa kota besar lainnya di Kolombia, Rabu (4/7/2018), diselimuti duka mendalam. Tersingkirnya tim nasional sepak bola Kolombia dari Piala Dunia Rusia 2018, setelah kalah adu penalti saat melawan Inggris, terasa sangat menyakitkan.
”Kami memiliki ambisi besar. Ini sangat sulit diterima. Kami merasakan sakit sekali,” ungkap Pelatih Kolombia Jose Pakerman seusai laga.
Empat tahun lalu di Brasil, untuk pertama kalinya Kolombia melaju ke perempat final Piala Dunia dengan empat kali kemenangan. Warga Kolombia pun merayakannya dengan berpesta dansa salsa untuk merasakan 12 gol yang bisa mereka lesakkan. Gelandang James Rodriguez dipuja-puji setinggi langit dan kemudian jadi perhatian dunia.
”Sangat memalukan James tak bisa bermain. Jika mereka tidak bisa mencuri gol itu, kami bisa ada di perempat final,” ungkap Daniel Guerrero, seorang pengacara berusia 39 tahun yang menonton laga Kolombia kontra Inggris itu dari sebuah layar besar di sebuah mal di Bogota.
Layar besar untuk menonton bareng laga Piala Dunia 2018 dipasang di banyak kota di negara berpenduduk hampir 50 juta orang itu. Di salah satu sudut di pinggiran kota Bogota, warga dengan beragam profesi berkumpul untuk menonton di layar besar. Denyut kota Bogota pun seperti terhenti karena hampir semua orang berkumpul menonton laga di tempat yang ada layar besar.
Teriakan dan celotehan kerap terdengar ketika pemain Kolombia melepaskan tembakan ke gawang Inggris. Mereka pun terbawa ketegangan ketika satu per satu pemain melakukan tugasnya menjadi eksekutor tendangan penalti setelah laga hingga babak tambahan berakhir 1-1.
Kerumunan warga Kolombia yang sebelumnya sangat ramai dengan berbagai celotehan dan canda tawa itu kemarin langsung hening ketika Eric Dier mencetak gol penentu bagi Inggris di Stadion Spartak.
Di media sosial, banyak pendukung tim Kolombia mengarahkan kemarahan mereka kepada wasit asal Amerika Serikat, Mark Geiger, karena memberikan kesempatan penalti kepada Inggris dan enam kartu kuning untuk Kolombia. Penalti itu kemudian dieksekusi dengan baik oleh kapten Inggris, Harry Kane, hingga berbuah gol.
Kolombia bisa menyamakan kedudukan lewat sundulan bek Yerry Mina. Namun, mereka akhirnya tersingkir setelah kalah 3-4 dalam adu penalti.
Bukan pertama
Kekalahan Kolombia dari Inggris di Piala Dunia itu bukanlah yang pertama. Tim Amerika Latin itu takluk 0-2 dari Inggris pada babak penyisihan grup Piala Dunia Perancis 1998. Bedanya, kekalahan dari Inggris kemarin terasa lebih menyakitkan karena ditentukan melalui adu penalti.
Di ajang Piala Dunia, Kolombia sebelumnya juga pernah lolos ke babak 16 besar, yaitu tahun 1990 di Italia. Langkah mereka dihentikan Kamerun setelah kalah dengan skor 0-2.
”Ini pertandingan yang bagus. Namun, saya selalu kecewa ketika pertandingan ditentukan dengan penalti. Itu tak menunjukkan potensi sesungguhnya sebuah tim,” ujar Emma Kinsey (32), instruktur yoga di Bogota.
Pada Piala Dunia 2018 ini, langkah Kolombia juga kurang mulus karena kalah dari Jepang. Namun, mereka kemudian bangkit dan mengalahkan Polandia dan Senegal. Oleh karena itulah sejumlah warga Kolombia tetap bangga dengan perjuangan tim sepak bola mereka di Rusia.
”Menyedihkan bahwa kami tidak bisa melaju, tetapi saya bangga dengan upaya tim,” kata Mauricio Sanchez (47), seorang penyemir sepatu di kota Bogota.
Ketika ditanya siapa pemain terbaik di tim Kolombia, banyak warga memuji penampilan Mina. Gol dari sundulannya membuat Kolombia unggul atas Senegal dan Polandia di babak grup. Sementara gelandang Mateus Uribe yang dua kali gagal mengeksekusi penalti masih mendapat simpati dari para pendukung tim Kolombia. (REUTERS/AFP/OKI)